Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Kalangan Netizen

3 Agustus 2020   21:31 Diperbarui: 3 Agustus 2020   21:34 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika realitanya demikian, terkadang rasanya ingin sesekali aku bersu'udzon tanpa mengarahkan telunjuk pada siapapun. "Sebenarnya sudah seberapa akut si tingkat kemalasan mereka sebagai kaum rebahan?

Sampai-sampai hobi baru sebagai andalannya adalah cekikikan sembari memilah-milah dan mengebiri potensi minat baca yang mereka miliki", pikirku dalam lamunan.

Mungkin iya media sosial secara tidak sadar telah banyak mendikte, berkontribusi dan mengondisikan kebiasaan hidup kita. Anda tidak percaya? Baiklah sekarang mari kita buktikan bersama-sama.

Anda pasti punya akun media sosial bukan? Jika iya, mulai detik ini mari kita belajar menilai dan memberi pendapat tentang riwayat singkat penggunaan Facebook, Twitter dan Instagram secara seksama.

Kita mulai dengan beberapa pertanyaan ringan. Di akun media sosial apa Anda sering aktif? Sejauh ini postingan apa saja yang sering Anda lihat? Bagaimana cara Anda merespon deret postingan tersebut? Atas tujuan apa Anda membuka media sosial? 

Saya yakin seyakin-yakinnya, apabila deret pertanyaan itu diunggah menjadi status di media sosial maka akan ada empat kemungkinan kelompok koresponden; pertama, kalangan emoticon. 

Di mana orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini lebih suka memberi jawaban singkat melalui emot yang digunakan. Mereka lebih suka menyikapi kondisi dengan pandangan yang ekspresif.

Kedua, kalangan julid dan nyinyir. Mereka yang tergolong dalam kalangan ini hanya akan beraksi makala sesuatu yang di posting itu membuatnya risih dan diasumsikan sebagai acamanan yang merugikan diri secara personal. 

Namun tatkala sudah beraksi, kadangkala komentarnya menyisakan luka, sesak dan benci terhadap korban yang dikuliti. Representasi sikap tersebut terwakili oleh kata sarkas yang mengabaikan pola-pola yang berlaku dalam norma sosial dan undang-undang ITE. 

Ketiga, kalangan yang cenderung memilih bersikap apatis terhadap apa yang telah iya baca. Sikap apatis terhadap segala sesuatu yang dicecapnya di media sosial tersebut bisa jadi dilatarbelakangi oleh beberapa hal, misalnya saja; informasi yang ditampilkan di media sosial tersebut memang telah diketahui, dengan sengaja ia mengambil jarak, merasa bosan dengan postingan yang monoton, atau memang postingan yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan yang dicarinya. 

Dalam konteks ini, sudah barang tentu akan ada banyak alasan yang tak mampu diutarakan dan disamaratakan. Dipukul rata dari satu sudut pandang pihak ketiga itu adalah sesuatu hal yang sangat dipaksakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun