Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Toleransi" Tajuk Harian Kompas di Ujung Tahun

2 Januari 2019   09:31 Diperbarui: 2 Januari 2019   09:39 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat Kabar Kompas pada edisi terakhir di ujung tahun 2018 hari Senin kemarin 31 Desember 2018 mengangkat topik tentang toleransi sebagai berita utama, dengan tajuk "Terus Merajut Toleransi".

Kompas melaporkan tentang terbangunnya toleransi yang disebutnya mengalir deras dari pelosok kampung. Perjumpaan antar warga yang berbeda agama menjadi keseharian di Dusun Kajar, Desa Wirotaman, Malang, Jawa Timur. Demikian gambaran tentang terbangunnya suasana toleransi antar umat beragama di pelosok yang ditulis harian Kompas.

Lokasi tempat ibadah di desa berpenduduk 4100 jiwa tersebut yang terdiri dari 75 persen beragama Islam dan 25 persen beragama Kristen dan Hindu saling berdekatan. Gereja hanya berjarak 100 meter dengan Pura dan 100 meter dengan Masjid.

Sebagai contoh Kompas juga menyebutkan di Desa Wirotaman antara lain berdiri 5 Masjid, 16 Mushola, 3 Gereja dan 3 Pura. Selama 20 tahun terakhir menurut Kepala Desa Ahmad Sholeh tidak pernah ada gesekan antar warga yang berbeda keyakinan.

Saya tak hendak mengulas lebih jauh tentang berita utama harian Kompas di terbitan terakhirnya di tahun 2018 tersebut. Saya hanya ingin sedikit berkhabar tentang keberuntungan saya mendapatkan surat kabar yang terbit di ujung tahun 2018 kemarin. Dengan berita utama yang amat menarik.

Kendati tajuk Kompas tersebut menjadi judul dari artikel ini, namun saya tidak akan membahas lebih jauh artikel yang menjadi berita utama di edisi ujung tahun harian Kompas tersebut. Sebab saya tidak punya kapasitas wawasan untuk membahasnya.

Saya hanya ada sedikit berikhwal tentang dekatnya; tentang berdampingannya antar rumah ibadah dari umat yang berlainan keyakinan seperti yang ada di Desa Wirotaman yang ditulis di Kompas tersebut. Juga ada saya temui  di Jakarta.

katedral dan istiqlal dari ihtisariislami.com
katedral dan istiqlal dari ihtisariislami.com
Bukan hal baru dan tidak sedikit rumah ibadah dari umat yang berbeda keyakinan yang berdiri saling berdampingan di Jakarta. Gereja Paulus yang lebih dikenal dengan Gereja Ayam di Jalan Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, letaknya saling berdekatan dengan Masjid Sunda Kelapa.

Berikutnya Masjid yang disebut-sebut sebagai Masjid terbesar di Asia Tenggara kebanggaan warga Jakarta bahkan masyarakat Indonesia. Masjid Istiqlal kita tahu dirancang oleh seorang Kristiani Friedrich Silaban letaknya juga saling berdampingan dengan rumah ibadah Umat Kristiani, Gereja Katedral.

Untuk ukuran Kampung di sekitar belakang Gedung Kompas yang megah, dekat Pasar Palmerah ada rumah ibadah Umat Konghucu yang disebut Vihara Han Thian Siang Tee Bio. Dan hanya beberapa langkah saja dari Vihara tersebut ada sebuah rumah ibadah umat Muslim yang disebut Masjid At-Taqwa, saya beberapa kali pernah sholat Jum'at di Masjid tersebut.

Dan banyak lagi rumah ibadah antara umat yang berbeda keyakinan yang berdiri saling berdampingan di Jakarta.

Tentang interaksi juga berlangsung boleh dibilang biasa-biasa saja. Karena rumah ibadahnya saling berdampingan tentu saja ada interaksi diantara umat yang berbeda keyakinan tersebut. Dan berlangsung adem-adem saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun