Korea selatan, mereka memang harus menelan kekalahan akan  tetapi tidak mudah buat Swedia menaklukannya, dari statistik di 45 menit pertama Swedia memang bisa menguasai pertandingan sampai 60 persen dalam penguasaan bola, namun sampai babak pertama usai Korea masih bisa bertahan.
Bahkan di babak kedua pada menit 51, tim Korea nyaris membobol gawang Swedia. Namun pada akhirnya mereka harus menerima kekalahan lantaran pada menit ke 65 pemain dengan nomor punggung 12 setelah dipantau melalui perangkat video assisted referees (VAR) dinyatakan terbukti melakukan pelanggaran di dalam kotak pinalti dan wasit menunjuk titik putih. 1 -- 0 Â untuk kemenangan Swedia.
Sebagai sesama warga Asia saya menaruh penghargaan dan mengapresiasi terhadap Korea, bagaimanapun tidak mudah untuk mencapai prestasi hingga bisa berpartisipasi di Kejuaraan Dunia.
Korea selatan selain prestasi olah raganya meningkat termasuk sepak bola. Perekonomian negaranya juga tergolong maju. Padahal Korea Selatan bersama Thailand dan Indonesia adalah negara yang paling parah terkena dampak dari krisis ekonomi yang melanda Dunia yang terjadi pada tahun 1997. Namun Korea bisa bangkit dengan cepat.
Saya punya pengalaman berinteraksi dengan orang Korea yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya menyaksikan disiplinnya orang Korea dan sikap sangat menghargai waktu.
Sedikit kilas balik. Cukup lama saya bekerja di Saudi Arabia di Perusahaan semacam BUNM Saudi  bidang Telekomunikasi. Sebelum bergabung dengan Perusahaan Telekom Saudi, saya ikut proyek jaringan telepon Mekkah-Madinah yang disupervisi oleh Perusahaan Dong Ah, Korea Selatan.
Sebelum terjun ke lapangan sebagai teknisi saya  harus ikut training, ketika itu sekitar dua puluh hari bersama beberapa orang teman oleh Perusahaan Korea tersebut. Sebagai calon teknisi saya diinapkan di semacam Cam milik Perusahaan tersebut di Riyadh.
Pasilitas yang kami dapat ketika itu sebagai calon teknisi tentu saja pasilitas sekelas karyawan biasa dan kami harus berbaur dengan ribuan pekerja asal Korea di Cam tersebut. Antara lain kamar mandi yang dibuat berjajar kami harus berbagi dengan mereka.
Disitu saya menyaksikan betapa orang Korea itu amat menghargai waktu. Pagi-pagi ketika bangun tidur menuju kamar mandi yang berjarak sekitar dua puluh meter  dari cabin mereka berjalan sambil sikat gigi, jadi ketika masuk ke kamar mandi mereka tinggal guyur-guyur. Itu saya saksikan selama berbaur dengan mereka.
Beda dengan kami yang dari Indonesia, dari cabin menuju kamar mandi dalam keadan kemulan alias berselimut sarung, apalagi ketika itu bulan Maret udara kota Riyadh masih lumayan dingin. Tentu saja hari-hari berikutnya kami pun meniru gaya orang Korea tersebut.
Mungkin masalah kecil saja tapi buat saya pribadi itu fenomenal dan patut dicontoh, prilaku orang Korea dalam hal kedisiplinan dan sikap menghargai waktu.