"Bermimpilah setinggi mungkin, asalkan jangan sekadar digantung dalam angan. Tugasmu hanya mengupayakan, sisanya kehendak Tuhan", Dewar Alhafiz.
Menjadi seorang penulis adalah mimpi yang masih saya idam-idamkan. Mimpi lama yang sempat terombang-ambing itu telah terinjeksi kembali pada Jum'at, 16 April 2021. Lebih tepatnya, hari keempat puasa di bulan suci Ramadan.Â
Semoga ini adalah gerbang yang membawa saya masuk ke dalam jurang kebaikan. Satu upaya disiplin yang mendorong saya untuk terus produktif dalam menorehkan karya di bulan yang penuh kemuliaan ini.
Injeksi itu tentu tidaklah instan, melainkan berkat suntikan materi dan motivasi dari Coach Tendi Murti yang luar biasa. Kang Tendi Murti dikenal sebagai penulis, bahkan semua buah pena beliau dikategorikan best seller.Â
Alasan itu pula yang menjadikan beliau saya pikir pantas untuk dikatakan sebagai penulis sekaliber dengan Mbak Asma Nadia, Mas Isa Alamsyah, Mas Dewa Prayoga, Boy Chandra dan penulis top lainnya. Â
Selain berprofesi sebagai bisnis men, lelaki kelahiran Cirebon itu adalah Founding Father dari Komunitas Menulis Online Indonesia (KMOI) yang telah berdiri kurang lebih enam tahun lamanya. Satu organisasi menulis yang tumbuh kembang seiring berjalannya waktu sehingga mendapat apresiasi yang luar biasa dari khalayak ramai. Hal itu dibuktikan kuat dengan jumlah follower yang sudah mencapai angka puluh ribu.Â
Puluhan ribu follower itu pun hampir ada di setiap pelosok wilayah Indonesia. Uniknya, hampir-hampir semua follower-nya tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Entah itu dari segi usia, profesi, pendidikan, kecenderungan genre menulis sampai dengan intensitas keaktifannya.
Sebagai sesama warga Jawa Barat, tak apa kalinya? Mulai sekarang saya jadikan beliau sebagai salah satu roll model dalam hal tulis-menulis. Setidaknya, dari beliau saya bisa banyak tahu ilmu tentang menulis dan menerbitkan buah pena yang bisa menyentuh level best seller. Meskipun nantinya saya harus berjungkal balik berulang-ulang kali. Namun, sungguh tak apa.Â
Yang pasti, saya berharap; semoga semangat dan kegetolannya dalam menapaki jalan terjal untuk berkarya terhibahkan nyata pada diri saya. Semoga saja demikian, dan rapalan do'a ini dikabulkan Tuhan dengan Sami'-Nya yang tak terhingga. Amin ya rabbal 'alamin.
Ohya, ini adalah kali pertama saya mengikuti pelatihan menulis via telegram. Hal yang sama sekali baru bagi saya. Padahal yang selama ini saya tahu dan belajar dari pengalaman sebelumnya, umumnya pelatihan menulis itu dilakukan live streaming via YouTube, Zoom dan Google Meet saja. Lah, kok ini via telegram. Sangatlah aneh bukan? Makanya saya sangat penasaran seperti apa konsep pelatihan yang hendak disuguhkan.