Mohon tunggu...
Manda Gloria
Manda Gloria Mohon Tunggu... Petani - "Setiap kebaikan perlu diabadikan"

"Menulislah! Untuk perubahan."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Kaffah Membawa Berkah

10 Januari 2020   08:50 Diperbarui: 14 Januari 2020   16:56 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."(QS. al-Baqarah 2: Ayat 208)

Dalam ayat tersebut, Allah Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang beriman agar mereka masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Yaitu dalam seluruh syariat agama dan tidak meninggalkan darinya sedikit pun dan agar tidak menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan; jika perkara yang disyariatkan itu sesuai dengan hawa nafsu dikerjakannya, tetapi jika bertentangan ia akan meninggalkannya.

Adapun yang menjadi kewajiban adalah hawa nafsu itu haruslah tunduk mengikuti syariat Islam. Selain itu, Allah juga memberi peringatan agar tidak mengikuti langkah-langkah setan. Karena setan merupakan musuh yang nyata bagi kaum muslim. 

Perintah tersebut bukan tanpa alasan. Dalam surah al-Maidah ayat 203, Allah telah menjamin kesempurnaan agama Islam serta menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang mendapat ridha Allah Swt.

Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Pencipta, tetapi juga mengatur hubungannya dengan diri sendiri serta kepada sesama manusia. Adapun manifestasi penerapan Islam secara kafah hanya bisa diwujudkan melalui Khilafah. Sebuah institusi yang menjamin terlaksananya syariat Islam dengan khalifah sebagai pemimpinnya.

Sayangnya, meskipun Islam adalah agama yang sempurna, tetapi kini hanya menjadi buah bibir saja. Dalam prakteknya hanya dibatasi terkait aktivitas hablu minnallah (hubungan dengan Allah) dan hablu binafsihi (hubungan dengan diri sendiri). Itu pun kini mulai didiskriminasi, seperti pelarangan cadar dan celana cingkrang bagi ASN. 

Melaksanakan ajaran yang diyakini justru berbuah anggapan intoleran. Sedangkan aturan yang mengatur hubungannya dengan sesama manusia (hablu minnan nas) belum bisa terlaksana. 

Hanya berkutat pada masalah muamalah, sedangkan dalam pengambilan kebijakan dan sanksi tak pernah ada wujudnya. Padahal aturan ini memiliki porsi yang paling besar dan memiliki pengaruh terhadap penerapan aturan Islam secara keseluruhan.

Beginilah kondisi kaum muslim saat ini. Bukan hanya keberadaan khilafah yang telah dimusnahkan. Bahkan eksistensi khilafah dalam kurikulum pendidikan telah dihapuskan. Tanpa adanya khilafah, umat muslim kehilangan junnah.

Dimana-mana darah kaum muslim tertumpah dengan murah. Mulai dari Palestina, Pakistan, Rohingnya hingga kirgistan (Uyghur). Mereka terus digempur agar meninggalkan keyakinan mereka. 

Di negeri-negeri muslim yang lain, nasibnya tak jauh berbeda. Mereka digempur oleh aneka virus sekulerisme, liberalisme, kapitalisme serta turunannya. 

Terlena oleh food, fun, fashion, football, film, sing, song dan juga sex yang gencar dipropagandakan. Dimiskinkan secara struktural serta disibukkan dengan adu domba yang memecah belah keutuhan kaum muslim. 

"Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab  dan ingkar kepada sebagian kepada sebagian (yang lainnya)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian itu di antara kalian selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS al-Baqarah: 85)

Dalam surah al-Baqarah ayat 85, Allah telah memberi peringatan. Melarang kaum muslim mengambil Islam hanya sebagian layaknya sebuah prasmanan. Diambil bila suka dan dibuang jika dirasa tak sesuai dengan kemauan. Padahal Islam merupakan sebuah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Mengambil sebagian dan membuang sebagiannya sama saja dengan kehancuran. Seperti yang terjadi saat ini.

Berbagai krisis kehidupan multidimensional merupakan akibat dicampakkannya hukum Allah. Kemudian memilih hukum buatan manusia. Padahal, dengan penerapan Islam secara sempurna pernah mengantarkan Islam pada puncak kejayaan dan menjadi mercusuar dunia. Memimpin lebih dari tiga belas abad lamanya. Menorehkan tinta emas dalam peradaban umat manusia. Oleh karenanya penting untuk mengupayakan penerapan Islam kafah. Agar keberkahan hidup melimpah ruah. 

"Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan karena perbuatannya."(QS. al-A'raf ayat 96)

Wallahu 'alam bishshawab

Oleh: Kunthi Mandasari

Penulis adalah pemerhati generasi dan aktif ikut kelas menulis di Akademi Menulis Kreatif (AMK)

Artikel telah dimuat di:

https://lensamedianews.com/2020/01/10/islam-kafah-membawa-berkah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun