Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musim Hujan Atap Bocor, Ini Solusinya

15 November 2018   10:04 Diperbarui: 15 November 2018   10:26 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
plafon akibat atap bocor/ dok pribadi

Belum masuk musimnya namun sesekali hujan mulai turun. Udara mulai lumayan sejuk beberapa hari belakangan ini, namun kesejukan tersebut sepertinya tidak bisa menurunkan suhu politik yang mulai hangat bahkan cenderung memanas menjelang memasuki tahun politik ini.

Alih-alih menurunkan suhu politik; yang ada ketika pertama kali turun hujan yang cukup  lebat minggu kemarin adalah atap rumah yang bocor dan dinding yang rembes.

Mendapati kenyataan atap rumah yang bocor pastinya amat menjengkelkan dan menggangu ketentraman penghuni rumah.

Bagi yang masih menggunakan kayu untuk reng, kaso dan kuda-kuda wuwungan; andai dibiarkan kebocoran berlarut bisa mengakibatkan lapuk dan kropos semua komponen tersebut. Plafon juga akan berjamur bukan cuma buruk dipandang bahkan akan lapuk dan rusak. Belum lagi tetesan air dari area yang bocor tersebut akan membuat tidak aman barang-barang yang ada di bawahnya.

Itu sebab sebaiknya kebocoran jangan dibiarkan berlarut dan harus secepat mungkin diperbaiki.

cairan pelapis anti bocor/dok pribadi
cairan pelapis anti bocor/dok pribadi
Kebocoran atap bisa disebabkan banyak hal, antara lain: Kemiringan atap yang kurang proporsianal. Pemasangan genting yang tidak presisi. Pemasangan talang yang kurang betul. Tumpukan sampah. Dan banyak lagi.

Solusi mengatasinya:

Kemiringan atap yang tidak proporsional semisal terlalu landai atau terlalu curam akan menyebabkan tempias yaitu tidak sempurnanya aliran air di atap, tentu saja apabila hujan terlalu lebat akan menyebabkan kebocoran.

Solusinya: ini masalah besar harus merubah sama sekali kemiringan atap tersebut agar betul-betul proporsional.

Pemasangan genting yang kurang presisi bisa disebabkan ada ukuran genting sedikit berbeda. Atau pemasangan yang agak ceroboh.

Solusinya: tata ulang pemasangan genting dan ganti genting yang kurang bagus atau ukurannya sedikit berbeda.

Talang yang berfungsi sebagai jalan arus air dari permukaan atap menuju saluran pembuangan apabila pemasangannya tidak sempurna akan menyebabkan meluapnya air. Begitu pula dengan ukurannya apabila terlalu kecil tidak sesuai dengan debit air yang mengucur akan menyebabkan terjadinya luberan.

Solusinya: ini juga proyek cukup besar. Ganti talang tersebut yang sesuai ukurannya dengan volume air tercurah. Dan jangan lupa pasang talang tersebut dengan baik dan benar.

Sampah. Karena terlalu lama saya pernah mendapati tumpukan sampah diatap; hal ini menyebabkan aliran air tidak lancar  menyebabkan air meluap yang menyebabkan kebocoran. 

Solusinya: Amat penting untuk secara berkala membersihkan sampah di atap atau dak.

Hal lain. Dak beton juga tidak luput dari kebocoran. Untuk bangunan yang terbilang baru, tiga atau empat tahun, beberapa mili saja terjadi peretakan pada dinding sediknya akan berpengaruh pada dak diatasnya yang menyebabkan keretakan dan buntutnya terjadi rembesan.

Kalau hal itu terjadi tentu saja selain menambal kebocoran atau retakan pada dak juga harus memperbaiki keretakan yang terjadi pada dinding. Menambal kebocoron atap berupa dak sekarang ini terbilang mudah ada banyak bahan atau cat pelapis anti bocor yang bisa dimanfaatkan, tentu saja dengan cara yang benar sesuai petunjuk.

Kalau retakan dinding agak besar atau lebar dan terjadi juga retakan cukup besar pada dak. sudah saatnya untuk memanggil tukang atau ahlinya bisa jadi ada yang kurang beres pada pondasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun