Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagian dua: Poin-Poin Penting Hasil Sowan

8 Juni 2022   13:43 Diperbarui: 8 Juni 2022   14:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Model wadah seperti ini penting adanya, mengingat rasa percaya diri dan keberanian untuk terus meningkatkan kualitas hidup dengan cara mengaktualisasikan diri melalui tulisan akan terbentuk dengan sendirinya tatkala seseorang telah merasa nyaman, termotivasi lingkungan dan tumbuh-kembang dalam ikatan kekeluargaan.

Kedua, Kopdar disesuaikan dengan kebutuhan yang memungkinkan, dikehendaki dan disepakati bersama. Persoal ini jangan dijadikan beban. Jika memang rencana kemarin yang telah disusun sebelumnya tidak srek dan terlalu kaku, maka kita bisa kopdar offline dengan Kongkow bareng di rumah Prof. Naim. Baik di perumahan beliau pribadi ataupun di rumah orangtua beliau yang beralamat di Sambidoplang. Yang terpenting disepakati terlebih dahulu konsep acaranya hendak seperti apa.

Tentu saja, untuk mengurusi seluruh persiapan dan kelengkapan Kopdar itu harus ada beberapa orang "penggemuk" SPK Tulungagung yang dapat diandalkan. Baik secara kepemimpinan, konseptual dan aksi nyata. Bukan semata-mata pandai menyuruh dan bervokal belaka. Mungkin tidak menjadi soal jika harus membentuk panitia khusus--menyatukan tenaga di antara pengurus dan beberapa anggota yang mau bekerja secara sukarela--untuk menyukseskan perhelatan kopdar offline pertama kali ini.

Ketiga, untuk mengantisipasi ketidakhadiran partisipan dalam Kopdar, entah itu "penggemuk" atau anggota SPK Tulungagung yang aktif dapat mengajak satu-dua orang siapapun yang minat. Tentu saja ini adalah solusi terbaik jikalau memang mayoritas anggota SPK Tulungagung berhalangan untuk hadir.

Di pertemuan sebelumnya, sebenarnya segelintir perwakilan "penggemuk" telah ngobrol tipis-tipis untuk menyiasati problem kealpaan di momen perhelatan acara Kopdar dengan berusaha membangun komunikasi yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan chatting jalur pribadi via WhatsApp. Pendekatan ini penting untuk dilakukan untuk menumbuhkan hubungan emosional. Sehingga akan ada rasa sungkan dan tidak enak diri jika tidak menghadiri acara Kopdar.

Keempat, kalau memang nanti format acaranya menghendaki adanya door prize buku, Prof. Naim siap menghibahkan. Ini salah satu solusi yang menggiurkan. Bagaimana pun jika kita bercermin pada kebanyakan acara yang menggunakan format door prize, umumnya sangat mungkin sekali menarik antusias massa. Bagaimanapun warga negara +068 umumnya masih doyan dengan program gratisan.

Sebagai contohnya, mungkin kita masih ingat dengan format marketing suatu produk makanan atau minuman instan yang  di dalamnya menyelipkan hologram keberuntungan. Produk itu pada kenyataannya laris manis di pasaran. Belum lagi model door prize yang booming kekinian. Misalnya saja door prize ala-ala prank, tantangan ekstrem, sosial eksperimen dan lain sebagainya. Apalagi jika kita menghelat acara sharing pengetahuan yang dibalut dengan door prize, sudah seharusnya dibanjiri partisipan.

Kelima, pasang surut keaktifan anggota grup itu sudah biasa. Yang terpenting, setiap anggota yang aktif harus terus berusaha meningkatkan semangatnya. Persoalan ini memang perkara klasik yang kambuhan obatnya. Mengapa demikian? Sebab jika ditelisik lebih jauh akan ada banyak faktor yang melingkupinya. Baik itu faktor internal--secara personal-- ataupun faktor eksternal di luar dirinya.

Kendati demikian, adanya semangat dari sebagian orang yang telah istikamah menulis juga perlu. Hal ini dimaksudkan untuk tetap merawat sekaligus menjaga geliat literasi yang ada di dalam diri masing-masing anggota. Mengapa demikian? 

Sebab orang yang belum sempat menulis dan mengunggah tulisannya ke dalam blog, bisa saja terpantik semangatnya tatkala membaca tulisan anggota yang aktif menulis. Karena sangat mungkin pula ada anggota yang aktif membaca namun sungkan untuk menulis. 

Aktif menulis namun sungkan untuk membagikan tautan blog-nya di grup. Akan tetapi yang berbahaya adalah aktif menulis namun tidak pernah membaca. Sedangkan pada klaster yang paling mengerikan adalah orang yang sudah alpa membaca dan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun