Alih-alih saya hendak menceritakan sedikit profil kehidupan saya, namun senior yang sedikit paham tentang saya telah terlebih dahulu memaparkan kepadanya. Raut muka beliau nampak sangat antusias dan bersuka cita untuk berbagi cerita inspiratif dan menggali jauh tentang bagaimana kehidupan saya selama di Tulungagung.Â
Tak lama kemudian, sampailah kita pada satu cerita, bahwa beliau memiliki yayasan Spirit Dakwah Indonesia yang fokus memberdayakan potensi yang kerapkali dilupakan banyak orang. Apa itu? Salah satunya yakni memberikan pendidikan keagamaan kepada anak-anak disabilitas. Pendidikan itu sendiri dilangsungkan melalui satu lembaga yang diberi nama taman pendidikan Al-Qur'an luar biasa (TPQLB) Spirit Dakwah Indonesia.Â
Secara intens, TPQLB sendiri kurang lebih telah berdiri dua tahun yang lalu. Kebetulan tatkala itu keberlangsungan kegiatan di TPQLB banyak didukung oleh tenaga relawan. Bahkan beliau menunjuk salah seorang mahasiswa yang berasal dari kampus di mana beliau mengajar, yakni IAIN Tulungagung, untuk menjadi kepala TPQLB.Â
Beliau menegaskan bahwa keberadaan relawan itu sangat penting dalam keberlangsungan TPQLB, karena bagaimanapun para santri tidak pernah diberatkan untuk membayar zariyah, infaq, SPP atau apapun itu namanya. Yang jelas para santri dari manapun asalnya dengan leluasa bisa belajar mengaji, praktek ibadah, dan mendapat pendidikan agama lainnya secara gratis atau cuma-cuma di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia.Â
Nah, jadi ceritanya setiap beberapa bulan sekali TPQLB Spirit Dakwah Indonesia diawal-awal berdirinya kerap merekrut relawan untuk menjadi ustadz dan ustadzah secara sukarela. Setelah tiga bulan mengajar, nantinya relawan akan diberikan reward berupa piagam penghargaan atas partisipasi dan kesediaannya untuk berbagi ilmu dengan para santri yang ada di TPQLB.
Tatkala bercerita tentang yayasan Spirit Dakwah Indonesia, terdapat tiga orang pendengar setia yang hanyut di dalamnya. Saya, salah seorang teman dan mas senior. Kebetulan teman saya sangat antusias mengetahui adanya pembukaan relawan di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia itu. Di sanalah, diam-diam hati saya merasa terketuk, tertarik untuk mencoba berbagi dan belajar bersama dengan para santri yang luar biasa. Ketertarikan itu, saya simpan rapat-rapat hingga tak nampak seantusias teman saya tersebut.Â
Tentu ini adalah tantangan baru yang saya pikir akan mendewasakan, menambah pengalaman dan mengubah cara pandang saya terhadap sesuatu yang sama sekali belum pernah lakukan sebelumnya. Terlebih lagi, saya tidak pernah mempelajari bahasa isyarat, tidak memahami bagaimana cara komunikasi dan mengajari ngaji anak-anak yang tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, hiperaktif, autis dan lain sebagainya. Tentu ini hal yang luar biasa. Ya, salah satu hal yang luar biasa, kalimat yang meyakinkan saya untuk bergabung sebagai bagian dari tubuh Marwah lembaga.
Singkat cerita, tak lama kemudian satu persatu dari teman-teman saya mulai berdatangan dan memadati pelataran rumah. Hingga akhirnya, topik pembicaraan pun harus dialihkan pada maksud dan tujuan kenapa kami harus bermuajah di pagi menjelang siang itu.Â
Cas-cis-cus kami terlibat banyak dialog terkait bagaimana rangkaian acara launching organisasi yang memiliki visi-misi mencerdaskan kehidupan sosial yang harmonis dengan menata hal itu dimulai dalam ruang lingkup yang sederhana terlebih dahulu, yakni keluarga.Â
Maklum saja, memang organisasi ini diinisiasi oleh senior-senior yang bekerja di puspaga (pusat perlindungan anak dan keluarga) yang bernaung di bawah dinas sosial kabupaten Tulungagung. Kalau saya si, cuma senang mencari pengalaman, relasi dan hal-hal baru yang memang sekiranya bermanfaat dan menambah wawasan saja. Jadinya, saya merasa terpanggil untuk tergabung di dalamnya.
Setelah acara launching Lentera usai, tahun baru 2019 pun saya sambut secara antusias dengan mudik ke kampung halaman. Selama di kampung halaman itulah, akhirnya saya bulatkan tekad untuk bergabung menjadi relawan di TPQLB Spirit Dakwah Indonesia. Nampaknya, tidak ada lagi alasan untuk tidak meluangkan waktu untuk berusaha berbagi dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Mumpung diberikan kesehatan dan kelapangan waktu. Jika tidak sekarang, kapan lagi?