Jika kita perhatikan lebih jauh, terkadang nasihat-nasihat di bak truk itu tampil sembari diimbuhi dengan pampangan gambar yang senyawa. Bahkan, tak jarang pula gambar tokoh-tokoh tersohor; entah itu artis, aktor, model, hewan, alam dan lain sebagainya dijadikan sebagai penyempurna yang dipandang pas dalam menyampaikan nasihat itu ke muka. Alasannya sederhana, supaya orang yang membaca langsung "ngeh", mencerna makna yang hendak disampaikan kepadanya.
Ah, saya jadi penasaran, siapakah gerangan yang pertama kali menemukan ide gila untuk menaruh penggalan nasihat pada bak truk? Yang tahu-menahu tolong ya japri saya. Siapapun itu kiranya pantas kita menghadiahi Al-Fatihah seiring do'a.
Lantas kenapa kita harus menghadiahi Al-Fatihah seiring do'a? Sebab itu tak lain adalah salah satu bentuk dakwah yang ringan dicerna semua kalangan dan mudah diterima.Â
Di samping itu, sependek yang saya tahu, nasihat-nasihat itu telah ada jauh semenjak saya bersekolah di sekolah dasar di Desa Dayeuhluhur, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Ciamis.
Secara tidak sadar ide gila itu sama persis dengan nasihat-nasihat atau kata-kata bijak yang kerap kita temukan di bungkus Snack, bumbu halus dapur, penyedap rasa, pada kemasan sabun, pasta gigi, deterjen, permen, susu instan dan lain sebagainya.Â
Lantas bagaimana kita menyikapinya? Seharusnya kita bersyukur sebab masih ada banyak jalan yang tak mengenal ruang dan waktu untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Saya yakin, rangkaian kalimat yang berupa nasihat ataupun serial kata-kata bijak itu tidak tertuang alakadarnya sebagai penghias semata melainkan mempunyai i'tikad (maksud) yang baik terhadap sesama manusia.Â
Bukankah salah satu kewajiban kita sebagai muslim adalah saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran? Begitulah firman Allah SWT dalam Hudan-Nya.
Sampailah saya pada satu simpulan, bahwa seonggok kalimat yang tak sengaja kita lihat dan baca itu terkadang adalah nasihat yang penuh hikmah. Satu nasihat yang hendak mengingatkan kita setiap saat untuk lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Bagaimanapun kita tidak bisa menolak, kapan hikmah itu akan menghampiri diri. Selebihnya tergantung pada keputusan kita, mau menerimanya atau mengabaikannya.
Yang harus kita perhatikan di sini, adalah sudahkah kita merenungkan bahwa setiap yang apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengar tidak lain daripada proses untuk sampai pada hakikat kesadaran diri sebagai manusia seutuhnya.
Tulungagung, 14 April 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H