Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bakat Terpendam Menjadi Tukang Palak

10 Juli 2021   08:37 Diperbarui: 10 Juli 2021   09:19 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumentasi pribadi

Tulisan ini lanjutan dari unggahan sebelumnya dari tulisan bagian 1 yang berjudul "bukan pemalakan biasa".

Bagian 2: Kedatangan Hasil Malak itu Sekejap Kilat

Tak butuh waktu lama, tak selama bulan merindukan mentari, kabar mengenai di mana posisi paketan buku yang dikirim Kak Ina pun sampai ke hadapan saya. Saya girang bukan kepalang tatkala mendapati Smartphone made in Cina milik saya masih berbaik hati mempersilakan masuk notifikasi. 

Padahal keadaan kolom notifikasi itu sebelumnya benar-benar sedang frustasi. Uzur karena sifatnya yang selalu mengubur. Fakir karena tak pernah ada kabar dari sang kekasih yang terparkir. Karena diliput patah hati yang tak berkesudahan itulah notifikasi benar-benar depresi. 

Parahnya lagi, saya sebagai pemilik hp butut-seiring keadaan bagusnya yang kian menyusut- itu juga tidak pernah tahu pasti sejak kapan si notifikasi punya kekasih. Kapan ia merajut asmara dengan notifikasi lain, tertawa lepas bersama hingga terbahak-bahak, mulai kapan ia patah hati sampai dengan keadaan dukanya yang kian kompleks. 

Tentu kasus duka yang kian kompleks dan meradang itu tidak pernah bisa dinalar meski dengan akal yang cetek. Tidak pula kedukaannya dapat diraba-raba secara pasti oleh perasaan yang berapi-api, sekalipun itu melibatkan jiwa terdalam yang kita sebut hati nurani. 

Dalam kekalutan itu, pernah sesaat pikiran saya coba-coba untuk menggila. Menuduh kedukaan itu muncul dari perselingkuhan di antara sekian banyak notifikasi. Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok, WhatsApp, Messenger, Telegram, Shopee dan akun media sosial lain yang saling bertengkar hebat untuk mengambil penuh ruang hati notifikasi. Itu pun disempurnakan dengan SMS pemberitahuan pulsa sekarat yang begitu laten mengencani. Hampir setiap hari. 

Sementara notifikasi sendiri masih saja kikuk dengan sikap permisif dan labilnya yang tak pernah kunjung membatasi diri. Antara tak ingin benar-benar move on dari satu hati dan hendak berpaling pada tambatan hati yang memberi janji. Antara mencampakan hubungan suram yang tak direstui dengan nafas-nafas kesetiaan yang semoga saja bertahan dan direstui. Begitu rumit keadaannya.

Apa mungkin pula, kedukaan itu dipicu seringnya pertikaian hebat antara kilo bait (KB) dan mega bait (MB) tatkala tethering di antara sekutu hp android made in Cina yang kere akan paket data. Mungkin ini, mungkin itu dan kemungkinan lain yang tak pernah absen menjejali ruang kedukaan notifikasi. Ah, sialan. 

Betapapun kompleks kedukaan itu menyelimuti setiap kujur notifikasi, saya tetap tidak peduli. Memilih bungkam seribu kata untuk tetap antipati. Sebab yang saya tahu cuma satu, buku yang sempat membuat ngiler itu akan segera bertepi, melengkapi koleksi saya di rak yang bukan lemari. 

Selasa, 06 Juli 2021 tepat pukul 09.41 WIB mas kurir mengirimkan chat kepada saya: "Assalamualaikum wr. wb. 

Selamat siang, untuk memudahkan kurir SiCepat mengantarkan paket anda, mohon memberikan informasi dibawah ini :

1. arah-arah atau ancer-ncer rumah

2. bisa ditambah juga ciri-ciri rumahnya

3. atau bisa shareloc google.maps

Mohon bersabar, doakan kami selamat membawa paket sampai rumah anda... Terimakasih 😊🙏🏻". Sudah barang tentu chat itu datang disertai dengan foto bukti daripada barang yang dipaketkan.

Seketika saya intip notifikasi itu dan langsung saya balas dengan menjawab salam, memberikan ancer-ancer rumah sedetail mungkin yang disertai dengan seperti apa deskripsi rumah. Supaya tidak ribet, akhirnya saya pun berinisiatif untuk mengirimkan video deskripsi rumah yang telah lama saya simpan. 

Wujud kegirangan yang membuncah itu pun akhirnya dengan sengaja diabadikan dalam story WhatsApp milik saya. Foto paketan yang dikirim mas kurir itu pun saya pajang disertai dengan bumbu-bumbu penyedap rasa kegembiraan. 

"Buku yang berjudul "Sumur" karya Bung Eka sebentar lagi akan sampai ke tangan saya. Buku ini hasil malak "premanisasi" saya kepada kakak PJ yang negemong saya selama mengikuti program latihan menulis di KMO (komunitas menulis oline). Cerita selengkapnya, nanti saya akan curahkan di blog saya pribadi. 🙏 Selain itu, ada juga satu buku "Kaki Tangan Tuhan" hasil malak saya yang belum dikirim kak Njip 😂".

Pengunggahan kegirangan saya atas akan datangnya buku gratisan di story WhatsApp itu bukan tanpa alasan, melainkan karena saya merasa tidak memiliki media yang tepat untuk meluapkan kegembiraan. Bahkan teman-teman yang saya anggap sebagai bagian kecil daripada warna hidup saya pun akhir-akhir ini terasa hilang.

Bersambung...

Ohya, selamat Ulang tahun untuk si Aku. Semoga dengan berkurangnya umur, semoga yang disemoga segera tersemogakan. Tambah anu. Eh, anu apa ya.. 😂

Tulungagung, 10 Juli 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun