Mohon tunggu...
Manganju Luhut Tambunan
Manganju Luhut Tambunan Mohon Tunggu... -

Mari kembali belajar.\r\nBelajar menjadi manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejenak Ingin Mengasihimu

22 Mei 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:22 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sejenak ingin mengasihimu dengan tulus, aku teringat akan ketulusan diri Ibu Teresa mencintai kaum papa di Kolkata hingga tutup usianya.
Sejenak ingin mengasihimu dengan kesejatian, aku teringat akan kesejatian diri Rabindranadath Tagore dalam mempertahankan hakekat pendidikan di salah satu tempat di India sampai titik akhir hidupnya.
Sejenak ingin mengasihimu dengan cinta kasih, aku teringat akan Mangunwijaya dalam setiap pemikiran dan tindakannya akan cinta kasih yang tanpa sekat hingga detik akhir kehidupannya.
Sejenak ingin mengasihimu dengan kepahlawanan, aku teringat akan kepahlawanan diri William Walace dalam pergolakannya memerdekakan Skotlandia sampai maut menjemputnya.
Sejenak ingin mengasihimu dengan egaliter dan militansi positif, aku teringat akan sikap egaliter dan militansi positif Tan Malaka saat berjuang dan pencerdasan di daerah-daerah.
Sejenak ingin mengasihimu dengan keberanian, aku teringat tentang keberanian Copernicus dalam mempertahankan teorinya hingga merenggut nyawanya.
Sejenak ingin mengasihimu dengan keabadian dan kesetiaan, aku teringat akan janji Jean Paul Sartre dan Simone de Beauvoir bahwa mereka memegang teguh keabadian dan hidup tanpa pengingkaran.
Sejenak ingin mengasihimu dengan nilai kemanusiaan, aku teringat akan prinsip kemanusiaan Pramoedya Ananta Toer hingga bertaruh dan menghabiskan hampir setengah hidupnya di penjara karena prinsip-prinsip hidupnya dalam balutan kemanusiaan.
Sejenak ingin mengasihimu dengan pengorbanan, aku teringat akan karya, sikap dan tindakan pengorbanan Antonie Laurent de Lavoisier semasa hidupnya, bahkan saat kepalanya harus dipenggal, ia menganjurkan seseorang menghitung jumlah detik detak jantungnya sebagai persembahannya terakhir kepada Ilmu pengetahuan.
Sejenak ingin mengasihimu dengan pemahaman keunikan dan integritas, aku teringat akan ikrar Eric Fromm bahwa cinta adalah cara untuk mengatasi problem isolasi dan keterpisahan, tanpa mengorbankan integritas serta keunikan masing-masing.
Sejenak ingin mengasihimu dengan idealisme, aku teringat akan prinsip idealisme Soe Hok Gie, sekalipun berbeda dari orang kebanyakan hingga titik akhir hidupnya.

Namun lebih jauh aku berpikir bukan hanya untuk sejenak tetapi untuk selamanya. Suatu saat aku akan berikrar dan juga berbuat bahwa aku akan mengasihimu dan mencintaimu dengan perpaduan itu semua: tulus, kesejatian, kepahlawanan, pengorbanan, keberanian, kesetiaan, egaliter, militansi positif, keabadian, kemanusiaan, pengorbanan, pemahaman, integritas, idealisme. -Manganju Luhut, Tepian Danau Toba,  Selepas Senja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun