Buat saya yang datang dari Jakarta menemukan konsep resepsi pernikahan ala "piring terbang" ini sama sekali hal baru yang cukup unik belum pernah saya temukan sebelumnya. Konsep resepsi pernikahan yang disebut "piring terbang" ini saya alami ketika menghadiri acara ngunduh mantu seorang teman yang dihelat di satu gedung yang cukup besar di Klaten minggu kemarin.
Info tentang apa dan bagaimana acara yang disebut "piring terbang" ini sebenarnya sudah saya dapat dari seorang teman juga dari Klaten yang sama mengunjungi acara resepsi tersebut. Cuma detailnya baru saya dapati ketika saya duduk di tengah-tengah para undangan lainnya.
Sepertinya acara resepsi model "piring terbang" bukan cuma dikenal seputar Solo, Klaten dan Jogya saja, tapi sepertinya sudah merata di Jawa Tengah, umumnya di desa-desa. Sebab teman yang tinggal di Semarang ketika saya tanya tentang resepsi ala "piring terbang" ini dia bercerita panjang lebar tentang resepsi seperti ini di kampungnya.
Nah dengan konsep "piring terbang" ini saya melihat potensi makanan terbuang banyak berkurang dan dijamin semua tetamu kebagian hidangan, masalah cocok tidaknya makanan dengan lidahnya itu hal lain karena memang tidak ada pilihan.
Istimewanya, dengan konsep ini para tetamu tidak perlu repot antre layaknya pesta ala prasmanan. Para tetamu cukup duduk manis di kursinya masing-masing yang sudah disediakan. Â Kursi ditata menghadap panggung dimana kedua mempelai dan orangtuanya duduk berjejer.Â
Pramusaji yang cukup banyak dengan seragamnya yang khas mulai menghampiri satu persatu tetamu dengan hidangan yang dimulai dari snack disusul hidangan pembuka berupa sup kemudian disusul hidangan inti berupa nasi dan lauk-pauk, susul menyusul dan ditutup dengan es campur segar.
Para pramusaji yang biasa disebut Sinoman, dari cerita teman saya yang di Semarang itu biasanya datang dari keluarga mempelai serta teman dan karabatnya, kalau di gedung akan disupervisi oleh orang jasa katering.
Para tetamu cukup duduk manis, sambil ngobrol-ngobrol dengan tetamu lainnya sementara hidangan dengan diantar oleh para Sinoman yang datang menghampiri. Mungkin itu sebabnya resepsi model ini disebut "piring terbang".