Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dan Markisa pun Berbuah

31 Desember 2019   09:23 Diperbarui: 31 Desember 2019   09:20 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dan markisa pun berbuah/dok pribadi

Sejak saya pindahkan dari polybag ke dalam pot, pertumbuhannya cukup bagus dan kemudian atas saran adik yang menghadiahkan pohon tersebut agar potnya dijebol saja sehingga akarnya bisa tembus langsung ke dalam tanah, pertumbuhannya akan lebih bagus lagi. Ternyata betul, sejak saya jebol bagian bawah potnya pertumbuhannya semakin bagus cabang dan dedaunannya kian lebat tampak semakin hijau dan segar membuat pemandangan semakin indah.

Pertumbuhannya yang bagus bergerombol lebat dengan dedaunannya yang hijau segar membuat hati senang dan sejuk mata memandang. Tinggal lagi menunggu saatnya berbuah.

Namun apa daya, hari berganti hari bak menunggu godot; jangankan berbuah berbunga pun belum juga. Namun saya tetap sabar menanti. Sebab sejatinya setiap pohon akan berbunga dan berbuah, itu yang saya pahami.

Itu adalah sedikit cerita tentang pohon markisa hadiah seorang adik yang tumbuh sengaja saya tanam di halaman sempit belakang rumah saya.

dan markisa pun berbuah/dok pribadi
dan markisa pun berbuah/dok pribadi
Sampai datanglah seorang teman dari Semarang yang cukup mengerti tentang tetanaman.

Pak Sumantri yang datang jauh dari Semarang bukan datang sengaja menjadi konsultan untuk pertumbuhan pohon markisa saya. Beliau sengaja singgah setelah menghadiri satu acara pertemuan sesama alumni almamaternya.

Melihat pertumbuhan pohon tersebut tapi belum berbuah Pak Mantri menyarankan agar saya memangkas ujung-ujung dari pohon markisa tersebut; yang memang tampak mulai tumbuh liar.

Setelah kepulangan pak Mantri saya mulai melaksanakan sarannya memangkas ujung ujung dari pohon markisa tersebut. Dan berikutnya adalah masa menunggu. Menunggu berbuah tentunya.

Ditunggu satu hari, dua hari dan sampai hampir dua minggu harapan itu kemudian muncul. Pohon markisa kami berbuah hampir menjadi kenyataan. Mulai tumbuh bunga di sana-sini.

Tapi apa mau dikata, berbunga iya tapi tidak lanjut menjadi buah. Bunga tersebut tampak layu dan berguguran. Kecewa hati melihat bunga-bunga tersebut berguguran.

markisa kesayangan/dok pri
markisa kesayangan/dok pri
Belakangan baru saya tahu, pohon markisa sepertinya memang tidak memerlukan perawatan khusus. Tapi untuk bunganya berlanjut menjadi buah disitulah perlu bantuan spesial. Bunga harus "dikawinkan" itulah istilahnya.

Cara mengawinkan atau penyerbukan bunga markisa ternyata banyak informasinya bisa kita dapatkan, antara lain di chanel yuotube. Dan ternyata juga tidak terlalu sulit membantu penyerbukannya, hanya membutuhkan ketelatenan saja.

Bunga markisa tampak indah dalam keadaan kuncup dan akan tampak lebih indah lagi ketika sudah mekar. Kombinasi warna putih dan ungu serta ada semacam sulur-sulur halus dan tiga putik atau kepala sarinya yang bertingkat begitu artistik membuat senang berlama-lama menatapnya.

Penyerbukannya cukup ambil putik atau kepala sari bagian bawah, ini yang ada tepung sarinya berwarna kuning bisa langsung dengan tangan atau lebih bagus dengan bantuan pinset. Kemudian oleskan tepung atau serbuk sari tersebut ke ketiga kepala putik bagian atas bakal buah secara merata.

Semua dilakukan ketika bunga dalam keaadaan mekar sempurna. Selanjutnya adalah masa menunggu. Sekitar seminggu menunggu bakal buah sudah terbentuk.

Andai pohon markisa saya gagal berbuah, sesungguhnya saya tidak teramat kecewa, setidaknya kendati sedikit  saya sudah turut andil mengurang polusi udara di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun