Di desa tercinta saya masih turun temurun masyarakat melaksanakan kegiatan Kapungan disetiap menyambut hari besar umat Islam. Kapungan berasal dari ronce kata Jawa "dikepungi" yang artinya berkumpul untuk berdoa bersama dengan berbagai hajat tertentu sesuai kebutuhan masyarakat. Perwakilan per KK biasa berkumpul dirumah pakRT atau tempat yang disepakati setelah Maghrib.
Dalam tradisi Kapungan yang menjadi ciri khas adalah perwakilan KK yang berangkat membawa makanan / minuman sekedarnya sesuai dengan kehendak masing masing. Nantinya makanan inilah yang akan diKepung bersama untuk dimakan ditempat atau dibagi antar tetangga.Â
Walhasil aneka makanan sederhana seperti paket nasi,miegoreng,oseng tempetahu atau telur dadar biasanya tetap ada yang membawa dalam bakul kecil. Ada yang membawa buah buahan, roti, kuebasah atau aneka gorengan. Semua digelar, kemudian mulailah mbah Modin mengambil alih peranan penting untuk menyampaikan hajat umum warga lingkungannya. Â
Bercocok tanam lancar, panen berhasil, hajatan keluarga diberi kemudahan, dijauhkan dari balak sakit dan musibah dalam pekerjaan adalah hajat yang biasanya selalu tak ketinggalan untuk disampaikan. Â Kemudian dilantunkanlah doa bersama yang diAaminkan. Makanan yang terkumpul dibagi rata, sebagai penanda agar ikatan hubungan silaturahmi yang baik senantiasa terjalin antar warga. Untuk lingkungan yang lebih modern biasanya mengumpulkan iuran sejumlah tertentu yang disepakati yang nantinya dimasakkan oleh buRT dalam bentuk jajanan pasar atau sego berkatan. Semua sah sah saja yang penting hati warga terikat pada lingkungannya.
Khusus di bulan Ramadhan, warga berKapungan pada malam setelah hilal Ramadhan diumumkam, malam pertengahan menjelang Nuzulul Quran dan setelah malam 21 (Selikuran). Yang menjadi ciri khas pada setiap Ramadhan adalah warga punya hajatan khusus yang ada kaitannya dengan pembangunan lingkungan, bersih bersih dan penataan lingkungan yang membutuhkan partisipasi warga  dalam bentuk Gotong Royong.  Semua dilakukan agar Ramadhan berkesan dan identik dengan berkah dalam etos kerja yang penuh kebersamaan.Â
Gugur gunung istilah Jawa yang melekat. Karena puasa , peketjaan dilakukan pagi hari atau sore ketika suasana hari sudah tidak terlalu panas Ramadhan ini, Â warga lingkungan kami melakukan kerja bakti mengecor jalan didekat jalan utama Sekolah Dasar yang lokasi depan sekolah hanyalah hamparan sawah. Â
Menguruk dengan pasir dan batu untuk jalanan lingkungan yang berlubang juga menjadi prioritas. Dana desa lewat RT yang digunakan. Â Penggantian lampu sepanjang jalanan warga yang sudah tidak berfungsi juga dilakukan. Rencana lain adalah melakukan pengecatan di musholla warga dan masjid.Â
Ramadhan masih berlangsung. Kami warga juga masih bahu membahu untuk menyelesaikan target bersama. Harapannya adalah malam Selikuran sudah selesai tanggung jawab pekerjaan sehingga warga bisa lebih fokus untuk melewati minggu terakhir Ramadhan karena masing masing sudah sibuk dengan kebutuhan keluarga yang beraneka ragam.Â
Misalnya acara berbagi sembako bagi yang mampu, persiapan panitia Zakat dan malam Takbiran sekaligus HariRaya. Mudah mudahan Kapungan malam 21 selikuran nanti kami sudah bisa memanjatkan doa syukur karena Kegiatan Gotong Royong dilingkungan kami  sudah terlaksana dengan lancar. Biarpun dalam susah senang keadaan kami tetap Kapungan. Agar hati warga terikat doa kebaikan dalam kebersamaan. Nasi,miegoreng, telurdadar,oseng tempetahu, gorengan dalam Bakul adalah menu berkah yang kami rindukan. Lezatnya mana tahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H