Mohon tunggu...
Mardianto Manan
Mardianto Manan Mohon Tunggu... Mengamati Kota Dan Daerah -

peduli kota dan wilayah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pacu Jalur: Pengunjung Teramai di Dunia Setelah Mekah

3 Oktober 2015   15:19 Diperbarui: 30 Agustus 2018   07:53 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah nukilan sejarah yang lain, pembuatan jalur ini dijelaskan bahwa, pertama kali jalur diadakan di Rantau Kuantan sejak abad 20, jalur yang aslinya dulu mempunyai panjang 25-30 m dengan lebar 1,5m, dengan muatan pemacunya sebanyak 40-65 orang. Dibuat dari pohon besar yang liat tapi ringan, berserat halus tapi tak lapuk, lurus tapi tidak tirus tak berlubang tapi tak bertingkah. Dengan besaran lingkaran sepemelukan 4 orang dewasa, tumbuh di tanah yang berani, pohon yang ber-roh, bermambang akarnya, batangnya dan bermambang pula pada pucuk daunnya.

Pertanyaannya pada saat ini, dimana posisi kita rang toluak kuantan, jakalau orang luar saja, demikian takjubnya dengan budaya jalur ini, bagaimana pula dengan kita ? Maka dari itu pelaksanaan pacu jalur ini dari tahun ketahun, harus kita lestarikan, hendaknya jangan dimodernkan, misalnya dalam bentuk hadiah yang terlalu mewah (motor, tv, mobil) cukuplah hadiah berupa produk buatan nagori ujuang tanah atau dari kampung  pakuciang misalnya  kabau atau jawi (kerbau dan sapi), kalau perlu tampilkan lagi peres berupa bendera-bendera kebesaran hadiah yang agung seperti jaman dahulu kala, mariam mansiu (meriam mesiu) tetap digunakan sebagai pertanda pacu jalur dimulai, jangan pula diganti dengan bodial balando (bedil belanda).

Standarisasi jalur harus mengikuti speknya, misalnya model kayu sabatang, tidak boleh disambung dengan papan  lembai-lembainya, semua ornamen harus dipenuhi, tukang onjai, timbo ruang, tukang kabiar, tukang tari, karena semua itu ada maknanya, untuk mengantisipasi kayu yang sudah punah ranah, ini juga perlu kita pikirkan bersama, amat penting bagaimana mempertahankan budaya ini agar tetap alami dan tradisonal.

Mendesak saat ini adalah rimbo larangan untuk bahan baku jalur perlu kita pertahankan, kalau perlu suruh para perusahaan yang sudah membabat hutan belantara kuansing, mengadakan pembibitan kayu-kayu jalur ini, agar jalur yang ada saat ini jangan menjadi dongeng sebelum tidur bagi anak cucu kita nanti.

Demikian pula disarankan agar Pemkab Kuantan Singingi, membuat museum jalur secepatnya, agar kenangan masa dituu tidak hilang begitu saja, kumpulkan semua pernak pernik jalur yang pernah ada (unik) tetapi bukan pakai “s” karena kalau pakai “s” maka itu adalah kampus kebanggaan kami rakyat Kuantan Singingi yaitu Universitas Islam Kuantan Singingi (UNIKS) yang tiada duanya.

Lantas buat daftar panjang para pemenang sedari dulu sampai pada yang ke seratus enam tahun ini, bahkan sampai saat ini untuk mengisi diaroma musium yang kita buat nantinya. Sehingga kenangan masa lalu kita terhadap kampung halaman tetap utuh, karena kalaulah kenangan lama tersebut tidak kita pulihkan, takutnya kita lupa dengan masalalu, seperti kasus hancurnya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri, yang di buldoser menjadi pasar rakyat pada masa era bupati Asrul Jakfar sebelum periode Bung Sukarmis, maka hilanglah memori para guru-guru mantan siswa SPG tersebut, termasuk memori kita sebagai pemilik kota tua ini.

Saya waktu kecil menunggu oto pulang menonton pacu jalur selalu bertengger dibibir bukit samping SPG tersebut, namun sekarang sudah hilang dari album kenangan yang mengharu biru. Kalaulah memori kita sudah hilang, tentulah kita bakal jadi orang pikun, kalaulah pikun tontu la gilooo kitoo goo… 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun