"As sholaatu khoirum minnan naum". Begitu kalimat tambahan dalam Adzan Subuh yang biasa diserukan dua kali sebelum dua kali Takbir terakhir dan kalimat penutup "La Ilaha Ilalloh". Kalimat tersebut yang berarti sholat itu lebih baik daripada tidur. Setahu saya tidak ada seorangpun memaknakan dari kalimat tersebut dengan"bahwa setiap orang disuruh sholat terus dan jangan tidur".
Pemahaman sederhana saya dari kalimat tersebut adalah "Segera bangun dari tidur dan kerjakan sholat".
Setelah sholat ada perintah untuk bertebaran di muka bumi, yang maknanya berusaha dan bekerja untuk mencari rezeki. Dan kalau masih mlingker "rezeki lu bisa dipatok ayam" itu candaan orang yang menggambarkan jika bermalas-malasan akan nihil hasil.
Saya sangat mengagumi keistiqomahan saudara-saudara saya di grup. Pagi-pagi buta bahkan jauh sebelum adzan subuh mereka sudah saling bersahutan saling mengingatkan untuk bersegera ke Masjid. Padahal mereka bukan pengangguran seperti saya, rerata mereka punya kegiatan rutin yang sudah harus siap di kantor sekitar jam tujuh-jam delapan. Bahkan diantaranya ada yang punya kedudukan penting.
 Tidak berlama-lama kisaran sepuluh menit saja, bahkan di Masjid Al Ikhlas dekat kediaman saya, pak Haaji Das salawatan sering kurang dari sepuluh menit sudah masuk waktu Adzan Subuh. Buat saya alunan solawat-nya pak Haji Das sebelum waktu Adzan Subuh ini amat bermanfaat menggugah agar saya segera bangun dan bergegas ke Masjid, kendati masih saja selalu terlambat. Bisa jadi andai tidak ada suara toa-nya pak haji Das saya masih melingker di atas kasur jadi bahan tertawaan matahari.
Ketika saya sedang menuju Masjid seringkali saya dapati saudara-saudara kita yang non Muslim sudah bercucuran keringat, ada yang cuma jalan santai saja, ada yang berlari-lari kecil. Mereka tidak menyia-nyiakan segarnya udara pagi.
Sudah berolahraga sepagi itu, itu artinya mereka sudah lebih dulu bangun daripada saya, dan bisa jadi mereka sudah terbangun bahkan dari sebelum pak haji Das menghidupkan toa-nya. Itu kadang membuat saya malu.
Lha kan ada weker atau beker, kalau memang niat bangun pagi tidak usah menunggu toa-nya pak haji Das. Weker bisa distel agar berdering sepuluh menit atau seperempat jam sebelum waktu Adzan.
Beda. Weker adalah benda mati baru hidup ketika kita kasih batrey, itupun ketika berdering akan segera mati cukup sekali sentil saja. Beda dengan suara merdu salawatan pak haji Das, seperti ada kontak bathin yang akan menyentak kita agar segera bergegas dan berkemas, paling tidak buat saya awalnya mungkin karena malu saja dengan pak Haji Das sehingga saya harus sholat Subuh berjamaah di Masjid.
Tentu saja saya punya niat agar ke Masjid bukan lantaran malu terhadap pak Haji Das, saya akan merubah niat agar sholat jamaah saja dan semua tindakan saya ikhlas karena Alloh. Dan seperti saudara-saudara saya di Grup, harus sudah siap sebelum suara toa pak haji Das bergema.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H