Keluarga besar saya adalah orang Jawa dengan aneka seni budayanya termasuk Tari. Menari, menikmati tarian bagi sebagian orang mungkin sangat menyenangkan tetapi ada juga yang merasa bosan. Nah untuk yang gampang bosan ini, harus ada spesifikasi khusus apa yang membuatnya bosan. Jenis tarian, musik pengiring atau penampilan penarinya. Perlu tahu hal apa saja yang membuat mereka tidak tertarik dengan suguhan tarian bertujuan agar apa hal hal secara audio visual dari sebuah pertunjukan menari bisa dikemas lagi dengan selera penonton. Tantangan ini terutama untuk anak millenial zaman now... Â Maklum mereka lebih gampang terpikat jargon Slebew.. Hehe.Â
Tante saya guru Seni Budaya dan lulusan ISI Solo jurusan Tari. Saya paling senang saat berkunjung dirumahnya yang kebetulan juga menyewakan pakaian untuk acara karnaval, pertunjukan akbar Seni, pawai Seni budaya dan lain lain. Â Saya ikut senang memegang aneka kain busana dengan bahan dan corak yang beragam. Â Tentu saja beliau fasih dan paham per detail penggunaan pakaian atau kostum untuk aneka pertunjukan berikut aksesoris pelengkapnya yang banyak sekali jenisnya. Saya paling senang memakai topi atau semacam hiasan kepala untuk tarian Merak, Kukilo dan sebagainya.
Dilengkapi dengan selendang, imajinasi saya langsung bisa mengembara seolah olah saya ini burung yang bebas bersenda gurau dengan teman dan bermain beterbangan di udara. Jiwa yang merdeka bebas berkreasi indah sekali rasanya menghayati tarian Merak atau Kukilo. Menurut tante saya yang juga membuka sanggar Tari Anugrah dirumahnya, mengemas tatian tradisional adalah kebahagiaan tersendiri dengan tantangannya.Â
Bagi mereka yang menganggap tarian lemah gemulai dan membuat mengantuk, musik gendong tarian bisa dimodifikasi lebih rancak. Irama gong, kenong bisa ditambah powernya agar tarian Merak atau Gembyong tampak lebih jreng auranya. Tentu saja tidak boleh mengurangi pakem asli tarian Tradisional karena pencipra Tari sudah mempunyai pesan misi khusus dari setiap Tarian ciptaanNya.Â
Riasan penari juga perlu diperhatikan agar kelihatan menawan dan elok dipandang. Terlalu mencolok dan menor apalagi bercampur dengan keringat penari tentu saja membuat penonton tidak puas. Apabila ada penari penari muda yang lebih potensial, berilah terus panggung dan kesempatan. Harapannya agar penonton semakin banyak dan empati ini adalah modal dasar untuk meneruskan tradisi cinta Menari dan Pertumjukan yang disajikan. Â Promosi wisata, pagelaran budaya dan aneka Festival teraplah diadakan.Â
Dengan suguhan yang memuaskan penonton, diharapkan dana promosi untuk uk pelatihan, pengembangan dan syukur syukur uang jasa menari akan lebih mudah didapat. Gambyong dan beberapa tarian khusus yang digelar ditempat khusus adalah jenis tarian Wajib yang harus diwariskan dari generasi ke generasi. Makna tarian untuk menyambut tamu khusus, hari baik, kegiatan yang baik adalah salah satu agenda yang tidak tergantikan. Â Penghormatan dan kesejahteraan bersama menjadi simbol pemersatu tarian.Â
Dikalangan keluarga besar saya, laki laki dewasa beberapa banyak juga yang lihai menarikan atau mengiringi Bejaan Kangen Tayub. Tarian syukur setelah musim panen dan aneka hajatan bahkan ulang tahun kota daerah ini punya sejarah sebagai tarian rakyat yang dilakukan oleh Priyayi atau Putri putri kerajaan yang menyamar untuk perjuangan dan berbaur dalam masyarakat. Keahlian memainkan selendang atau sampur dan mengepaskan hentakan kaki serta tangan dan gamelan adalah keahlian tersendiri yang keluwesan nya selain bakat keturunan terasah karena biasa terampil. Terbiasa menerima sampur selendang penghormatan yang dikalungkan ke leher oleh Penari.Â
Saya pribadi seperti beberapa anggota keluarga besar lainnya menyimpan sampur Selendang yang biasa digunakan untuk pelengkap Tari Gambyong. Tidak fasuh menari, tetapi mencintai tradisi tarian. Dan tentu saja penonton setia dengan apresiasi utama. Â Mudah mudahan tahun ini, saya mendapat kesempatan diajak Bulik saya ke acara ujian pentas Tari dari kampus Seni. Sungguh akan banyak aneka Tarian bisa kita nikmati dengan senang hati. Semoga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H