Demonstrasi itu meliputi buah apa saja yang harus dimasukkan, bagaimana cara mengupas dan memotong buah, bagaimana cara memarut keju, menaruh seberapa banyak susu kental manis hingga banyaknya porsi yang harus mereka buat.Â
Tiga puluh menit berselang salad hand made mereka jadi. Lantas semua santri langsung diinstruksikan untuk berdiri dan saling berhadapan dengan orang tua masing-masing. Kemudian menyuapinya dengan salad yang mereka buat. Ada banyak ekspresi wajah yang tampil dalam momentum ini. Haru biru, bahagia, gelak tawa, malu-malu kucing, gengsi, bangga hingga meneteskan air mata.Â
Momentum santri menyuapi orang tua dengan salad itu benar-benar sakral dan mengena. Tindakan yang sangat sederhana namun sarat akan nilai keintiman, mensyaratkan bahasa kalbu dan kasih sayang di antara orang tua dan anak. Peristiwa langka yang mungkin saja belum pernah dilakukan dan terjadi di antara mereka.
Sehingga tak ayal jika kemudian sebagian besar di antara mereka merasa terenyuh dan terguncang hebat perasaannya. Utamanya para wali santri lelaki yang biasanya tampil cuek, gengsi dan malu-malu kucing kala itu runtuh keteguhannya.Â
Tak lupa sebagai dokumentasi kegiatan, setiap momentum yang ada direkam dan difoto. Setiap jengkal tindakan panitia pelaksana, partisipan dan wali santri serta keasrian alam sekitar tak luput diabadikan tak terkecuali momen haru biru prosesi keintiman santri dengan orang tua masing-masing tatkala disuapi dengan salad.Â
Setelah acara keterampilan selesai, semua santri diinstruksikan untuk merapatkan barisan. Semua santri duduk rapih membentuk lingkaran. Kemudian pihak panitia membagikan konsumsi makanan yang telah disediakan. Tak ketinggalan, sebelum menyantap hidangan yang telah tersedia kami merapal do'a sebelum makan.Â
Tak butuh waktu lama untuk semua santri menyikat makanan. Sekitar tujuh sampai sepuluh menit berselang sisa bungkus makanan mereka kumpulkan menjadi satu di dalam kantong kresek besar. Tumpukan air mineral gelas di dalam kardus sudah mulai terogoh tanpa tersisakan. Untuk beberapa menit semua santri dibebaskan untuk menikmati pemandangan sekitar. Terlebih-lebih tidak sedikit dari mereka  menginjak usia remaja sehingga sudah memiliki smartphone sendiri.  Alhasil, tampaknya kurang lengkap jika mengunjungi tempat wisata tanpa hiha hihi, jepret sana dan sini.Â
Sebagai penutup agenda out class kedua, semua partisipan kembali memanjatkan do'a. Disambung dengan berswafoto bersama dengan background yang berbeda-beda. Akan tetapi swafoto bersama yang paling utama adalah berfoto dengan menggunakan background banner yang bertuliskan agenda out class TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung yang dibentangkan di antara tegaknya dua pohon pinus.Â