Program sosial dalam mencegah terjadinya tindak tawuran juga disosialisasikan di sekolah-sekolah. Penyuluhan tidak cegah tawuran dilakukan untuk membantu meningkatkan kesadaran akan konsekuensi negatif dari tindakan kekerasan dan tawuran, sehingga memotivasi siswa untuk memilih jalur yang lebih positif dalam menyelesaikan konflik. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan positif yang memperkuat rasa kepemilikan terhadap sekolah dan komunitas mereka. Melalui kegiatan-kegiatan seperti program mentoring, proyek kolaboratif, dan kegiatan sukarela, siswa dapat merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekolah mereka dan merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Salah satu aspek penting dari penyuluhan partisipatif adalah pemberdayaan masyarakat. Melalui program-program ini, masyarakat diberdayakan untuk menjadi agen perubahan dalam lingkungan mereka sendiri. Mereka dilibatkan dalam proses identifikasi masalah, perencanaan solusi, dan pelaksanaan kegiatan pencegahan. Dengan demikian, masyarakat merasa memiliki kepemilikan atas program tersebut dan lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam menjalankannya.
Selain itu, penyuluhan partisipatif juga memungkinkan terciptanya jaringan sosial yang kuat di antara anggota masyarakat. Kolaborasi antara individu, kelompok, organisasi non-pemerintah, dan pemerintah menjadi lebih mudah dilakukan. Dengan adanya kerja sama yang baik, sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan secara lebih efisien dan efektif dalam upaya pencegahan tawuran remaja.
Penyuluhan partisipatif juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai sosial yang positif. Dengan menginternalisasi nilai-nilai seperti rasa hormat terhadap orang lain, kerja sama, dan keadilan, masyarakat dapat membentuk lingkungan yang lebih harmonis dan berdaya. Selain itu, pemahaman tentang pentingnya penyelesaian konflik secara damai juga membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dalam menangani situasi-situasi konflik tanpa resort ke kekerasan.
Melalui penyuluhan partisipatif, masyarakat dapat melihat bahwa penyelesaian konflik secara damai bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru merupakan tanda kebijaksanaan dan kedewasaan. Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. Dengan demikian, penyuluhan partisipatif tidak hanya berfungsi sebagai sarana informasi, tetapi juga sebagai wadah pembentukan sikap dan nilai-nilai positif dalam masyarakat.
Selain itu, melalui pembelajaran yang didapat dari penyuluhan partisipatif, masyarakat juga dapat menjadi agen perubahan dalam lingkungan mereka sendiri. Mereka dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh untuk membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik sebelum menjadi tawuran. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya menjadi bagian dari solusi dalam menangani tawuran remaja, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam mencegahnya terjadi.
Sumber: Kompas.com, TribbunNews.com, TribrataNews.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H