Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Teknik Menulis Ala Pak Hairul

23 September 2022   07:38 Diperbarui: 23 September 2022   07:42 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya mungkin itu yang disebut dengan polusi kata versi saya. Akan tetapi Anda boleh tidak setuju dengan saya. Karena itu adalah hak Anda. Polusi kata itu bagi saya pribadi sedikit membuat telinga saya pekak. Tidak enak didengar dan mengganjal di hati. Ah, mungkin itu hanya perasaan saya saja yang terlalu melarutkan permainan rasa dalam persoalan memilah kata yang memberikan sensasi dan emosional. Lupakan. Mari fokus pada persoalan sebelumnya.

Menulis memang aktivitas yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Akan tetapi juga menyehatkan dan membuat orang yang melakukannya merasa senang. Oleh karena itu alangkah baiknya, tatkala kita sedang menulis ya fokus menulis saja. Jangan repot-repot menulis sambil mengedit. Sebab jika itu dilakukan, maka setiap kata yang kita ketik akan habis dan tidak akan bertambah banyak. Jika hal itu terus dilakukan sama halnya kita sedang menimba air menggunakan ember yang bolong. Kita tidak akan menuai hasil dan tujuan dari menulis itu tidak akan kunjung tercapai. Dan aktivitas yang kita lakukan itu menjadi sia-sia. 

Belum lagi ditambah dengan pikiran dan tenaga kita telah banyak terporsir. Ide yang awalnya terhentak begitu kencang hendak tersampaikan menjadi mengendap, memuai lantas hilang. Dan itu adalah sesuatu hal yang sangat disayangkan bukan? Maka dari itu, tidaklah heran jika kemudian banyak penulis profesional yang melarang seorang penulis pemula untuk melakukan aktivitas menulis sambil mengedit, karena itu bahaya. Pertanyaan mendasarnya, kenapa proses menulis dan mengedit harus dipisahkan? Karena memang menulis dan mengedit adalah dua aktivitas yang memiliki fokus dan tujuan yang berbeda. Kedua aktivitas tersebut memiliki teknik khusus masing-masing.

Berkaitan dengan hal itu, menurut Pak Hairul, terdapat 2 teknik dalam proses menulis, yakni teknik menulis dengan menoleh ke kanan dan ada pula teknik menulis menoleh ke kiri. Pengertian teknik menulis dengan cara menoleh ke kanan maksudnya setelah kita selesai menulis di sebelah kiri maka fokuslah menulis pada sebelah kanan. Pikiran fokus mengerucutkan informasi yang hendak disampaikan kepada pembaca. Umumnya tulisan yang menggunakan teknik menulis dengan menoleh ke kanan adalah tulisan bergenre sastra. Cerpen, novel, puisi, dongeng dan lain sebagainya. 

Sedangkan teknik menulis dengan menoleh ke kiri biasanya berlaku dalam tulisan yang bergenre non fiksi atau yang familiar khalayak sebut dengan tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, artikel jurnal, prosiding dan lain sebagainya sengaja dibuat dengan penuh kehati-hatian dan rigid dengan tuntutan gaya selingkung yang berlaku. 

Mengapa demikian? Sebab seorang penulis yang menulis dengan menggunakan teknik menoleh ke kiri terjerat kewajiban mempertanggungjawabkan setiap kalimat yang tertuang dan harus koherensi dengan validitas data yang akurat dan faktual. Maka tak ayal jika kemudian tulisan ilmiah akan banyak melalui tahapan review (korektif dan evaluasi) sebelum tulisan yang bersangkutan dinilai layak untuk terbit dan dipublikasi.

Adapun masalah proses editing, Pak Hairul menyarankan untuk melakukan proses editing tulisan pada bagian akhir, setelah semua ide yang hendak disampaikan selesai. Saran tersebut berpijak pada sistem kerja yang lebih efektif dan efisien. 

Sebab jika kita mengevaluasi hasil setelah tulisan dianggap tuntas maka kegiatan memperbaiki, menambah dan mengurangi tulisan yang telah dibuat di awal tadi tidak akan mengubah esensi makna dan tujuan dari apa yang hendak kita sampaikan. Sehingga proses editing tulisan itu tidak mendistorsi dan mereduksi ide yang hendak disampaikan. Proses editing di akhir itu justru akan mengurangi semrawut dan mengurai tumpukan benang merah yang belum sempurna.

Uniknya, Pak Hairul juga menyarankan kepada penulis buku untuk membuat pernyataan yang tegas dalam kata pengantar, bahwa penulis tidak menerima komentar secara lisan, melainkan hanya menerima komentar melalui tulisan. Tentu saja, penegasan itu ditujukan untuk membangun budaya literasi yang baik.

Sebagaimana dicontohkan Ibnu Rusyd yang menerbitkan buku Tahafut At Tahafut tatkala mengomentari buku Tahafut Al Falasifah karya Abu Hamid Al Ghazali. Atau mungkin seperti dialog pandangan   Muhammad Nuruddin melalui buku Meluruskan Tasawuf yang Disalahpahami Kritik Atas Buku Allah dan Alam Semesta Prespektif Tasawuf Falsafi karya KH. Said Aqil Siradj belakangan ini.

Tulungagung, 23 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun