Robert T. Kiyosaki dalam buku Rich Dad's Cashflow Quadrant menyebutkan bahwa jalan hidup manusia tidak ditemukan di dalam pikiran. Jalan hidup manusia adalah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya (2021: 8). Kendati demikian, orang-orang yang paling penting dalam hidup manusia kebanyakan turut mendikte sebagian yang lain dengan bayangan nasihat-rekomendasi profesi harus menjadi apa (2021: 18-19).
Selanjutnya, kebutuhan itu hanya akan dicapai manakala dilakukan melalui proses penempaan dan pendisiplinan atas potensi yang menjurus. Artinya, dalam konteks ini, harus ada kualifikasi dan kompetensi tertentu yang menjadi prasyarat untuk mencapai gelar Profesor. Kiprah intelektualitas, produktivitas dalam berkarya dan skill yang mumpuni dalam berliterasi menjadi tiga prasyarat yang harus dikuasai.Â
Mengenai kiprah intelektualitas, produktivitas dalam berkarya dan skill mumpuni dalam berliterasi yang dimiliki oleh Prof. Naim telah saya bahas dalam artikel sebelumnya yang berjudul Prof. Ngainun Naim: Sosok Teladan yang Murah Ilmu. Artikel itu saya buat untuk memenuhi undangan menulis antologi dalam rangka apresiasi pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ngainun Naim yang dikelola grup sebelah. Sedang tulisan ini dibuat untuk memenuhi undangan menulis antologi sebagai apresiasi Guru Besar Prof. Dr. Ngainun Naim yang diinisiasi oleh kawan-kawan Sahabat Pena Kita Tulungagung.Â
Diraihnya gelar akademik tertinggi itu saya pikir tidak lepas dari proses panjang berdarah-darahÂ
yang telah lama dilakukan oleh Prof. Naim. Diterimanya gelar akademik tertinggi itu tidak lain kulminasi dari perpaduan antara usaha keras, kerja cerdas dan doa dari berbagai kalangan yang tak putus-putus. Sehingga tidak salah jika penghargaan-pencapaian itu sangat dielu-elukan oleh sebagian besar orang yang mengenal Prof. Naim.
Peletak Kesadaran Berliterasi
Prof. Naim sendiri di banyak kalangan-termasuk dalam hidup saya-berperan sebagai guru sekaligus sosok teladan yang menginspirasi dalam hal geliat literasi. Skill berliterasi beliau tidak perlu diragukan lagi. Sudah berapa puluh buku yang dilahirkan oleh tangannya. Bahkan saking besarnya geliat literasi yang menggelora dalam dirinya, beliau menjadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk menularkan semangat berliterasi kepada siapapun yang mau belajar. Beliau membukakan pintu ilmu tentang kepenulisan seluas-luasnya.Â
Seperti halnya yang ditegaskan dalam buku The Power of Writing Mengasah Keterampilan Menulis untuk Kemajuan Hidup, beliau secara konsisten mengajak dan memprovokasi setiap orang untuk menjadi bagian dari sosok yang melek atas pentingnya menekuni dunia literasi. Bagi beliau menjadi penggiat literasi adalah ruh seseorang yang pernah mengenyam dunia pendidikan. Seorang pembelajar (baik murid ataupun guru) sejati sudah seharusnya memiliki kompetensi dasar membaca, menulis dan berkarya yang konsistensi.
Mengapa demikian? Sebab semua itu adalah upaya melestarikan budaya peradaban ilmu. Karya tanda manusia itu mengada. Tanpa  itu semua, proses pembelajaran dan transaksi ilmu pengetahuan hanya formalitas belaka. Jika harus ditegaskan, skill berliterasi adalah penghulu atas terbukanya pintu ilmu. Sebab tanpa kemampuan berliterasi yang baik dan mumpuni akan mengakibatkan tersendatnya proses pembelajaran dan transaksi ilmu.Â
Oleh karena itu, hal mendasar yang harus dikokohkan sekaligus diperbaiki adalah pentingnya kesadaran berliterasi. Upaya menggugah kesadaran berliterasi itu Prof. Naim lakoni melalui banyak aksi: Mulai dari merawat blog, seminar, pelatihan hingga mengemasnya dalam bentuk buku.
Ciamis, 24 Januari 2022