Mohon tunggu...
Ade Rahman
Ade Rahman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya wartawan independent pemilik website www.liputanaktual.com menampilkan berita politik, sosial dan ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perhitungan Suara di Pamulang Sempat 10 Kali Diulang

10 April 2014   22:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pamulang, 10 April 2014

Hingga malam ini perhitungan suara dibeberapa tempat di Tangerang Selatan masih dilakukan. Hanya beberapa yang sudah mendekati selesai diantaranya Kecamatan Pamulang. Dari sekitar total 46 TPS perhitungan suara sudah selesai namun belum dilakukan rekapitulasi suara. Kalau ditilik perhitungan suara kali ini tergolong lambat dan kurang sistematis.  Lambatnya perhitungan suara bukan dikarenakan petugas Panwaslu tidak mengerti atau kurang gesit namun menurut informasi dikarenakan petugas di TPS yang sempat hingga 10 kali melakukan perhitungan ulang. Hingga petugas Panwaslu harus menjemput bola mendatangi TPS untuk mengambil hasil suara.

Keterlambatan ini mengakibatkan penjadwalan jadi meleset. Bukan hanya itu bahkan salah satu petugas Panwaslu sempat sakit akibat kelelahan dan kelaparan yang tidak tertahankan. Dari 46 TPS yang menjadi sorot utama adalah di TPS 05 dan TPS 15 Kelurahan Bambu Apus. Disinilah menurut informasi terjadinya keterlambatan dalam perhitungan suara.

Narasumber mengatakan bahwa petugas yang ada di 2 TPS ini "kurang" mengerti dan profesional dalam melakukan perhitungan suara. Sesuatu yang sungguh ganti mengingat seharusnya mereka diberikan bekal yang memadai. Maka akibatnya timbul prasangka bahwa terjadinya penggemblungan suara yang menguntungkan beberapa caleg. Walau hal ini tidak dapat dibuktikan begitu juga rumor bahwa pada hari Pemilihan beberapa jam sebelumnya, sekitar pukul 06.00 terutama di 2 kelurahan Kedaung dan Bambu Apus ada beberapa "oknum" melakukan BOM atau serangan fajar dengan membagikan uang.

Sekali lagi hal ini tidak bisa dibuktikan. Sehingga timbul pula kecemasan bahwa perhitungan suara yang masuk khususnya di Kecamatan Pamulang diperkirakan suara tidak sahnya mencapai 10% serta Golput atau tidak memilih sekitar 30% hingga 40%. Sebagai Contohnya di Serua Bukit diperkirakan ada sekitar 100 rt yang golput dan hanya 200 orang yang datang memilih.

Ditengah-tengah kesemrawutan ini ada 2 peristiwa yang bisa dikatakan satunya luar biasa serta satunya menimbulkan pertanyaan dimana Partai Golkar secara dominan dengan perhitungan sementara unggul menjauhi partai manapun dan caleg yang unggul di partai Golkar melewati caleg lainnya yaitu Bapak H.Amir Ramli. Bagaimana tidak?! Khusus di Kelurahan Kedaung, Bambu Apus dan Pondok Cabe Ilir saja, beliau telah mengantongi hingga 3000 suara belum dari kelurahan yang lain. Bisa dikatakan sementara H.Amir Ramli salah satu yang mendapatkan kursi di DPRD Tangsel.

Peristiwa satunya yang menimbulkan pertanyaan adalah banyaknya petugas dari Polres, Polda dan Koramil yang berduyun-duyun bahkan rela menunggu dari pagi untuk meminta hasil perhitungan suara di Kecamatan Pamulang. Walau hampir diberikan untung tidak jadi. Ada kepentingan apa instansi Polri dan TNI meminta hasil suara sementara? Inilah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Polri dan TNI.

Miris, sedih dan prihatin kata yang tepat untuk menggambarkan pelaksanaan pemilu anggota legislatif kali ini. Bagaimana pelaksanaan pemilihan presiden? Dikhawatirkan jumlah golput dan suara rusaj akan melebar dan lebih besar dibandingkan pileg. Jika pemerintah tidak segera melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini maka tidak terbayang akan jadi apa negeri tercinta kita ini. Tiap elit hanya ribut untuk mengatasi kepentingan sendiri sedangkan masyarakat hanya menjadi penonton dan pion dari sistem demokrasi kita ini. Segeralah sadar dan buka lembaran baru wahai para elit. Rakyat yang menjadi korbannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun