Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Setiap Tantangan Zaman

5 Februari 2024   09:19 Diperbarui: 5 Februari 2024   09:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar sampai ke negeri Cina dan belajar sampai akhir hayat barangkali adalah ungkapan yang kalau kita mau meresapi benar adanya.  Bagaimana tidak, terkadang untuk bisa memperoleh sumber ilmu yang valid dan original tak segan segan berangkat belajar ke luar negeri menjadi salah satu alternatif. 

Dengan cara memperoleh beasiswa atau merogoh kantong sendiri alias mandiri sah sah saja. Bahkan tudingan bahwa sekolah keluar negeri bagi sebagian kalangan tertentu adalah hanya mengejar gengsi demi prestise semata juga hanya sekedar gosip angin lalu. 

Banyak plus yang didapat saat bersekolah di negeri antah berantah yaitu kemandirian, kemampuan adaptasi dengan berbagai lingkungan dengan kultur yang berbeda. Nilai plus inilah, bisa menjadi salah satu modal untuk menjalani tantangan zaman. 

Kesan untuk beasiswa tentunya adalah pribadi yang berprestasi atau memenuhi syarat dari pemberi bea siswa. Belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan visi misi lembaga tertentu tentunya harus dilakukan dengan sungguh sungguh.

Apalagi kalau sampai ke negeri orang, tentunya harus benar benar memperoleh materi pengajaran yang menjadi amanah agar bisa diterapkan dan berhasil guna saat pulang ke tanah air. 

Beda zaman, beda tantangan pendidikan. Benar sekali, saya setuju dengan pendapat tersebut. Akhirnya merumuskan formula, bentuk pengajaran atau bahkan kurikulum mengajar juga harus bisa menyesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan zaman. 

Masih ditambah lagi setiap negara termasuk kita dalam suatu era yang sama pastinya akan berbeda tantangan sesuai dengan wilayah Demografi bangsa. Pengalaman saat kota belajar dari mulai kecil sampai saat ini, menjadi orang tua dan wali murid memberikan pemahaman bahwa tantangan pendidikan selalu berbeda di setiap zaman. Coba mari kita ingat bersama sama. 

Sewaktu kecil zaman PraSekolah hingga Sekolah Dasar, murid murid lebih banyak diharapkan menguasai baca dan tulis dengan cepat. Faktor hambatan lebih banyak bersifat sarana prasarana yang belum merata dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda. 

Makan cukup gizi juga belum merata, karena yang terpenting pada zaman saya tahun 1980an adalah makan penting kenyang dan bisa untuk tenaga melakukan aktifitas. Belum lagi pengajar alias pendidik juga tidak terlalu cukup penghasilannya. Entah karena faktor terpaksa harus bisa, kondisi siswa saat itu juga lebih penurut. 

Gangguan yang sifatnya tehnologi HP dll tentu saja juga nihil. Nah dari sinilah, zaman itu tantangannya adalah sarana minum tetapi harus tetap berprestasi sesuai dengan standar saat itu.  Membaca, menulis, memahami sebuah tulisan, gambar dan informasi yang didapat secara terbatas ; sebagai contoh saat itu RRI dan TVRI adalah media sosial elektronik idola kami. Masih ingat bagaimana kita melewati tantangan zaman pendidikan saat itu? Seru ya. 

Berguirnya zaman membawa cerita dan perubahan tersendiri. Faktor gejolak sosial politik yang pernah dialami oleh negara tercinta kita ini juga memberikan pelajaran dan pengalaman tersendiri.  

Pendidikan politik yang bisa dicerna dengan bahasa yang santun, terbuka, membangun peradaban seiring dengan etika semangat untuk kemajuan tanah air menjadi pekerjaan rumah tersendiri.  

Pola pendidkan yang akhirnya diformulasikan agar IQ dan SQ, sebagai semangat pembangunan yang seimbang menjadi modal bersama agar pintar, berwawasan dan amanah, etos kerja produktif tidak koruptif menjadi kesepakatan bersama untuk menjadikan input output pendidikan adalah generasi pandai yang berakhlak. 

Pada perkembangannya memang harus diwaspadai sifat fanatik yang tidak pada tempatnya. Nilai nilai moral beragama memang tepat saat kita menjalankan amanah dalam bekerja. 

Saat ini? Tantangan perkembangan tehnologi dan budaya bergaul yang bebas juga bisa kita lihat sebagai faktor tantangan. Dari sini kita akhirnya menyadari, belajar memang tidak kenal usia. 

Bayangkan sebagai AyahBunda tercinta, rekan pendidik dan pengambil keputusan harus terus belajar. Tak apa semua tantangan zaman yang bersinggungan dengan pendidikan harus kita hadapi. Fokus pada faktor internal dan eksternal yang menjadi hambatan. 

Selanjutnya, mari kita jaga bersama sangat pendidikan yang tetap welas asih dalam naungan pengayoman warisan leluhur Pendidik tercinta, kiHajar Dewantara. Di depan menjadi teladan, ditengah bisa baju kembali dengan yang lain, dibelakang menjadi pengikut yang baik dari sebuah keteladanan ilmu yang bermanfaat. Tak apa, zaman memang akan selalu bergulir, belajarlah sampai titik akhirakhir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun