Mungkin kita tidak asing lagi dengan semboyan negeri kita yaitu "Bhinneka Tunggal Ika"? Ya pastilah! Kan kita Indonesia, berbeda berbeda tetapi tetap satu jua. Yaps semboyan  tersebut merupakan cerminan bagi bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk.
Emang kenapa ya bangsa kita disebut bangsa yang majemuk? Ya karena bangsa Indonesia tuh punya banyak sekali keberagaman di dalamnya. Gausah jauh jauh deh, satu daerah saja, contohnya Jakarta. Jakarta disebut sebagai miniatur Indonesia, karena di daerah ini terdapat berbagai latar belakang budaya, suku, dan agama yang sangat beragam.
Ada berbagai suku di Jakarta seperti suku Betawi, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Â Selain itu, terdapat pula budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India dan Portugis. Selain budaya dan suku, terdapat berbagai agama yang dianut. Menurut DataIndonesia.id tahun 2022, mayoritas penduduk Jakarta memeluk agama Islam sebanyak 9,43 juta jiwa, agama Kristen sebesar 957.332 jiwa, agama Katolik sebanyak 437.967 jiwa, agama Budha sebanyak 393.919 jiwa, agama Hindu sebanyak 20.262 jiwa, agama Konghucu sebanyak 1.739 jiwa dan aliran kepercayaan sebanyak 417 jiwa.Â
Wah! Banyak sekali yaa, beragam budaya, suku dan agama yang ada di Jakarta, tapi kalau dipikir pikir, kok bisa ya satu daerah bisa seberagam itu? Tentu bisa, karena Jakarta sendiri merupakan ibu kota Indonesia, di mana pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia terdapat di Jakarta sehingga membuat banyak orang yang tinggal di daerah lain berkumpul di Jakarta, ada yang bekerja, belajar, atau tinggal menetap di sana.
Oooo iyaa juga yaa, tetapi bukankah dengan keberagaman yang ada bisa memicu sebuah konflik? Yups, kita ambil saja contoh kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998. Lho! Tapi ini kan penyebabnya karena krisis finansial Asia, kok ga nyambung? Wait, benar adanya, tetapi salah satu dampak yang dihasilkan adalah tindakan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa pada peristiwa tersebut, karena etnis Tionghoa dianggap mendominasi perekonomian sehingga terjadi penjarahan di toko toko milik etnis Tionghoa oleh rakyat pribumi.
Contoh tersebut bisa menjadi salah satu konflik yang pernah dialami di Indonesia. Nah bagaimana si agar konflik tersebut tidak terulang lagi? Sikap utama yang harus dimiliki masing masing individu adalah sikap toleransi. Toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati dan menerima perbedaan antara individu atau kelompok dalam hal keyakinan, pendapat atau kepercayaan. Cara menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari hari dapat dilakukan dengan menghargai perbedaan perbedaan kecil yang ada di masyarakat, misalnya dari segi selera makanan, selera, pakaian, lifestyle dan sebagainya. Dari hal kecil tersebut saja, bisa kita terapkan dalam hal menghargai perbedaan suku, budaya dan agama yang ada di tengah tengah masyarakat Indonesia.
Adapun sikap yang harus dihindari adalah sikap etnosentrisme dan primordialisme. Â Dikutip dari Oxford Bibliographies, etnosentrisme adalah kecenderungan melihat dunia hanya melalui sudut pandang kelompoknya sendiri. Contohnya adalah sikap bangga yang berlebihan terhadap suku sendiri dan menganggap suku yang lain lebih rendah dari suku kita. Sementara menurut KBBI, primordialisme adalah sikap memegang teguh hal hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan dan segala sesuatu yang ada di lingkungan. Contohnya kepercayaan jika makan menggunakan tangan kanan lebih baik daripada menggunakan tangan kiri.