Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Menjadi Seorang Huffadz

17 Januari 2023   10:31 Diperbarui: 17 Januari 2023   10:39 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi: Saat Ustadzah Diyah menyampaikan amanat)

"Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya", (Q.S. Al-Qiyamah: 17)

Minggu ketiga masuk sekolah, Senin (16/01/2023) siswa-siswi SDIT Baitul Qur'an Tulungagung kembali mengawali rutinitas pembelajaran dengan upacara bendera. Seperti biasanya, upacara bendera berlangsung di halaman sekolah. Kebetulan petugas protokoler upacara bendera kali ini diambil dari siswa-siswi kelas 6. 

***

Tidak ada otak yang tak bisa

Yang ada hanya belum terbiasa

Untuk terbiasa maka harus dipaksa

Baca juga: Adab Seorang Hufadz

Saya bisa

Pasti bisa

Insyaallah bisa

Bisa, bisa, yes.

Menghafal itu mudah.

Murja'ah lebih asyik.

Allahu Akbar.

***

Yel-yel Tahfidzul Qur'an dipekikan

ustadzah Sugeng Rahayu Nur Widayah (selanjutnya disapa ustadzah Diyah, panggilan akrab) setelah menanyakan kabar untuk membuka amanat yang hendak beliau sampaikan kepada partisipan upacara bendera kali ini. 

Adapun tema yang diusung ustadzah Diyah dalam sesi amanat upacara bendera Senin ini adalah Tips Menjadi Penghafal Al-Qur'an. Menurut beliau, terdapat enam tips untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur'an. Lantas, apa saja enam tips untuk menjadi penghafal Al-Qur'an tersebut? 

1. Niat Menjadi Penghafal Al-Qur'an 

Poin penting pertama yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak--mewujudkan cita-cita, mimpi--menjadi seorang hufadz adalah niat yang murni dan lurus. Kemurnian niat ini akan memengaruhi tahapan proses yang harus dilalui dalam menghafal Al-Qur'an. 

Mengapa demikian? Sebab dalam prakteknya, dalam menghafal Al-Qur'an sendiri akan mendapatkan rintangan yang tidak ringan. Baik itu rintangan yang sifatnya datang dari dalam diri sendiri ataupun timbul dari faktor eksternal yang hadirnya di luar dugaan.

2. Memperbaiki Bacaan (Tahsin)

Cara kita membaca Al-Qur'an menjadi poin penting kedua yang perlu diperhatikan. Seseorang yang hendak atau telah menjadi hufadz alangkah baiknya membiasakan membaca Al-Qur'an. Mengapa harus demikian? Sebab tradisi membaca Al-Qur'an yang terdisiplinkan (jam terbang) akan memengaruhi kualitas bacaan.

Rumus yang berlaku dalam tahsin, adalah semakin kita terbiasa membaca Al-Qur'an maka secara otomatis kita akan dituntut untuk memperbaiki setiap kesalahan yang dilakukan. Baik itu Tahsin dalam rangka memperbaiki kekurangtepatan yang ditinjau dari sudut pandang hukum tajwid ataupun tatkala melafalkan huruf Hijaiyah. Perbaikan bacaan ditinjau dari hukum makhorijul huruf. 

3. Mengulang-ulang Ayat yang Akan Dihafalkan

Setelah melakukan tahsin dengan mempertimbangkan validitas hukum tajwid dan makhorijul huruf, seorang calon hufadz juga dituntut untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan secara berulang-ulang. Pertanyaan mendasarnya, ayat yang akan dihafalkan tersebut harus dibaca sebanyak berapa kali? 

Menurut ustadzah Diyah, dengan merujuk pada keumuman yang berlaku baik dari pengalamannya selama mengajar di Baitul Qur'an ataupun bercermin dari lembaga lain, seorang hufadz akan hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an tertentu setelah ayat yang bersangkutan dibaca minimal 10 kali. 

Jikalau ayat tersebut sudah dibaca sebanyak 10 kali akan tetapi belum juga hafal, maka sangat dianjurkan seorang hufadz untuk membaca ayat Al-Qur'an yang akan dihafalkan sebanyak 15 kali. Sementara jika dalam prakteknya cara itu belum juga ampuh, maka seorang hufadz bisa membaca ayat yang bersangkutan sebanyak 20 kali. Kelipatan dalam mengulangi bacaan itu terus ditingkatkan sampai hufadz yang bersangkutan benar-benar hafal terhadap ayat-ayat tersebut. 

Lantas, bagaimana dengan kasus seseorang yang hafal dalam satu kali bacaan saja? Hal itu berarti menandakan kualitas ingatan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan kuat. Kendati demikian ingatan itu akan lebih afdhol manakala mencukupi patokan minimal baca 10 kali. 

Yang perlu diperhatikan dalam konteks mengulang-ulang ayat yang akan dihafalkan di sini, adalah jangan sampai seorang hufadz langsung menghafalkan ayat Al-Qur'an sebelum melalui tahapan proses tahsin terlebih dahulu. Mengapa harus demikian? Sebab hal ini menyangkut porsi benar-salah bacaan ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut. 

Jika ternyata ayat Al-Qur'an yang dihafalkan tersebut telanjur dibaca dengan bacaan yang salah maka tidak hanya menyebabkan dosa melainkan juga harus melakukan perbaikan atas ayat yang dihafalkannya. Dan memperbaiki kesalahan dalam hafalan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah. Karena hal itu menyangkut bongkar pasang (relokasi) inventarisasi ingatan sang hufadz. 

4. Muraja'ah

Setelah seorang hufadz hafal terhadap ayat-ayat Al-Qur'an melalui tahapan membaca secara berulang-ulang bukan berarti tugasnya telah selesai. Justru tugasnya disambung dengan kewajiban bagaimana caranya untuk menjaga hafalan yang dimiliki supaya tidak lupa dan hilang. Metode yang paling baik untuk menjaga hafalan adalah dengan muraja'ah. 

Metode muraja'ah sendiri berarti mengulangi hafalan secara kontinuitas. Diulang kembali secara terus-menerus tanpa putus-putus. Analogi yang digunakan adalah seperti halnya mengasah sebilah pisau yang kerapkali diasah maka akan semakin tajam. Begitu juga dengan hafalan. Semakin terdisiplinkan muraja'ah maka akan semakin kuat hafalan yang dimiliki.

Dalam prakteknya, muraja'ah bisa dilakukan dengan dua cara: secara mandiri dan setoran. Murja'ah secara mandiri dilakukan dengan membiasakan diri membaca Al-Qur'an. Sedangkan muraja'ah dengan setoran, hufadz akan membacakan hafalannya di depan salah seorang guru atau teman sejawatnya lantas setiap bacaannya akan dievaluasi. 

5. Do'a kedua orangtua dan ustadz-ustadzah untuk kelancaran hafalan.

Hal yang tidak kalah penting dalam proses menghafalkan Al-Qur'an adalah keikhlasan dan rida dari dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz, yakni orang tua dan guru. Alangkah baiknya seorang hufadz juga memohon do'a restu kepada orang tua sebelum menghafalkan Al-Qur'an. Do'a restu itu diminta tatkala kita hendak berangkat ke sekolah atau sebelum memulai hafalan.

Tak lupa seorang hufadz yang baik tentu juga berkewajiban memohon do'a restu kepada guru (dewan asatidz) selaku yang mendidik dan mengajarkan mengenal huruf Hijaiyah sehingga bisa membaca Al-Qur'an. Ikhlas dan rida dari seorang guru juga tak kalah penting dari orangtua untuk mencapai tujuan mulia dari hafalan Al-Qur'an.

Melalui do'a restu yang ikhlas dan rida dua orang yang berperan penting dalam hidup seorang hufadz tersebut semoga akan menjadi jembatan penghantar yang dapat memudahkan proses menghafal. Tidak hanya kemudahan dalam prosesnya namun juga menaruh harapan besar kelak hafalannya akan bermanfaat.

6. Salat malam

Sebagai pamungkas, ustadzah Diyah juga menegaskan bahwa seorang hufadz selaiknya melanggengkan salat malam. Salat malam ini ditujukan untuk mohon restu kepada Allah SWT supaya dimudahkan dalam menghafal. 

Selain itu, seorang hufadz juga dapat menjadikan momentum waktu sepertiga malam untuk menambah hafalan. Sebab waktu-waktu menjelang Subuh adalah waktu yang baik untuk belajar dan mengisi otak sebelum terisi penuh dengan yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun