Dengan bahasa apa aku harus mengeja jenis kelamin
Semua kupandang dalam kelaki-lakian
Khalayak orang sibuk mendefinisikan
Budaya patriarkal banyak menerjemahkan
Cara pandang maskulin ramai-ramai ditegakkan
Ruang-ruang tersesaki politik keberingasan
Beradu padan warna-warni naik pitam
Semua berbicara tentang kekuasaan tanpa pengecualian tajam
Cukup panjang nan kian mencekam
Dua sisi pelipis kutub kini semakin buram
Tak pernah ada koreksi mendalam
Serba luput menyutat ketergantungan atas hujam
Semakin hari menjingjit kelam
Di paruh waktu segelintir orang bertanya tentang riwayat perempuan
Namun tak pernah kunjung terpuaskan
Tak ada pula tingkat kejelasan mapan
Semua gertak dan gambaran tersulam dalam keabu-abuan
Sempurna dalam bualan
Tersipu-sipu dalam kesemuan
Berapi-api menjelma karena riak kepentingan
Terpapah telunjuk bahasa tuan
Lantas ke mana aku harus mencari muara kebenaran?
Tentang puan dan siklus peradaban
Soal identitas dan kepemilikan
Terkait pengakuan beserta kewarasan
Bagaimanapun kesibukanku kini menyangkut sangsi perihal keberadaan
Ironis menentukan timbangan kejujuran seraya diliputi keraguan
Riskan menerawang kepercayaan
Sebab akibat ludes terjual di pasaran
Dan detik ini semuanya kembali terngiang-ngiang
Mengada-mengada pun tak pernah sungguhan dilarang
Bukankah kita manusia yang bertubi-tubi malang?
Yang selalu membisu dalam kalang
Aku yang telanjur menyusun imaji dalam banyak kebimbangan
Sedang mungkin tak keterlaluan,
Bila menuang sederet tanya mengenai ketidakpantasan
Antara transaksi ego dan masa depan
Tulungagung, 16 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H