Gubernur Anies sempat jengkel mengetahui unggahan foto-foto sampah di medsos termasuk media arus utama termasuk Kompas.com pastinya; minggu kemarin setelah hujan lebat malamnya. Yang membuat jengkel pak Gubernur mungkin bukan soal gambar-gambarnya tapi adalah komen-komen yang kurang berkenan yang menyertainya terutama yang berserak di media-sosial.
Wajar Pak Gubernur meradang lantaran para netizen kebanyakan cuma majang foto-foto ketika sampah itu bertumpuk. Mereka sepertinya tidak mau tahu kerja keras para petugas yang mengangkat dan membersihkannya.
Adalah juga hal yang wajar masyarakat mengkritisi Pemerintah tapi mestinya pakailah cara-cara  yang bijak. Seperti beberapa hari kemarin ada foto-foto suasana banjir beredar di medsos; itu kejadiannya di Tangerang tapi kebanyakan narasinya seolah terjadi di Jakarta. Itu kan kurang bijak namanya.
Tentang tumpukan sampah di Pintu Air Manggarai, mestinya orang juga berlaku adil-lah. Hendaknya jangan cuma unggah situasi ketika sampah itu bertumpuk; tapi hendaknya juga unggah foto-foto ketika para petugas bekerja membersihkannya tanpa kenal waktu.
Unggah juga foto situasi setelah kerja keras para petugas saat tumpukan sampah tersebut sudah tuntas. Tapi begitulah. Netizen juga manusia yang punya beragam polah; pula tidak mungkin mereka nongkrongin terus pintu air Manggarai.
Ada baiknya juga Gubernur Anies bersikap santai saja menanggapi nyinyiran para netizen tentang tumpukan sampah tersebut. Sebab semua orang tahu sampah tersebut sebagian besar adalah berupa sampah kiriman.
Kompas.com mencatat keterangan Pak Rohmat, Kepala Satuan Pelaksana Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat. Bahwa penumpukan sampah tersebut disebabkan hujan yang mengguyur wilayah Bogor dan sekitarnya. (Kompas.com)
Artinya bahwa tumpukan sekian banyak sampah di Pintu Air Manggarai tersebut adalah sampah kiriman atau boleh juga disebut gelontoran dari wilayah Bogor dan sekitarnya.
Penumpukan sampah setelah hujan lebat di pintu air tersebut adalah juga hal yang wajar lantaran terdorong atau terbawa derasnya arus sungai. Lantaran sudah menjadi sifatnya air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Dan Jakarta-lah tempatnya.
Yang boleh dibilang tidak wajar adalah bagaimana sampah sekian banyak itu sampai memenuhi sungai yang akhirnya singgah di Jakarta. Kemudian bikin repot banyak orang.
Kiriman sampah itu. Gelontoran sampah di sungai itu kedepannya mesti duhentikan. Asal ada niat dan kemauan pasti bisa.