Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bukan Pejuang Devisa Negara Biasa

13 September 2021   13:15 Diperbarui: 13 September 2021   13:24 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

Atas dasar ketulusan dan cinta pula kumpulan puisi itu berhasil tertengger di dalam buku yang dicanangkan kelahirannya. Meski telah dicanangkan kelahirannya, di satu sisi, taburan rasa dan campur aduk perasaan yang ambigu dengan mudah akan kita cicipi di beberapa bait puisi yang ditulis. Satu "kondisi luaran" yang nomal adanya dalam proses adaptasi. 

Dari hasil pembacaan antologi puisi tersebut, secara pribadi saya berusaha memahami "kondisi luaran" itu, bahwa para penulisnya tidak semata-mata hendak menampilkan gambaran umum kehidupannya selama bekerja di negera asing, melainkan bermaksud pula menawarkan berbagai hal baru yang mengguncang dirinya secara personal.

Berbagai hal baru yang mengguncang diri secara personal tersebut mulai dari setting waktu, tempat dan orang-orang baru yang ada di lingkungan sekitar kerja mereka. Tidak menutup kemungkinan, setumpuk tuntutan keras majikan yang berhasil memunculkan sikap kikuk sering tampil dalam proses adaptasi di sepanjang keberlangsungan kerja mereka. 

Meski demikian, mereka "tidak ingin" dan "mendefinisikan" tuntutan keras majikan itu sebagai proses adaptasi kerja baru yang harus dijalani dan menjadi pilihan profesi mereka. Lebih tepatnya, mereka hendak menyebutkan posisinya itu sebagai ketelanjuran pilihan. Ada kondisi luaran jauh dari ekspektasi yang diidam-idamkan.

Hal itu terekspresikan jelas dalam beberapa judul puisi yang mereka buat, misalnya: Terbuai Lara, Pahlawan Devisa, Janji Berdebu, Siksaku di Negeri Jiran, Gemuruh Waktu, Sepenggal Peraduan, Terkungkung Derita, Untuk Mangkatnya Tiga TKI di Malaysia, Ribuan Kilo bagi TKW, Teriak Bulan yang Terpasang Gerhana dan lain sebagainya.

Selebihnya, saya kira 113 puisi karya para pejuang devisa itu sangat layak untuk diapresiasi, mengingat mereka berani mengekspresikan diri, perasaan dan pengalaman hidup masing-masing dirinya menjadi suatu karya. Karya tulis yang mungkin saja akan memberikan inspirasi dan manfaat bagi khalayak ramai. 

Terlebih jika kita mau melihat fakta, bahwa tidak banyak orang yang mau berbicara lugas tentang pengalaman kerja di negeri asing. Empat jempol saya pikir layak diberikan kepada mereka semua. 

Satu waktu saya sempat membayangkan dan berharap: Mungkin dinamika literasi di negeri ini akan kian berkembang manakala setiap orang--tanpa memandang profesi yang digelutinya apa-- mau menuliskan cara pandang, pengalaman dan pengetahuan mereka masing-masing. Tentu nama dan serjarah hidup negeri ini akan lebih berwarna.

Sebagai penutup, izinkan saya menampilkan puisi karya Vanera el Arj  yang berjudul Sarjana "Kerja". Salah satu puisi bagian dari buku Tembang Cinta Kamboja, (Hal. 122).

Sarjana "Kerja"

Empat tahun itu minimal dan maksimal bisa bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun