Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesuksesan Tak Lain Karena Proses

7 Desember 2020   13:30 Diperbarui: 7 Desember 2020   13:31 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses panjang pembentukan karakter kepribadian dan kecenderungan spiritual dalam menghadapi setiap keadaan. Termasuk tatkala manusia dihadapkan dengan satu keadaan yang tak pernah diprediksikan. Evaluasi demi evaluasi dari setiap kesukaran dalam setiap keadaan sejatinya mengantarkannya pada satu pembelajaran.

Pembelajaran yang mungkin awalnya adalah kesanksian dan keniscayaan namun seiring perkembangan kognitif dan afektif yang dimiliki oleh setiap manusia sangat dimungkinkan untuk mengupayakan adaptatif atas kejadian dan peristiwa alam.

Sebagaimana manusia melakukan adaptasi dari zaman berburu, bercocok tanam (bermukim), membuat gerabah hingga hidup berkelompok saling membantai mengatasnamakan Tuhan dengan melibatkan spiritualitas dalam setiap aktivitas keseharian.

Melalui penegasan tersebut Karen Armstrong seakan-akan sedang mencambuk kesadaran diri kita dalam keterlenaan atas keadaan. Kesuksesan personal kenyataannya tergantung pada persepsi dan kehendak untuk mengendalikan diri dalam setiap keadaan. 

Kemampuan adaptatif personal sehingga mencapai hasil yang dikehendaki dan tidak bertabrakan dengan vernum adalah proses pembelajaran yang mengantarkan kita pada keadaan yang menyenangkan dan mendamaikan. 

Sampai di sini, sukses itu dapat diartikan sebagai proses matang yang melibatkan kesadaran dan tidak bersimpangan dengan kehendak vernum. Sukses itu mendamaikan bukan menyengsarakan. Sukses itu keadaan positif yang menguntungkan berbagai pihak. Sukses itu satu keadaan yang diupayakan bukan sekadar menguap dalam perkataan. 

Lantas, bagaimana tentang korelasi antara sukses dengan kepemilikan harta dan tahta yang sering kali dijadikan parameter? Apakah itu bukan sukses? Bagaimana pula dengan mereka yang telah bekerja keras namun tak kunjung mencapai target idealisme yang disebut sukses?

Untuk memperoleh jawabannya, silakan tanyakan kembali kepada diri kita masing-masing, apa makna sukses menurut idealitas Anda. Apa jangan-jangan, idealitas kesuksesan versi kita hanya sekadar menutup-nutupi bakat kerakusan yang bersemayam di dalam dada belaka.

Tulungagung, 7 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun