Gerindra dan PDIP perlu waspada dengan maneuver yang akan ditempuh PKS. Pemilih kiranya sudah jemu dengan stagnansi perkembangan ekonomi dan moral di bawah kepemimpinan partai berhaluan nasionalis yang selalu berujung skandal-skandal korupsi dan kebijakan yang merugikan umat Islam. Apabila Sabtu lalu Anis Matta sudah mendeklarasikan statusnya sebagai salah satu capres dari PKS, pendukung Fahri Hamzah juga pelan-pelan bergerilya mendorong pencalonannya sebagai capres. Meski tidak masuk dalam daftar bursa capres PKS, Fahri memiliki bekal cukup banyak untuk maju. Ia bisa menggandeng Anis atau berkolaborasi dengan Gerindra melalui lobinya dengan Fadli Zon. Yang jelas, Jokowi dan Prabowo bakal punya pesaing baru dari kubu partai politik Islam.
Keunggulan partai politik Islam di dekade terakhir ini membulatkan tekad PKS untuk memberanikan diri maju di laga Pilpres 2019. Sliweran tagar #FahR1 di platform Twitter adalah bukti bahwa kalangan akar rumput sudah mulai menghimpun suaranya. Sepak terjang dan kemunculan Fahri dalam berbagai peristiwa termutakhir di tanah air adalah modal bagi citranya sebagai figur negarawan baru. Sementara itu, menurut survei pada 235 responden, 57,5% suara tidak menghendaki capres dari kalangan militer. Di sinilah tuntutan atas kepemimpinan yang menjunjung nilai-nilai moralitas ketimuran dari politik Islam dan preferensi atas pemimpin sipil menyatu. PKS pelan tapi pasti membangun kembali citranya dengan kemunculan calon-calon muda yang punya sejarah membawa Indonesia ke gerbang reformasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H