Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Reuni 212 Berkah buat Pedagang Kaki Lima

4 Desember 2017   17:47 Diperbarui: 4 Desember 2017   17:59 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tukang bakso malang/dok pribadi

Terpaksa saya tinggalkan jamaah di aksi reuni-an 212 di Monas kemarin lantaran saya kepingin banget buang air kecil sebab saya tidak sabaran kalau harus antri di toilet umum seperti yang sempat saya jepret itu. Dua toilet mobil yang diperuntukan umum itu antriannya  ya ampun lumayan mengular, berapa banyak? saya tidak ada minat untuk menghitungnya. maka saya putuskan saja untuk ke Masjid Istiqlal dengan harapan antrian toilet di Istiqlal tidak  sebanyak di toilet mobil di Monas.

Acara reuni-an yang berlangsung aman tertib dan damai itu memang terasa sejuk, harus saya katakan, kemarin-kemarin sebelum acara reuni-an 212 Jakarta diguyur hujan terus menerus tetapi ketika hari Reunian itu berlangsung tidak lagi turun hujan dan panaspun tidak, langit teduh seperti memayungi.

polisi sedang bertugas tapi santai/dok pribadi
polisi sedang bertugas tapi santai/dok pribadi
Untuk menuju Masjid Istiqlal saya harus berputar lantaran pintu utama yang berhadapan langsung dengan Istana Negara yang persis dibelakang panggung utama dijaga Polisi lengkap dengan kawat berduri-nya, tidak diperkenankan siapapun melintas kacuali tentu saja para Petugas atau sepertinya juga Wartawan yang meliput.

Bukan cuma udara yang terasa sejuk, suasana reunian ini juga terasa adem, tenang dan biasa-biasa saja kendati para orator begitu semangat berorasi. Suasana sejuk tersebut saya saksikan dengan para petugas dari Kepolisian yang terlihat rileks dan santai. Itu satu sisi.

PKL di gerbang istiqlal/dok pribadi
PKL di gerbang istiqlal/dok pribadi
Sisi lain lagi yang saya lihat dengan kehadiran begitu banyak massa di Monas dan sekitarnya dan juga di Masjid Istiqlal membawa berkah buat para Pedagang Kaki Lima (PKL). Prihatin saya, siapa sih yang memulai para pedagang itu dengan sebutan Kaki Lima? Padahal mereka semua berkaki dua...heheh..

Sepanjang perjalanan saya dari Monas menuju Masjid Istiqlal saya harus melewati Jalan Medan Merdeka Utara yang diujungnya menjelang Jalan Veteran I ditutup dengan dipasang kawat berduri.

Sepanjang jalan Merdeka Utara lantaran di ujungnya ditutup suasana terasa lengang hanya petugas keamanan yang duduk-duduk berkelompok. Mereka para petugas keamana kendati dilengkapi deng peralatan yang lengka seperti tameng dan beberapa diantaranya menyandang senjata tapi mereka kelihatan rileks.

Satu hal saya lihat, ada warga sipil yang kelihatannya bebas bolak-balik di sepanjang Jalan Merdeka Utara yaitu pedagang kopi bersepeda. Setidaknya ada dua pedagang kopi bersepeda yang saya lihat. Pedagang ini selain siap dengan kopi panasnya juga siap mengganjal perut siapapun yang membutuhkannya dengan mie istan. Sepertinya pedagang kopi bersepeda ini punya Lisensi Spesial.

tukang bakso malang/dok pribadi
tukang bakso malang/dok pribadi
Baru di Jalan Veteran I samping Hotel Sriwijaya saya mendapati keramaian, jamaah atau massa yang masih berdatangan sepertinya mereka naik Comuter Line dan turun di Stasiun Juanda. Sepert saya katakan diatas tadi acara Reuni 212 ini betul-betul membawa berkah buat para pedagang kaki lima (PKL)

Mereka menggelar dagangannya sepanjang Jl Veteran I di trotoar tepi sungai sampai gerbang Masjid Istiqlal. Kebanyakan adalah para pedagang makanan, tapi tidak sedikit yang berjualan mulai kopiah, baju muslim sampai minyak wangi dan madu.

kopiah,baju,celana/dok pribadi
kopiah,baju,celana/dok pribadi
Saya menemukan tukang kerak telor. Ini saya pikir agak unik. Kerak telor atau kerak telur adalah camilan atau jajanan khas Betawi yang belakangan mulai populer tetapi ketika saya tanya pedagangnya asal dari mana. Si pedagang menjawab dari Bandung. "Orang Betawinya udah kena gusur" kata si Ibu yang sedang memesan kerak telor itu.

Ada pedagang yang lain dari biasanya kita temui. Pedagang ini pembelinya bukan jamaah atau mssa yang datang ke Monas, bukan pula polisi atau pasukan keamanan yang mengawal acara Reunian Akbar tersebut. Pelanggannya datang masing-masing dengan membawa termos.

Pedagang ini hanya menjual air masak atau air panas dan pelangganya adalah para pedagang kopi keliling bersepeda tadi. Dengan bermodalkan kompor, dandang, gayung dan tentunya air putih, si Abang ini rupanya kebagian juga berkahnya Reuni Akbar 212.

tukang kerak telor/dok pribadi
tukang kerak telor/dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun