Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengabdian Tanpa Henti

18 November 2021   22:31 Diperbarui: 18 November 2021   22:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

"Salah satu kenikmatan dalam hidup yang tak dapat dibeli dengan materi adalah mempersembahkan kemanfaatan diri untuk kemaslahatan umat", Dewar Alhafiz.

Februari 2019 saya memantapkan hati untuk bergabung menjadi bagian dari TPQLB Spirit Dakwah Indonesia. Lebih tepatnya, keputusan itu saya utarakan via WhatsApp kepada Pak Sinung Restendy (Selanjutnya sebut saja: Pak Sinung) selaku inisitor dan pendiri Yayasan Spirit Dakwah Indonesia. Setahu saya, profesi kerja Pak Sinung kala itu masih sebagai Dosen Luar Biasa di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung. Sementara sekarang, beliau merupakan salah satu Dosen ASN di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tatkala itu beliau (baca: Pak Sinung) menyambut hangat niat baik saya dengan mengarahkan untuk sesegera mungkin mengkonfirmasi kepada Mas Zakariya (selanjutnya sebut saja Mas Zaka; panggilan akrab) selaku ketua TPQLB Spirit Dakwah Indonesia. Beliau menginstruksikan sembari memberikan kontak person mas Zaka. Mas Zaka sendiri masih berstatus sebagai mahasiswa semester lima jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di fakultas yang sama dengan Pak Sinung.

Tak butuh waktu lama, saya pun langsung tancap gas menjalin komunikasi interaktif via WhatsApp dengan Mas Zaka. Kebetulan kala itu adalah masa transisi perpindahan tempat dilangsungkannya kegiatan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia, yang semula dihelat di kediaman Pak Sinung di Gedangsewu dipindahkan sementara di SDLB Tamanan. 

Di tempat penampungan sementara itu saya sempat mengindentifikasi bagaimana suasana mengajar para santri yang luar biasa. Pesan dan kesan pertama yang saya terima: pada awalnya merasa sangat kikuk dan blunder tentang bagaimana cara dan metode mengajari mereka. Mengaji tanpa suara. Ada yang bersuara tapi tidak begitu mengena di telinga saya. Waktu itu yang terdengar oleh telinga saya hanya suara plat yang menimbulkan tanda tanya. 

Akan tetapi yang timbul jelas di hati adalah tanda tanya besar yang justru menghardik diri saya. "Mengapa saya baru menyapa mereka? Selama ini saya ke mana saja? Besar kemungkinan karena selama ini saya menganggap mereka sebagai yang asing. Oh, jadi seperti itu rasanya berbaur dengan mereka", celetuk hati kecil saya. 

Jelas, kala itu adalah pertama kalinya saya berada di antara mereka yang luar biasa. Dan hati kecil saya merasa mantap berada di dekatnya. Ada rasa nikmat yang berbeda tatkala saya berkesempatan membimbing mereka. Bahkan saya merasakan hati kecil tersandera akut pada zona baru itu.

Pada kenyataannya, pertemuan pertama itu bukan hanya menggubris tentang kesadaran saya atas sejauh mana nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada saya, melainkan juga menyadarkan saya untuk tidak membuat dinding pembeda di antara makhluk ciptaan Allah SWT, pilih-pilih dalam menebarkan cinta-kasih dan banyak merangkul serta mengabdikan diri demi kemaslahatan umat.

Satu-dua bulan mengaji di SDLB Tamanan menyisakan keluh kesah dan tantangan yang cukup menguras tenaga. Mulai dari asatidz yang mengkhawatirkan para santri mengotak-atik barang sekolah, memukul kaca, rusak dan hilangnya atribut sekolah sampai dengan ruangan yang diasumsikan kurang menciptakan rasa nyaman untuk mendukung kelangsungan proses pembelajaran.

Postulatnya, inisiatif pindah ke tempat yang lebih nyaman dan homely pun terwujud setelah pergantian pembina Yayasan. Serah terima jabatan antara Pak Sinung beralih kepada Pak Imron (sapaan akrab). Kebetulan keduanya memiliki background yang sama di dinas sosial. Serupa pula dalam konteks kepemilikan jiwa sosial. 

Semenjak itulah dewan asatidz memboyong semua kegiatan TPQLB beserta para santrinya untuk menjadi pemakmur tetap Musala Baitussalam. Musala Baitussalam sendiri terletak di Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Di Musala inilah kami setip hari Minggu bersua ria kurang lebih selama empat jam pembelajaran. 

Perpindahan tempat pun diikuti dengan penataan administrasi, penetapan kepengurusan, kurikulum dan pasangan surutnya relawan asatidz yang silih berganti. Penataan administrasi banyak berhubungan dengan beralihnya kantor Yayasan Spirit Dakwah Indonesia, dari Desa Gedangsewu ke Desa Beji. 

Masalah alamat kantor Yayasan ini penting sebab menyangkut Surat Keputusan (legalitas) lembaga pendidikan yang dikeluarkan oleh Menteri. Selebihnya pengurus hanya perlu menata pengelolaan sumber daya manusia yang tertampung di TPQLB, baik itu dewan asatidz maupun para santri beserta wali santri yang ada. Termasuk pemberkasan yang menunjang kearsipan lembaga.

Di samping penataan administrasi yang terus digencarkan, guna memaksimalkan kinerja lembaga, akhirnya dibutuhkan pula penetapan pengurus harian TPQLB. Ketuanya masih didapuk oleh Mas Zaka, mengingat hanya dia yang paling lama mengabdi. Selain itu, dia juga orang pertama yang secara langsung ditunjuk oleh pembina sekaligus pendiri Yayasan Spirit Dakwah Indonesia di masa-masa awal. Pengabdiannya kurang lebih dua tahun lebih awal daripada saya. 

Ohya, bergabungnya saya ke TPQLB Spirit Dakwah Indonesia pada bulan Februari 2019 bersamaan dengan Mbak Febriana In Patmiati (sapaan akrabnya: Mbak Febri). Mbak Febri sendiri alumnus Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKes) Hutama Abdi Husada Tulungagung. Kampus yang satu lokasi dengan dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Saya pribadi mulai akrab dengan dia tatkala berkecimpung di organisasi Lentera.  

Meski demikian, sebenarnya Mbak Febri telah lebih awal memiliki ketertarikan untuk bergabung menjadi bagian dari TPQLB Spirit Dakwah Indonesia setelah mendengar petualangan kehidupan Pak Sinung tatkala persemian Lentera. Kebetulan waktu itu acaranya bertempat di kediaman Pak Sinung di Gedangsewu. Sementara saya merasa tertarik tatkala sedang menikmati momen epik tahun baru 2019 di kampung halaman tercinta, Ciamis. Dan saat terketuk itu pula saya langsung menghubungi Pak Sinung.

Kembali kepenetapan pengurus harian. Sekretaris dipercayakan kepada Mbak Febri, sementara masalah keuangan atau pembendaharaan dijatuhkan kepada Mbak Puspita Hanum. Sementara saya diamanahi bagian penataan kurikulum. Sisanya, tiga-empat orang sebagai anggota. 

Di masa-masa awal pembentukan, kepengurusan ini berjalan dengan baik-baik saja. Namun keadaan semakin chaos manakala kondisi keuangan setiap bulan minus, konflik internal hingga pencaplokan lembaga secara halus. Tentu mulanya berasal dari ketidakhati-hatian dan mawas diri dewan asatidz sehingga dengan mudah termakan bujuk rayu dan janji manis yang tampak tak ada mau. 

Sebagai puncaknya, terjadilah rapat luar biasa di antara dewan asatidz dan pengurus Yayasan. Hasilnya, disepakatilah keputusan untuk mengeluarkan pihak yang dipandang sebagai biang keladi konflik dan dalangnya biang. Tidak hanya demikian, pada kenyataannya hal itu menyebabkan kekosongan satu jabatan pengurus harian. Itu artinya harus dilakukan resufle kepengurusan. Struktur kepengurusan pun diubah. Saya menjadi Sekretaris, Mbak Febri sebagai bendahara sementara bagian kurikulum dipegang oleh Yuyun Indah Sari. 

Yuyun Indah Sari (sapaan selanjutnya: Yuyun) sendiri kala itu masih berstatus mahasiswa semester tua jurusan PIAUD Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN Tulungagung. Yuyun sendiri merasa tertarik untuk bergabung dengan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia setelah ia melihat stroy WhatsApp saya. Bahkan keberminatannya untuk bergabung secara spontan diutarakan kepada saya. 

Saya sendiri mulai mengenal Yuyun tatkala ia mengikuti satu-dua kali acara diskusi tipis-tipis yang dihelat oleh Lentera. Yang kemudian berujung dengan bertukar nomor WhatsApp. Pada kenyataannya Yuyun dan saya juga pernah satu organisasi di komunitas menulis cikal-bakal Sahabat Pena Kita cabang Tulungagung. 

Tidak hanya Yuyun, seorang teman dekatnya yang kala itu ikut nimbrung dalam acara diskusi tipis-tipis tentang pra-nikah, ternyata juga memiliki keminatan yang sama untuk ikut-ikutan bergabung dengan TPQLB. Namanya Yulika Purwaningsih. Namun, usut punya usut ternyata dia juga merupakan teman sejurusan Mas Zaka di Kampus. Pertemanan itu membentuk lingkaran ternyata ya? Saling keterkaitan dan saling menghubungkan.

Semenjak resufle kepengurusan ini, keadaan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia kembali stabil. Keuangan lancar jaya dan kegiatan pembelajaran aman sentosa. Namun, setelah berjalan kurang lebih setahun dan berbarengan dengan turunnya SK legalitas lembaga, Mas Zaka kembali mengusulkan resufle kepengurusan. Saya berpindah posisi sebagai bendahara, Mbak Febri sebagai pengendali kurikulum sementara Windy bertugas sebagai Sekretaris. 

Windy sendiri merupakan mahasiswi Jurusan KPI dan masih memiliki ikatan persaudaraan dengan isteri Mas Zaka. Windy mulai bergabung dengan TPQLB Spirit Dakwah Indonesia kurang lebih akhir tahun 2020. Itu pun atas inisiatif dari Mas Zaka. Meskipun telah mengalami resufle kepengurusan, namun Alhamdulillah tidak ada masalah yang berarti.

Kepengurusan yang mapan juga harus menghasilkan penataan kurikulum pembelajaran yang efektif. Jauh sebelum pembentukan kepengurusan secara struktural, sebenarnya kami terus berinovasi dan berusaha keras untuk menerapkan jadwal dan agenda yang konsisten. 

Terkait dengan jadwal, contohnya ialah berikut: 

Minggu ke-1 

1. Membaca do'a masuk

2. Membaca dan menulis Jilid

3. Praktek fiqh ibadah

4. Membaca do'a pulang

Minggu ke-2 

1. Membaca do'a masuk

2. Membaca dan menulis Jilid

3. Nonton film 

4. Membaca do'a pulang

Minggu ke-3

1. Membaca do'a masuk

2. Membaca Jilid

3. Menulis Jilid

4. Games

5. Membaca do'a pulang

Minggu ke-4

1. Membaca do'a masuk

2. Membaca Jilid

3. Menulis Jilid

4. Menulis Kaligrafi

5. Membaca do'a pulang.

Agenda Bulanan

1. Melaksanakan Gebyar PHBI

2. Out Class/3 bln

3. Creativy day/bulan

Jadwal pembelajaran ini sempat berjalan hingga bulan Maret 2020, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Akan tetapi jadwal ini mengalami kevakuman selama TPQLB Spirit Dakwah Indonesia diliburkan. Bahkan sampai sekarang pun kurikulum itu masih dalam proses penyesuaian kembali. Mengingat kuantitas dan konsistensi para santri belum tertata dengan baik. 

Sangat dimungkinkan, untuk tahun ini dan seterusnya akan ada penyesuaian kembali kurikulum, mengingat jenis disabilitas yang ada di TPQLB sudah kompleks. Mulai dari Tuna Rungu, Tuna Wicara, Tunda Daksa, Tuna Netra, Down Sindrom hingga Hiperaktif. Kedepannya kami akan berusaha merancang metode pembelajaran yang fleksibilitas dan efektif, sesuai dengan potensi masing-masing anak.

Sumber foto: dokumentasi pribadi
Sumber foto: dokumentasi pribadi
Sementara untuk status asatidz di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia ada dua jenis, yakni tetap dan relawan. Asatidz tetap umumnya telah mengabdikan diri lebih dari setahun, istikamah masuk setiap Minggu dan dapat meng-handle situasi TPQLB. Sementara asatidz relawan meskipun sudah masuk setahun akan tetapi durasi masuknya masih tidak teratur, jarang mengikuti kegiatan acara dan belum begitu adaptif. Meski demikian, untuk asatidz yang ada sekarang sudah tergolong asatidz yang berstatus tetap. 

Ohya, masalah pendanaan operasional TPQLB Spirit Dakwah Indonesia, sejauh ini masih konsisteni mengandalkan donatur tetap, LMI. Selebihnya mungkin rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Dana operasional yang ada biasanya digunakan untuk biaya konsumsi dan bisyaroh bulanan asatidz. Sedikit yang penting berkah dan merata. Kami tujukan yang sedikit itu untuk menggantikan uang bensinnya.

Di samping dana operasional yang dihasilkan dari donatur tetap, dewan asatidz juga dua tahun ini sudah membiasakan para santri untuk berinfaq. Uang infaq dari para santri itu dialokasikan untuk pelaksanaan peringatan hari besar Islam, kebutuhan mengaji dan asupan gizi para santri. Jikalau mencukupi, dana tersebut bisa digunakan untuk biaya agenda out class yang kerap diadakan tiga bulan sekali.

Out class sendiri biasanya diadakan di tempat-tempat terbuka. Lebih tepatnya, alam yang asri. Misalnya saja, agenda out class di awal tahun 2020 yang diselenggarakan di taman jurang Senggani, Sendang. Namun sayang, semenjak pandemi Covid-19 ini, kami belum menghelat out class kembali. Semoga besok dapat terealisasi. Aminn.

Nah kini terhitung, genap sudah tiga tahun lebih pengabdian saya di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia. Semoga bisa tetap istikamah dan terus berkontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia semakin jaya.

Tulungagung, 18/11/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun