Salah satu agenda out class dengan konsep learning by doing yang dihelat satu semester sekali adalah melakukan kunjungan produksi. Kebetulan kunjungan produksi semester ganjil tahun akademik 2022/2023 ini dilakukan di UD. Intan Jaya. UD. Intan Jaya sendiri merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kerupuk rambak.Â
Letak UD. Intan Jaya berseberangan dengan masjid Al-Hidayah. Persisnya hanya beberapa meter dari Apotek Intan Medika Sembung. Akan tetapi belakangan kami tahu, bahwa UD. Intan Jaya ternyata memiliki pabrik penggorengan, packing dan pengolahan bahan baku serta kios pemasaran produk yang berbeda. Sementara tempat yang terletak di seberang masjid adalah pabrik penggorengan dan packing.
Sabtu (26/11/2022) kunjungan produksi itu dihelat. Alhamdulillah agenda yang melibatkan semua jenjang kelas ini berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaannya, Sabtu pagi, tepatnya pukul 07.30 WIB semua siswa-siswi telah sampai di lokasi. Masing-masing wali kelas bertugas mengabsen kehadiran siswa-siswi perkelas.Â
Setelah semua siswa-siswi diabsen sesuai kelas, kegiatan pertama yang dilakukan adalah tahfidz. Kebetulan jadwal tahfidz setiap hari Sabtu hanya diisi dengan salat duha berjamaah, melafalkan Asmaul Husna dan muraja'ah beberapa surah pendek juz 30 atau 29 saja. Kala itu pelataran masjid Al-Hidayah menjadi pusat perhelatan kegiatan tahfidz sebagai pembuka dari kunjungan produksi.
Tahfidz selesai, semua siswa-siswi berkumpul di depan gerbang masjid Al-Hidayah sesuai kelas. Panitia menyampaikan tata tertib sekaligus alur kunjungan produksi ke UD Intan Jaya. Sesi ini diisi oleh ustadz Imam, lantas dilanjutkan dengan penyampaian rute kunjungan produksi dari owner UD Intan Jaya secara langsung.Â
Alur kunjungan produksi di UD. Intan Jaya dimulai dari memasuki pabrik pengolahan bahan baku, pabrik merebus sampai pendinginan kulit dan ditutup dengan menyaksikan proses penggorengan sekaligus packing kerupuk rambak.Â
Pertama, siswa-siswi diajak berkunjung ke pabrik pengolahan bahan baku. Letak pabrik pengolahan bahan baku ini kurang lebih sekitar 100 meteran dari masjid Al-Hidayah. Semua partisipan menuju lokasi dengan berjalan kaki.Â
Sesampainya di pabrik, kami disuguhkan dengan empat pemandangan utama: persis di samping pintu gerbang terdapat dua karyawati yang sedang sibuk memotong kulit, gudang penyimpanan bahan baku, alat pengopen kulit yang terus berputar dan tempat penjemuran yang menampung beberapa wadah kulit.
Kesan pertama kali memasuki pabrik pengolahan bahan baku ini terwakili dengan dua kata: "wah" dan "tidak kuat". Kata "wah" mewakili rasa terkesima sekaligus penasaran kami karena memang kala itu adalah kunjungan pertama kali kami semua ke pabrik pengolahan bahan baku kerupuk rambak.Â
Sementara kata "tidak kuat" mewakili keluh kesah beberapa partisipan: siswa-siswi dan guru yang menghampiri atau pun yang kebetulan dekat dengan saya. Kebetulan mereka tidak memakai masker, padahal protokol yang sudah diumumkan jauh-jauh hari sebelum berkunjung adalah jangan sampai lupa memakai masker.Â
Sejarah Berdiri UD Intan JayaÂ
Mula-mula sang owner perusahaan memberikan informasi penting mengenai sejarah berdiri dan sepak terjang UD Intan Jaya kepada partisipan. Disebutkan, UD Intan Jaya merupakan usaha turun-temurun yang berdiri tahun 1996.Â
Di awal pendirian, produksi dan pemasaran produk dilakukan secara tradisional, door to door. Itu pun  yang menjadi konsumen utama adalah tetangga sekitar pabrik. Alhasil, pemasaran produk hanya berjalan ditempat. Tidak ada istilah manajemen, jemput bola dan marketing dalam skala luas.
Baru dalam kurun waktu tahun 2000-an setelah UD Intan Jaya dipegang oleh anaknya (baca: owner sekarang) transformasi besar-besaran dilakukan. Manajemen, sistem pemasaran dan distribusi produk serta kerjasama dengan beberapa perusahaan makanan khas kian di-upgrade. Upaya transformasi itu tidak tanggung-tanggung, bahkan sang owner UD Intan Jaya melakukan riset produk rambak sampai ke luar kota.Â
Riset dalam rangka pengembangan produk itu beliau lakukan di beberapa kota. Mulai dari produk rambak di Jogja, Jombang, Boyolali, Mojokerto dan daerah lainnya. Fakta temuannya, di daerah lain rasa kerupuk rambak ternyata sudah bervariasi. Misalnya kerupuk rambak dengan rasa balado, pedas manis dan lainnya. Transformasi rasa itu pada akhirnya disesuaikan dengan selera dan minat konsumsen.Â
Temuan kedua, setelah beliau mencermati ternyata perusahaan produk kerupuk rambak kulit di luar kota sudah memiliki pasar dan distributor tetap dalam skala yang luas. Temuan ini menjadi prototipe pengembangan perusahaan dan mempertegas sisi mana saja yang harus ditingkatkan.Â
Dari riset itu akhirnya sang owner memiliki pandangan bagaimana menjadikan Sembung sebagai sentral produk kerupuk rambak pertama di Tulungagung. Hal itu penting dilakukan, mengingat dari sisi pendirian dan perintisan UD Intan Jaya sudah jauh lebih tua dari perusahaan rambak di kota lain.Â
Pengembangan UD Intan Jaya itu bermula dengan membangun kios di dekat stasiun KAI kampung dalem pada tahun 1998. Letak kios itu tepatnya berada di selatan jalan raya. Kehadiran kios itu berperan sebagai pendongkrak marketing dan pemasaran produk. Satu langkah lebih maju dari sebuah perusahaan yang dirintis dengan modal pesangon PHK dari perusahaan, dengan jumlah 1,5 juta yang kemudian dibelikan kulit dimasak di dapur sendiri.
Tidak hanya memiliki kios utama dalam upaya memasarkan produk, di tahun-tahun berikutnya produk UD Intan Jaya juga berhasil dipasarkan di Gresik, Surabaya hingga di tanah Lamongan. Disebutkan, masuknya produk rambak UD Intan Jaya ke Surabaya dipandang telat karena telah jauh kalah start dengan eksistensi produk rambak produk Mojokerto di Surabaya.
Setelah berhasil membuka kios di jantung  Tulungagung dan memasarkan produk ke luar kota, lantas UD Intan Jaya kembali membuka kios cabang dekat dengan gunung Bolo. "Salah satu resep dalam berbisnis ya harus pantang menyerah dan terus mau belajar. Sehingga kita bisa menuai hasilnya di kemudian hari. Sementara jatuh bangun dan kegagalan adalah hal biasa dalam menjalankan suatu usaha", papar sang owner.Â
Bahan baku kerupuk rambak di UD Intan Jaya sendiri berasal dari 2 kulit pilihan: Kerbau dan sapi. Kedua kulit itu perbedaannya dapat dilihat secara fisik dan rasa kerupuk yang dihasilkan. Rambak sapi lebih nyereti (dalam bahasa Jawa berarti seret, tersendat dan mudah haus) sedangkan kulit kerbau, dari segi rasa jauh lebih renyah dan tidak seret di tenggorokan.
Demonstrasi Proses Pembuatan Produk
Setelah orasi sejarah berdiri perusahaan, sang owner langsung menunjukkan demonstrasi proses pembuatan kerupuk rambak. Proses itu dimulai dengan menunjukkan kulit kering mentah, pembakaran, perendaman dan pendinginan, pemotongan, penjemuran dan pengopenan kulit.Â
Disebutkan, kulit yang berkualitas adalah kulit yang tidak menyisakan lapisan daging yang menempel pada kulit, memiliki lebar dan tebal yang ideal serta melalui proses penjemuran yang sempurna. Adapun jika ada serpihan daging yang tertinggal (menempel pada kulit) dan tidak sempurna dalam penjemuran maka kulit akan mudah berjamur.
Selama ini bahan baku kerupuk rambak di UD Intan Jaya selalu menggunakan kulit yang segar yang dikeringkan. Bahan baku tersebut dipasok dari Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi yang terkenal sebagai wilayah produsen kulit kering. Satu kali datang kulit biasanya berbobot 1 ton. Sekitar satu truk.
Menilik kebiasaan produksi yang berlaku, dalam seminggu umumnya pabrik dapat membakar 40 lembar kulit kering. Jumlah itu diproses dua kali masak. Jika dikalkulasikan, kurang lebih sebanyak 2 kwintal atau kisaran 120 kg setiap satu kali proses masak. Masak di sini berarti direbus.
Untuk menghilangkan bulu, kulit dibakar sampai warna putih. Stabilitas nyala api turut menentukan. Kulit yang dibakar jauh lebih efektif dalam menghilangkan bulu daripada dikerok. Pemilihan cara menghilangkan bulu turut memengaruhi durasi pengolahan.Â
Setelah dibakar, kulit direndam sehari semalam. Kemudian kulit dikerok untuk menghilangkan bulu yang tersisa. Kulit yang benar-benar sudah bersih dari bulu lantas direbus kurang lebih selama 3-4 jam, khusus kulit kerbau. Sementara kulit sapi direbus selama 2-3 jam. Rumusnya, semakin tebal kulit maka proses merebus semakin lama.Â
Dalam proses merebus suhu api harus stabil. Air harus tetap mendidih. Bahan bakar yang digunakan menggunakan kayu bakar. Jika kulit sudah matang, diambil menggunakan gandol (semacam pengait khusus yang bergagang kayu berujung besi runcing). Matang tidaknya kulit memengaruhi tingkat kemekaran rambak.Â
Adapun kadaritas matang dalam proses memasak kulit adalah jika saat permukaan kulit ditekan menggunakan jari tembus maka tingkat kematangannya sudah pas. Setelah itu diangin-anginkan dan didinginkan kurang lebih selama 1 jam. Supaya lebih kenyal, kulit yang sudah matang tidak boleh dijemur langsung melainkan harus dijemur di bawah pohon.
Setelah itu baru dapat dijemur di bawah terik mentari. Penjemuran sendiri dilakukan berkali-kali. Penjemuran yang sempurna tergantung pada kolaborasi: sinar matahari dan proses pengopenan. Pada musim hujan penjemuran kulit yang sudah direbus menyesuaikan.Â
Sebelum kulit benar-benar kering, pada tahap penjemuran kedua atau ketiga, kulit setengah kering akan dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki. Umumnya kulit akan dipotong menggunakan pisau tajam secara miring. Pada bagian pemotongan ini akan menghasilkan tiga kategori kulit: kualitas super, baik dan sedang (1, 2 dan 3); bagian tengah, bagian dalam dan luar kulit.
Setelah itu kulit dijemur setengah hari lalu dipotong kecil-kecil lagi sesuai kategori. Dijemur kembali hingga kulit benar-benar kering lalu diopen. Idealnya, proses pengopenan berlangsung kurang lebih selama 9 jam. Kemudian barulah kulit digoreng.Â
Dari rangkaian proses pengolahan kulit rambak tersebut, produk yang dihasilkan jumlahnya akan semakin menyusut. Umumnya, setiap satu kilogram kulit akan menyusut menjadi 6 ons. Itu berarti produk jadi yang dihasilkan kisaran 65% dari bahan baku semula.Â
Disebutkan pula, dari usaha kerupuk rambak kulit ini sang owner UD Intan Jaya telah melalang buana di seluruh daerah Indonesia. Bahkan beliau telah menginjakkan kaki di dua negara tetangga: Malaysia dan Singapura karena lantaran produk kerupuk rambak kulitnya.
Lama proses pembuatan produk kerupuk rambak kulit sapi dan kerbau bisa saja digarap selama 2 hari kalau cuaca mendukung. Itu pun terjadi jika dalam proses memasak bahan baku di-support dengan open modern yang harganya ditaksir 300-400 jutaan.Â
Setelah siswa-siswi menyaksikan proses pengolahan bahan baku di pabrik utama: pembakaran, pemotongan-pnyortiran, penjemuran dan pengopenan. Serta di pabrik kedua: perebusan dan pendinginan. Lantas siswa-siswi digiring menuju pabrik penggorengan. Letak pabrik penggorengan persis di seberang masjid Al-Hidayah.Â
Sebelum memasuki pabrik penggorengan, siswa-siswi dikelompokkan terlebih dahulu sesuai jenjang kelas. Pengelompokkan sesuai jenjang kelas ini penting dilakukan untuk menunjang efektivitas dalam menyaksikan proses penggorengan kulit.Â
Jika siswa-siswi tidak dikondisikan sedemikian rupa, maka proses pembelajaran tidak akan efektif. Siswa-siswi akan berdesak-desakan, konsentrasi akan terpecah dan membuat gerombolan sendiri serta acuh tak acuh dengan tujuan utama.
Dari proses penggorengan kulit tersebut kita semua menjadi tahu bahwa kapasitas minyak yang dibutuhkan untuk menggoreng kurang lebih sebanyak 15 Liter/kuali. Jumlah itu berlaku setiap satu kali melakukan penggorengan.Â
Adapun dalam satu kali proses penggorengan kulit tersebut umumnya menggunakan dua kuali. Sehingga kebutuhan minyak goreng tersebut dilipatgandakan. Proses penggorengan kerupuk rambak dilakukan 2 kali sehari. Dengan kapasitas bahan baku setiap satu  goreng 1 kwintal.Â
Setelah digoreng dan ditiriskan sejenak, kerupuk rambak dibumbui dengan bawang, penyedap rasa dan garam. Proses pembubuan sendiri dilakukan dua kali, dibumbui tatkala diopen dan setelah matang. Adapun tingkat ketahanan kerupuk tergantung ketebalan plastik packing yang digunakan.Â
Sebagai penutup kunjungan produksi, semua partisipan: siswa-siswi dan semua dewan asatidz pendamping mendapatkan buah tangan satu plastik kerupuk rambak sapi. Masing-masing orang mendapatkan satu plastik tanpa terkecuali.Â
Hikmah Kunjungan ProduksiÂ
Dari agenda kunjungan produksi ke UD Intan Jaya ini setidaknya siswa-siswi dapat memetik beberapa hikmah. Beberapa hikmah tersebut di antaranya: menstimulasi jiwa kreativitas dan kemandirian, memantik motivasi dan pengetahuan entrepreneurship serta meneladani ghiroh ikhtiar Rasulullah dalam berbisnis. Baik ketika beliau berperan sebagai penggembala domba dan pedagang di kota Syam.
Berbeda dengan menghelat pembelajaran di dalam kelas yang mengandalkan kinerja imajinasi dan rekonstruksi simpul pengalaman personal, melalui learning by doing di UD Intan Jaya ini siswa-siswi dapat menyaksikan, mengobservasi bahkan terlibat langsung dalam satu jenis materi pelajaran yang sedang dibahas.Â
Demonstrasi rangkaian proses pembuatan kerupuk rambak mulai dari bahan baku mentah sampai hasil produk jadi yang sudah dipacking memberikan informasi tentang perjalanan panjang kerupuk rambak kulit yang kerapkali mereka makan.Â
Hal itu mendeskripsikan bahwa segala sesuatu harus melalui proses. Proses panjang itu pula yang kemudian mendatangkan kematangan dalam bersikap, mengambil keputusan dan memanjatkan rasa syukur atas kenikmatan yang hakiki.
Tulungagung, 15 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H