Apa yang kau tahu tentang kehidupan?
Jika sejam kemudian ajal segera memboyong jiwamu pelan-pelan
Ragamu berkabung kejang dalam pesakitan
Setiap bagian tubuhmu menggigil, segarnya berganti pucat pasi tanpa rekaan
Sementara nafasmu kian terengah-engah, menciut sampai di tenggorokan
Apa kiranya yang akan kau persiapkan?
Jika nyatanya maut itu tak pernah mampu diterka terlebih ditafsirkan
Bingkisan apa yang kiranya telah siap kau bawa teruntuk pulang?
Menempuh jalan keabadian
Dan tak ada lagi bahasa kematian
Lantas apa yang kau banggakan?
Alasan apa yang membuatmu kekeh menyebut diri diliputi kesempurnaan?
Usia
Harta
Paras rupawan
Kepemilikan
Pun jabatan tak pernah mampu menjadi bahan jaminan
Dikau pikir malaikat maut memerlukan sogokan?
Gunungan uangmu takkan pernah mampu membeli panggilan
Gratifikasi, ancaman dan preman sewaan pun tak kuasa menapik takdir yang menjadi bagian perseorangan
Tuhan telah mematri giliranmu kapan
Tugasmu hanyalah mempersiapkan
Mengikhlaskan di antara; pertemuan dan perpisahan
Di antara kenangan dan dikenang
Sungguh pun tak ada gunanya segala bentuk keengganan
Jikalau ngotot meminjam kekuatan semesta, itu pun takkan pernah cukup untuk menahan
Terlebih mengandalkan sekutu yang dielukan dan kau sebut sebagai Tuhan
Sungguh tak ada jalan kembali untuk menebus dosa dan penyesalan
Kenyataannya kini sudah ada di hadapan
Dan kita tetap saja takkan pernah mampu memalingkan
Sebab nasib setiap orang sama; dihampiri kematian
Kecamuk harapan dikau, kita dan khalayak orang sama; semoga diberi pengampunan, rahmat dan kelapangan
Rahim-Nya semoga kelak kita tuai.
Mojokerto, 7 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H