Febri Hariyadi boleh dibilang mati langkah. Tampak kesulitan mengembangkan permainannya lantaran dikawal dengan ketat oleh pemain lawan. Coach Fandi Ahmad rupanya Paham betul bagaimana membuat Febri dan Irfan Jaya mati langkah. Akibatnya kita saksikan Indonesia harus takluk oleh Singapura dengan skor  0---1 dilaga pembuka Piala AFF 2018 tiga hari kemarin.
Malam nanti Febri Hariyadi dan kawan-kawan akan menjamu Timor Leste di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta. Bima Sakti sebagai peracik taktik harus bekerja keras agar Febri tidak mati kutu seperti ketika menghadapi Singapura kemarin dan Febri Hariyadi bisa memberikan konstribusi positif terhadap taman-temannya. Timnas Indonesia tidak ada kata lain, harus menang menghadapi Timor Leste nanti, kalau tidak mau cuma jadi penonton di ajang bergengsi di Asia Tenggara tersebut.
Berbicara tentang Febri gelandang serang yang masih menjadi andalan Timnas ini kemampuannya mengolah si kulit bundar kita saksikan sudah diakui pihak lawan maupun kawan. Kecepatan larinya kerap membuat pemain lawan kocar-kacir.
Ternyata selain cekatan mengolah sikulit bundar  Febri Hariyadi yang aslinya gelandang Persib Bandung itu juga piawai mengolah kata. Beberapa hari kemarin saya temukan artikel yang ditulisnya ada di halaman 4 koran Kompas terbitan akhir bulan kemarin, tepatnya Kompas terbitan hari Jumat 26 Oktober 2018, dengan judul "Tingkatkan Pengalaman Bertanding melalui Kompetisi".
Begitu barisan kata-kata yang dijejer sebagai prolog atau kata-pembuka yang ditulis oleh Febri Hariyadi. Kata-kata yang menggambarkan kecintaannya terhadap sepak bola. Febri juga menyiratkan  sebagai pesepak bola begitu menikmati sorak sorai penonton yang sekaligus sebagai penambah semangat.
Kemudian Febri bercerita bagaimana mula perkenalan dan kecintaannya terhadap sepak bola. Sang Bapak sering mengajak Febri kecil menonton bola. "Bukan pertandingan  sepak bola di Stadion besar, melainkan pertandingan antarkampung" tulis Febri.
Rupanya sang Bapak yang juga seorang pesepakbola adalah yang menjadikan Febri termotivasi untuk selalu menampilkan performa terbaik di lapangan. Motivasi dari sang Bapak begitu kuat terhadap kecintaan Feri Hariyadi terhadap sepak bola.
Febri membuat tulisannya menjadi tiga sub judul. 1. Bangkit dan Fokus, 2. Motivasi. Dan ketiga Febri mengakhiri tulisannya dangan sub judul: Kompetisi yunior.
1.Bangkit dan Fokus.
Buat seorang Febri sepak bola adalah hobi sekaligus profesi. Sebagai profesi seorang pesepakbola harus mengelolanya dengan baik. Kekalahan dan menang dalam permainan menurutnya adalah hal biasa. Kekalahan menurut Febri adalah pertanda harus bangkit, fokus dengan berlatih lebih baik lagi.
2. Motivasi.
Pengalamannya bergabung dengan Timnas, ketika pertama kali mencetak goal membuatnya untuk berusaha bermain lebih baik lagi. Pengalaman indahnya tersebut membuat seorang Febri betul-betul termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
Febri sadar betul masa keemasan pesepakbola terbilang pendek. Menyikapinya dia termotivasi untuk terus menjaga kondisi fisik.
3. Kompetisi Yunior.
Febri menutup opininya dengan menyinggung pentingnya kompetisi yunior. Menurutnya mengikuti kompetisi yunior membuatnya mendapat pengalaman bertanding.
Febri menyebutkan kompetisi yunior yang pernah diikutinya. Dia pernah mengikutinya di Persib U-15, Haornas, Piala Suratin dan Timnas Pelajar.
Akhirnya Febri Hariyadi memberi saran untuk anak muda yang tertarik terjun di dunia sepakbola. Untuk giat berlatih, jangan mudah menyerah, fokus dan terus jaga kondisi badan. Dan jangan lupa minta restu orang tua, tambahnya.
Buat yang ingin membaca secara lengkap opini yang ditulis Febru Hariyadi. Mestinya Kompas.id sebagai koran Kompas bentuk  digital, masih menyimpan file-nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H