Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahap Kelima Pembelajaran Mengaji di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung

5 September 2022   10:30 Diperbarui: 5 September 2022   10:47 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santri sedang belajar praktek salat yang dipimpin oleh Ustadz Zakaria (Foto dokumentasi pribadi)

Tahapan kelima adalah mata pelajaran tambahan. Mata pelajaran tambahan ini disesuaikan dengan jadwal. Setiap pertemuan memiliki mata pelajaran tambahan yang berbeda-beda. Di antaranya: Setiap pertemuan Minggu pertama di awal bulan, mata pelajaran tambahan tersebut diisi dengan praktek fiqih ibadah. 

Pertemuan Minggu kedua, diisi dengan nonton film (belajar mengambil hikmah dari alur cerita film). Pertemuan Minggu ketiga, diisi dengan educational games. Sementara pada pertemuan Minggu terakhir, biasanya diisi dengan menulis bahasa Arab, Kaligrafi, Asma'ul Husna dan lain sebagainya. 

Praktek fiqih ibadah yang selama ini telah dilakukan adalah praktek wudhu, praktek salat dan menjaga kebersihan. Praktek wudhu sempat dilakukan oleh masing-masing santri dan diperhatikan oleh satu orang asatidz. Hal yang sama juga berlaku untuk santriwati yang dipantau langsung oleh satu orang ustadzah. Praktek wudhu ini pada dasarnya mengindahkan kaidah fiqih ibadah yang dibedakan sesuai batasan mahram. 

Menonton film telah beberapa kali dilakukan. Adapun film yang sempat dijadikan tontonan bersama, seperti halnya animasi kartun Nusa, cerita si Kancil, Upin & Ipin, animasi praktek wudhu dan salat serta lain sebagainya. Pada umumnya menonton film menggunakan media visualisasi proyektor itu ditujukan untuk meneguhkan atau pun memperjelas penyajian materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya. 

Atau mungkin sebaliknya, menonton film dalam rangka mendedahkan materi yang sama sekali baru. 

Seingat saya, selama ini pada pertemuan Minggu ketiga yang diisi dengan educational games hanya baru dua kali dilakukan. Itu pun diisi dengan educational games yang bentuk realisasinya seperti menyambung kata dan menyinkronkan puzzle potongan ayat surah Al-fatihah serta mencocokkan nama-nama hewan dengan gambar hewannya. 

Educational games tersebut dilakukan secara berkelompok. Upaya ini dilakukan untuk membangun keintiman dan ikatan kekeluargaan di antara para santri yang ada.

Lain lagi dengan menulis bahasa Arab, Kaligrafi, Asma'ul Husna dan lain sebagainya. Mata pelajaran tambahan ini secara konsisten selalu dilakukan. Tidak ada kata absen dalam setiap pertemuan Minggu terakhir pada setiap bulannya. Mata pelajaran tambahan bahasa Arab selama ini telah menulis beberapa materi. 

Misalnya saja tentang nama-nama anggota keluarga, nama hewan, nama buah-buahan dan yang terakhir dipelajari adalah tentang anggota tubuh. Dalam menulis bahasa Arab, tidak semata-mata ditulis kalimat Arabnya saja melainkan disertai dengan cara pelafalan dan terjemah. Terjemah sendiri ditulis dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris.

Tidak berbeda dengan mata pelajaran tambahan menulis Kaligrafi. Biasanya yang menjadi objek untuk ditulis kaligrafi merupakan kalimat (ayat-ayat Al-Qur'an) yang digunakan sehari-hari atau memang yang bersifat praktis. Misalnya saja seperti ta'ud, basmallah, Asma'ul Husna dan lain sebagainya. 

Cara penulisannya, kalimat Arab ditulis terlebih dahulu. Baru pada bagian bawahnya diberi arti. Dalam konteks ini, sebenarnya menulis kaligrafi selama ini lebih sering menuliskan Asma'ul Husna. Jadi jika menyebutkan kaligrafi spontanitas selalu dikaitkan dengan Asma'ul Husna.

Adapun lain sebagainya yang dimaksud dalam mata pelajaran tambahan adalah menuliskan materi-materi tertentu yang berhubungan banyak dengan fiqih. Misalnya saja menulis tentang rukun iman, rukun Islam, rukun dan syarat wudhu, syarat dan rukun salat, niat puasa, tata cara: salat tarawih, salat Idulfitri, membayar zakat dan lain sebagainya. 

Yang jelas, mata pelajaran tambahan pada Minggu terakhir pada setiap bulan tersebut ditujukan khusus untuk penyampaian materi secara teoretis. 

Dengan menyisipkan dua maksud sebagai fokus utama. Pertama, hendak melatih kedisiplinan menggerakkan otot kinestetik tangan para santri melalui proses menulis yang berkala. Kedua, bertujuan menambah kolektivitas wawasan pengetahuan keagamaan para santri.

Kendati demikian, dalam pelaksanaannya terkadang mata pelajaran tambahan tersebut dapat ditukarbalikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang memungkinkan. Yang terpenting, jadwal baku tersebut tetap dijalankan. Bagaimana pun proses pelaksanaan mata pelajaran tambahan ini disesuaikan dengan keadaan sumber daya manusia: santri dan dewan asatidz yang ada di saat sesi pertemuan sangat dimungkinkan.

Supaya lebih jelas, mari kita ambil satu contoh. Misalnya saja, pertemuan Minggu kedua harusnya diisi dengan mata pelajaran tambahan menonton film. 

Akan tetapi karena proyektor itu disimpan di kediaman ketua Yayasan Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung dan beliau sekeluarga sedang ada kegiatan di luar rumah, maka mata pelajaran tambahan tersebut dapat diganti dengan menulis bahasa Arab, kaligrafi, Asma'ul Husna, educational games, atau mungkin praktek fiqih ibadah. Semuanya menjadi fleksibel. 

Ada pula satu kasus, tatkala di pertemuan Minggu terakhir misalnya, mata pelajaran tambahan itu diisi dengan menulis bahasa Arab, kaligrafi, Asma'ul Husna dan lain sebagainya. Akan tetapi mereka yang mau menulis hanya santri yang lebih dewasa. Santri kecil lainnya memilih memposisikan diri sebagai penonton semata. Tentu saja, kami tidak menegurnya. Karena mungkin tingkat kemampuan menulis mereka belum sampai di sana. 

Jika mata pelajaran tambahan telah dirasa cukup, dalam artian telah selesai disampaikan, maka semua santri diminta untuk mengemas semua perlengkapan mengaji--buku tulis, pensil, penghapus dan jilid-- mereka kembali ke dalam tas masing-masing. Selanjutnya santri diberi aba-aba mempersiapkan diri untuk bergegas pulang. 

Santri yang awalnya dalam posisi duduk diminta untuk berdiri. Setelah semua santri berdiri dan dipastikan tidak ada segelintir anak yang celomes, baru asatidz instruktur memimpin doa menutup pembelajaran. Adapun doanya yakni membaca surah Al-fatihah dengan posisi kedua tangan diangkat. 

Usai membaca surah Al-fatihah disambung dengan membaca doa keselamatan dan uluk salam dengan gerakan sebagaimana di awal. Terakhir, para santri diminta mengantre untuk musafahah (bersalaman) dengan dewan asatidz. Mengantre untuk musafahah dalam konteks ini mengajarkan tentang kesabaran dan kedisiplinan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Apabila dikalkulasikan, alokasi waktu proses pembelajaran mengaji pada setiap sesi tidak lebih dari satu setengah jam. Bahkan jika jumlah santri yang masuk mengaji lebih sedikit dibandingkan biasanya, dan kuota asatidz yang hadir sedang prima maka proses mengaji itu dapat dilakukan dengan tempo yang lebih singkat lagi. Kurang dari satu jam. 

Kendati demikian, sesi pembelajaran mengaji yang kedua justru memiliki durasi waktu yang lebih panjang. Pembagian alokasi waktu tersebut dengan sengaja disetting sedemikian rupa untuk menunjang keefektifan.

Tulungagung, 05 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun