Tentu saja saya tidak pernah mengikuti langsung kegiatan yang namanya Sahur On the Road (SOTR). Informasinya semua saya dapatkan dari media. Kegiatan di bulan Ramadan pada pagi buta tersebut sebenarnya bukanlah aktivitas  mudah dan main-main tentu perlu waktu dan tenaga ekstra dan pastinya juga materi berlebih untuk menyiapkan makanan sahur yang dibagi-bagikan.
Sahur On The Road (SOTR) kira-kira secara bahasa berarti sahur dijalan. Sahur kok ya di jalan. Mestinya atau enaknya sahur kan dilaksanakan di rumah atau di kediaman masing-masing para Soimin (orang yang berpuasa) suasananya tenang dan khusuk, sambil bercengkerama dengan keluarga.
Tapi kenyataannya memang banyak orang yang kurang beruntung harus berpuasa dengan keaadaan kurang nyaman. Mereka tidak bisa berbuka di rumah lantaran tuntutan pekerjaan yang membuat mereka tidak bisa berkumpul dengan keluarga saat berbuka. Dan yang paling mengundang simpati adalah mereka yang tidak bisa makan sahur di rumah lantaran itu tadi dari tuntutan pekerjaan, semisal polisi, penjaga keamanan atau satpam yang harus dinas malam, petugas kebersihan, penjaga pintu kereta api, padahal mencari makanan di pagi buta begitu tentu bukan perkara mudah.
Disitulah manfaatnya dari kegiatan Sahur On The Road, kegiatan SOTR bisa meringankan beban mereka-mereka yang kurang beruntung tersebut. Mereka tidak perlu lagi repot-repot mencari makanan sahur, karena para peserta SOTR akan mendatangi mereka dengan makanan yang siap santap.
Entah sejak kapan kegiatan mulia tersebut bermula. Dengan adanya kegiatan positif tersebut  saya cuma bisa bilang salut dan hormat saya kepada mereka para penggas SOTR ini. Niat baiknya semoga mendapat ganjaran setimpal dari Alloh.
Tapi sayang kegiatan mulia yang amat membantu tersebut tahun-tahun belakangan dinodai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Banyak media belakangan memberitakan tentang negatifnya kegiatan Sahur On The Road tersebut, kegiatan SOTR diberitakan diaakhiri dengan tawuran antar kelompok yang sedang melakukan kegiatan SOTR.
Kejadian di Gambir kemarin Kompas memberitakan: Acungkan Senjata Tajam Saat "Sahur on the Road", 2 Remaja Ditangkap
Sementara isi beritanya menyebutkan dua remaja tersebut diamankan karena mengacungkan senjata tajam saat petugas berusaha melerai tawuran yang terjadi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat tersebut.
Timbul keheranan dan pertanyaan penulis apakah remaja tersebut membawa senjata tajam dalam rangka kegiatan Sahur On the Road? Tidak jelas betul.
Sementara Kapolsek Metro Gambir AKBP Anggun Cahyono mengatakan, bentrokan yang terjadi antara dua kelompok remaja belum diketahui asal dan penyebabnya. (Kompas.com).
Hari ini 4/06/2018 Kompas memberitakan: Vandalisme di "Underpass" yang Diduga Dilakukan Peserta SOTR... (kompas.com)
Ini memprihatinkan andai betul para pegiat Sahur On The Road sampai melakukan vandalisme. Kelakuan yang memalukan tersebut, alih-alih mendapat ganjaran pahala malah mendapat dosa. Tapi dari judulnya saja pemberitaan kompas tersebut, vandalisme yang terjadi di underpass mampang tersebut baru diduga dilakukan oleh peserta SOTR.
Bisa jadi kejadian-kejadian negatif berbarengan dengan saat Sahur On The Road berupa tawuran atau vandalisme itu tidak ada hubungannya dengan kegiata SOTR tersebut. Mereka orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut hanya mendompleng kegiatan SOTR yang berbuntut kegiatan sosial SOTR menjadi dipandang negatif.
Sengaja atau tidak kejadian-kejadian buruk saat kegiatan Sahur On The Road saat ini sudah mulai banyak mengundang antipati warga masyarakat. Sahur On The Road sudah dianggap melenceng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H