Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Revitalisasi Monas "Wis Wayahe"

6 Februari 2020   09:40 Diperbarui: 6 Februari 2020   10:18 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kawasan revitalisasi monas/kompas.com

Proyek penataan kawasan Monumen Nasional (Monas) disebut sebagai revitalisasi Monas ramai disoal sebagian orang. Ada yang tidak menghendaki alias menentang dengan beragam alasan tapi lebih banyak yang berharap kawasan Monas tampil menjadi lebih indah lagi. 

Yang tidak menghendaki revitalisasi, bahkan tidak kurang dari Ketua DPR Puan Maharani ikut urun wicara. Puan menghendaki Monas tidak diubah. "Kembalikan Monas seperti aslinya" demikian kata Ketua DPR Puan Maharani.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari proyek revitalisasi kawasan Monumen Nasional (Monas) yang saat ini pada akhirnya ditunda tersebut. Pemvrop DKI, seperti kebanyakan warga masyarakat menghendaki Monas yang bukan cuma ikon Jakarta tapi juga ikon Indonesia tampil lebih bagus, lebih cantik lagi dan lebih kekinian.

Menurut banyak orang revitalisasi Monas itu mestinya sudah dilaksanakan sejak dulu-dulu. Setidaknya dimasa Gubernur Foke atawa Fauzi Bowo Monas mestinya sudah direvitalisasi. Kawasan Monas sudah harus dipercantik. Setidaknya itu juga yang saya lihat.

Berkunjung ke Monas terakhir kali yaitu pada saat acara Reuni Akbar 212 Desember kemarin. Dua tahun rerakhir saya memang selalu hadir diacara reuni 212. Tetapi sengaja berkunjung dengan tujuan wisata itu sudah cukup lama. Persisnya saya lupa, kira-kira menjelang tahun 2010, ketika itu saya masih aktif bekerja di Mekkah. Kesempatan pulang cuti, bersama keluarga kami berkunjung ke Monas sampai ketika itu kami naik ke puncak Monumen.

Masa itu berarti DKI Jakarta masih dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso. Tapi mungkin lantaran DKI ada proyek yang lebih penting lagi dan penataan Monas dianggap belum prioritas jadinya Monas belum disentuh.

Dan nyatanya sampai pemerintahan Foke yang menggantikan Sutiyoso berakhir Monas masih begitu-begitu saja. Fauzi Bowo alias Foke kemudian dengan melalui mekanisme Pemilihan Gubernur (Pilgub) digantikan oleh Joko Widodo alias Jokowi, begitu panggilan akrabnya dan sampai Jokowi Nyapres dan akhirnya terpilih sebagai Presiden Indonesia Monas terlewati masih begitu-begitu juga seperti saat ditinggalkan oleh Fauzi Bowo. 

Datang kemudian Ahok yang mendapat anugrah pelimpahan kekuasaan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang ditinggal okeh Jokowi. Sampai Ahok alias Basuki Tjahya Purnama berperkara dan akhirnya masuk penjara dan kemudian digantikan oleh Djarot kondisi Monas tidak ada tersentuh perubahan yang berarti.

Djarot yang masa pemerintahannya boleh dibilang hanya seumur jagung, siapapun bisa maklum kalau Gubernur Djarot tidak bisa berbuat banyak dan menyentuhnya. Monas tampil masih begitu-begitu saja.

Saat ini Jakarta dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan. Setelah sibuk menata kawasan Jalan Sudirman-Thamrin, Gubernur Anies mulai melirik kawasan Monas.

Orang Jawa bilang "wis wayahe" yang maknanya kira-kira sudah saatnya atawa sudah waktunya. Seperti itulah yang saya lihat kawasan Monumen Nasional beken disebut sebagai Monas memang sudah waktunya untuk dibenahi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun