Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Syukur di Balik Kerapuhan Rasa dan Psikis di Hari Raya

15 Juni 2021   06:28 Diperbarui: 15 Juni 2021   06:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam keterusterangan kita seakan-akan membobol berangkas yang selama ini mereka (red; para tetangga) jaga dengan begitu ketat dan penuh hati-hati. Namun saking merasa memiliki hak untuk mendikte dan menilai sedetail mungkin kehidupan mereka, lantas kita menjadikan setiap perilaku, kebiasaan dan setiap keputusannya sebagai topik pergunjingan dalam silaturrahim pasca lebaran tiba. 

Secara tidak sadar, kebiasaan gibah dalam konteks silaturrahim pasca lebaran itu sejatinya telah menciderai pemberian kesempatan untuk lebih baik dan menggenapkan kefitrian jiwa kita di hari raya. Satu kebiasaan yang telah berhasil mengotori kertas putih yang berusaha kita jaga. 

Untuk lebih mudah memahaminya, pendek kata terkadang kita acap kali lupa waktu dan tempat sehingga lebih suka menciderai kesempatan yang ada hanya untuk hal yang sia-sia. Sebutkanlah keadaan ini dengan kebobolan dari sekian lama upaya pertahanan. Pertahanan yang telah kita latih semenjak bulan Ramadan hingga mencapai hari kemenangan yang diniatkan sebagai kesadaran baru atas satu kebiasaan. 

Sampai di sini, saya terhiyak. Tertegun mendapati borok dalam langgengnya tradisi pasca lebaran Idulfitri yang tidak disadari bahkan diasumsikan sebagai satu kelumrahan oleh khalayak ramai. Satu borok yang berselimut dalam tradisi positif, silaturrahim pasca lebaran. 

Meski demikian, namun bukan berarti pula, saya hendak melarang dan menyebutkan silaturrahim pasca lebaran Idulfitri itu biang yang mendatangkan kemudharatan, melainkan hanya hendak mengingatkan untuk tetap berhati-hati dan mawas diri tatkala melakukan proses silaturrahim supaya tidak terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan baru yang kita lakukan tanpa sadar.

Yang harus menjadi catatan kita semua di sini; bersilaturahimlah dengan penuh semangat kebijaksanaan dan berdasarkan kecondongan bahasa kenuranian. Jangan biarkan hakikat silaturrahim sebagai sarana kebaikan ternodai oleh tumpukan hasrat nafsu yang merapuhkan iman. Tetap istikamah dalam berjuang. Tundukkan dan kendalikan nafsumu untuk meraih iffah, sa'adah, mahabah dan raja' dalam ketakwaan.

Bersambung...

Bagian selanjutnya silakan pantau di dewaralhafiz.blogspot.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun