Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Takdir Kematian

7 September 2021   07:53 Diperbarui: 7 September 2021   07:56 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kau tahu tentang kehidupan?

Jika sejam kemudian ajal segera memboyong jiwamu pelan-pelan
Ragamu berkabung kejang dalam pesakitan
Setiap bagian tubuhmu menggigil, segarnya berganti pucat pasi tanpa rekaan
Sementara nafasmu kian terengah-engah, menciut sampai di tenggorokan

Apa kiranya yang akan kau persiapkan?
Jika nyatanya maut itu tak pernah mampu diterka terlebih ditafsirkan
Bingkisan apa yang kiranya telah siap kau bawa teruntuk pulang?
Menempuh jalan keabadian
Dan tak ada lagi bahasa kematian

Lantas apa yang kau banggakan?
Alasan apa yang membuatmu kekeh menyebut diri diliputi kesempurnaan?

Usia
Harta
Paras rupawan
Kepemilikan
Pun jabatan tak pernah mampu menjadi bahan jaminan

Dikau pikir malaikat maut memerlukan sogokan?
Gunungan uangmu takkan pernah mampu membeli panggilan
Gratifikasi, ancaman dan preman sewaan pun tak kuasa menapik takdir yang menjadi bagian perseorangan
Tuhan telah mematri giliranmu kapan

Tugasmu hanyalah mempersiapkan
Mengikhlaskan di antara; pertemuan dan perpisahan
Di antara kenangan dan dikenang

Sungguh pun tak ada gunanya segala bentuk keengganan
Jikalau ngotot meminjam kekuatan semesta, itu pun takkan pernah cukup untuk menahan
Terlebih mengandalkan sekutu yang dielukan dan kau sebut sebagai Tuhan

Sungguh tak ada jalan kembali untuk menebus dosa dan penyesalan
Kenyataannya kini sudah ada di hadapan
Dan kita tetap saja takkan pernah mampu memalingkan
Sebab nasib setiap orang sama; dihampiri kematian

Kecamuk harapan dikau, kita dan khalayak orang sama; semoga diberi pengampunan, rahmat dan kelapangan
Rahim-Nya semoga kelak kita tuai.

Mojokerto, 7 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun