Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bertemu Jajanan Jadul

13 Oktober 2019   10:47 Diperbarui: 13 Oktober 2019   10:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ciput bumbu pedas/dok pri

Waktu saya singgah pagi kemarin di lokasi dimana acara Gelaran Seni Budaya di Rawa Belong akan digelar; selain penjual pakaian, dodol betawi, bir pletok dan tukang kerak telur yang sudah siap dengan dagangannya. Ada satu pedagang yang barang dagangannya berupa jajanan dan belum pernah saya temui kecuali di masa kanak-kanak dulu.

Ada tiga jenis jajanan yang dijajakannya. Tampaknya semua serba berbumbu pedas. Satu jenis olahan pentol bakso pedas, satunya lagi olahan kerang hijau pedas. Dan satunya lagi yang saya sebut baru kali itu menjumpainya sejak puluhan tahun lalu. Yang saat itu merupakan jajanan masa kanak-kanak.

Tampa banyak berhitung saya beli jajanan yang saya anggap saat ini sudah langka tersebut. Ada juga seorang ibu yang juga sama membelinya dan sepakat dengan saya akan kelangkaan jenis jajanan tersebut. Sementara istri saya cuma terlongong menyaksikan jajanan yang katanya tidak dikenalnya itu.

Sampai di kediaman karena sudah terlanjur dibeli walaupun agak kurang tega akhirnya saya cicipi juga. Serta-merta ingatan saya melayang mundur jauh ke masa kanak-kanak dulu. Ketika itu boleh dibilang segala dimakan; ya enak-enak saja. 

Saat ini kendati tampilan dari jajanan tersebut biasa-biasa saja, tapi agak kurang tega juga menyantapnya. Manalagi bumbunya yang pedasnya sudah diluar toleransi kesanggupan lidah saya; membuat saya menyudahi saja untuk terus menyantapnya.

Saya membelinya selain sekedar bernostalgia masa kanak-kanak dulu juga untuk menyudahi rasa penasaran kalau mungkin besok-besok bertemu lagi dengan jajanan ini. Lantaran juga dilihat dari cara penataannya jajanan ini tidak ada yang aneh, malah terlihat cukup menarik karena disandingkan dengan kerang hijau dengan bumbu yang sama.

hidangan ciput/dok pri
hidangan ciput/dok pri

Kembali ke masa lalu dengan jajanan satu ini. Ingatan saya tertambat terhadap sosok seorang nenek yang amat ramah terhadap saya dan teman-teman saya sebaya-sepermainan. Padahal kami kerap usil terhadap beliau. Jajanan jualannya kerap kami comot tanpa permisi. Tapi beliau tidak pernah kalihatan marah.

Embah Ciput begitu kami dan semua tetangga menyebutnya. Jajanan yang dijajakan Embah Ciput amat kami sukai. Kalau diantara kami ada yang tidak membelinya lantaran hari itu tidak dapat jatah uang jajan, Embah Ciput dengan senang hati memberinya dengan cuma-cuma walau cuma berupa kuahnya saja. Ketika itu sudah membuat hati kami senang luar biasa.

Masih ingat dengan himbauaan dari salah seorang pembesar pemangku negri, agar makan kiong sawah ketika harga daging mahal. Keong sawah atau biasa juga disebut keong ciput, atau warga Jawa Barat biasa menyebutnya tutut. Jajanan itulah yang saya temui di arena Gelaran Seni Budaya di Rawa Belong kemarin.

Dan jajanan unik sarat kenangan itulah yang dijajakan sinenek murah hati tetangga kami dulu, sampai di lingkungan kami beliau beken disebut sebagai Embah Ciput.

Menurut saya jajanan tersebut setidaknya di Jakarta saat ini sudah boleh dibilang langka. Olahan ciput sang keong sawah, Jajanan dari bahan yang di masa sekarang terbilang tidak biasa tersebut, apakah masih ada peminatnya?. Entah lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun