Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Guru Nasional: Perayaan yang Belum Usai

26 November 2022   21:32 Diperbarui: 26 November 2022   21:49 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Bingkisan kue dari Bu Wahyu)

Semarak peringatan hari guru nasional ternyata belum usai. Hal itu dibuktikan secara langsung oleh saya sendiri. Setelah Syifa kelas 5 menghadiahi souvernir, saya kira itu adalah ujung tombak dari perayaan hari guru yang jatuh kemarin. Akan tetapi Tuhan menakdirkan cerita perayaan itu untuk tetap berlanjut.

Sore tadi tepat pukul 14.43 WIB secara tiba-tiba Ibu Wahyu selaku wali murid dari Shaquilla kelas 5 melayangkan dua chat via WhatsApp kepada saya. Chat yang pertama berisikan uluk salam. Sedangkan chat yang kedua berisikan sebuah permohonan untuk membagikan lokasi rumah atau posisi saya sekarang. 

Sontak kedua chat itu saya layani dengan cepat dan baik. Mula-mula saya menjawab salam, lantas disambung dengan mengirimkan lokasi domisili saya terkini. Awalnya saya tidak ingin kepo dan bersikap sok tahu terhadap permohonan yang dilayangkan tersebut. 

Akan tetapi, lama-kelamaan rasa penasaran saya kian membuncah hingga ke ubun. Sampailah pada akhirnya dengan percaya diri dan penuh keberanian saya berinisiatif menanyakan langsung maksud beliau meminta share location mendadak kepada saya.

Konfirmasi ini penting karena menyangkut pencapaian target dan efektivitas dua belah pihak dalam menjalin interaksi-interkoneksi. Tidak menutup kemungkinan, suatu hubungan silaturahmi antara guru dan wali murid akan mengalami ketegangan, degradasi dan salah paham bahkan perpecahan tatkala tidak didasari oleh sikap yang transparan dan kejujuran. 

"Mohon maaf Bu, kalau boleh tahu share location itu untuk apa nggeh?" Saya melontarkan pertanyaan kepada beliau dengan perasaan harap-harap cemas. "Ada sedikit bingkisan Ustadz. Semoga berkenan ", beliau menimpali chat saya.

Mengetahui hal itu, lantas saya menimpali beliau dengan penuh rasa sungkan, "Waduh. Kok repot-repot Bu". Beliau memungkas percakapan dengan dua chat langsung. "Mboten ustadz, namung bingkisan kecil saja. Bisa buat camilan untuk menemani nonton piala dunia ". "Semoga berkenan nggeh".

Ohya, beberapa saat sebelum beliau menimpali, tepatnya pukul 15.09 WIB nomor asing melayangkan sebuah chat kepada saya. "Selamat siang, saya dari zendo mau antar kue dari kak Julz". Semenit kemudian, nomor asing itu mengirimkan PAP keberadaanya kepada saya. Foto tersebut menegaskan bahwa Mas paket itu berada persis di seberang jalan gang masuk arah indekos saya. "Saya di depan sini kak", celetuk Mas paket itu. 

Di sini harus digaris bawahi, bahwa nama lain dari Bu Wahyu dalam WhatsApp miliknya adalah Mbak Julz. Entah nama apa itu. Nama panggilan, nama pendek, nama samaran atau mungkin yang lainnya. Jelasnya yang saya tahu Bu Wahyu atau Mbak Julz itu ya Ibunya dari Shaquilla kelas 5. 

Satu menit kemudian saya baru bisa menimpalinya, "Owh... Iya. Sebentar ya kak. Nanti saya keluar gang dulu". Kebetulan cuaca di luar sedang gerimis, sehingga saya harus menyiapkan payung terlebih dahulu. Setelah itu baru saya menuju depan gang. Belum juga sampai ke depan gang, tiba-tiba ada motor Vario series terbaru berwarna hitam yang berhenti persis beberapa meter di hadapan saya. 

Seakan-akan Mas paket sudah mengetahui bahwa yang datang memakai payung itu adalah orang yang dicari, dengan seketika ia mengeluarkan bingkisan dari dalam bagasi motor miliknya. "Ini mas titip dari kak Julz. Tapi sebelumnya saya mau minta fotonya dulu nggih", tukasnya sembari menyodorkan bingkisan. "Owh. Nggih monggo", jawab saya.

Dengan sat-set Mas paket merogoh smartphone di saku celananya. Secepat kilat saya yang sedang memegang payung dengan tangan kanan dan menentang bingkisan di tangan kiri langsung difoto. Tampaknya foto itu ia kirimkan ke Bu Wahyu sebagai bukti transaksi paket yang telah sampai sesuai instruksi dan orderan. 

Setelah itu, saya langsung pamit balik kanan. Sementara Mas paket saya lihat masih sibuk memainkan gawainya. Mungkin proses konfirmasi melalui aplikasi itu sedikit rumit dan loading sehingga tejadi agak alot. Makanya Mas paket balik kanan agak sedikit lama. 

Dua menit kemudian saya memasuki indekos kembali. Dengan serentak saya mengambil foto paketan itu dengan maksud hendak mengkonfirmasi telah diterimanya bingkisan yang dikirim. Sesaat kemudian foto itu saya kirimkan via WhatsApp kepada Bu Wahyu sembari mengimbuhkan ucapan terima kasih dan do'a harapan yang terbaik untuk keluarga beliau. 

(Foto pribadi: Isi bingkisan kue)
(Foto pribadi: Isi bingkisan kue)

Saya sadar betul, dalam menyikapi hal ini saya hanya bisa membalas kebaikan beliau dengan rapalan do'a, bukan dengan entitas materil kembali. Kendati demikian, saya berharap: apa yang disemogakan beliau lekas tersemogakan berkali lipat.

Sebelum tulisan ini dipungkas, tampaknya saya harus kembali menegaskan dan menggaris bawahi secara tebal, bahwa catatan ini dibuat bukan untuk pamer atau pun riya'. Terlebih-lebih bukan dalam rangka berharap mendapatkan souvernir atau bingkisan lebih dari wali murid yang lain. 

Justru tulisan ini dibuat semata-mata hendak menegaskan bahwa kebahagiaan dan perayaan hari guru nasional yang sesungguhnya terlaksana manakala melihat para siswa-siswi yang dididik tumbuh-kembang menjadi generasi yang lebih baik daripada gurunya sekarang. 

Jika dalam kartu ucapan yang dikirimkan Bu Wahyu menyebutkan, "Thank you Teacher for guiding us. For inspiring us. For making us. What we are to day". Maka di masa yang akan datang semua para siswa-siswi yang kami didik akan meneruskan estafet perjuangan untuk generasi berikutnya. 

Di sisi lain, ucapan tersebut terasa menampar pipi saya berkali-kali. Bagaimana pun saya yang papa ini belumlah bisa dikatakan sebagai guru yang baik. Mampu menjadi pembimbing, teladan dan membentuk karakter para siswa-siswi lebih baik lagi. Kendati demikian, saya akan terus berusaha keras menjadi dan memberikan yang terbaik dalam melintasi perpindahan waktu. 

Tulungagung, 26 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun