Â
Budaya Valentine telah menginvasi sebagian besar masyarakat kita. Pada tanggal 14 Februari menjadi hari yang disakralkan untuk diperingati setiap tahunnya. Menjelang memasuki bulan ini pun telah dikondisikan dengan dekorasi bernuansa cinta. Mulai dari makanan, pakaian hingga pertokoan.
Perayaan hari kasih sayang kerapkali berlangsung kebablasan. Sebab dari awal telah difasilitasi oleh oknum-oknum yang berupaya mendongkrak omzet penjualan. Salah satunya dengan menyediakan paket kondom satu bundel cokelat sebagai simbol hari kasih sayang. (sindonews.com, 14/02/2021)
Belum lagi aneka paket diskon yang disediakan tempat penginapan semakin melengkapi budaya kebebasan. Pasalnya tidak ada aturan yang mewajibkan penginap harus sudah terikat dalam pernikahan. Lebih mirisnya budaya kasih sayang turut dirayakan oleh kaum muslim.
Padahal sebagai seorang muslim harus memperhatikan perbuatan yang dilakukan. Tidak semua amal bisa diterima oleh Allah Swt. Jika ingin amalnya diterima harus memenuhi persyaratan yang telah Allah tentukan, yaitu ikhlas dan mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda:Â
"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga bersabda:
"Barang siapa mengerjakan sesuatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu tertolak." (HR. Muslim)
Selain berdasarkan kedua hadist tersebut, Allah Swt. juga telah menerangkan disejumlah ayat di dalam Al-Qur'an (al-Luqman ayat 22 dan an-Nisa: 125).Â
Dilihat dari sejarahnya, Valentine's Day merupakan budaya pagan Romawi yang memuja kenikmatan badaniyah. Ialah perayaan Lupercalia untuk memuja Lupercus, dewa kesuburan Romawi. Perayaan tersebhat biasa dilaksanakan dari tanggal 13--18 Februari tiap tahunnya. Selain memuja Dewa Pan (Lupercus), perayaan Lupercalia juga sebagai persembahan Dewi Juno (Hera) yang dikenal sebagai dewi pernikahan dan kesuburan.