Lahir dengan kekurangan pada fisik entah itu Tuna Grahita, Tuna Daksa, Tuna Rungu atau katagori golongan Tuna lainnya akan melahirkan cerita hidup tersendiri. Yang perlu dicamkan oleh kita semua hal tersebut bukan hukuman Tuhan tetapi pasti ada hikmah untuk bisa berikhlas, berikhtiar dan juga tetap bersyukur padaNya agar kehidupan lebih bermakna dalam meraih keberkahan surgaNya kelak.
   Tidak mudah memang menjalani hidup dengan tetap memanfaatkan kekurangan yang melekat di fisik. Harus ada semacam ekstra usaha yang lebih agar bisa beradaptasi dengan lingkungan. Apalagi fasilitas sehari hari memang rata rata dibuat untuk orang normal. Sebut saja alat sederhana sepeda yang dengan berbagai merek dan model tetapi basic modelnya tetap adalah sepeda roda dua. Untuk penyandang cacat fisik entah tangan atau kaki tentunya harus memodifikasi kendaraan ini agar bisa digunakan juga oleh penyandang cacat.
   Kebetulan dikeluarga saya, adik Bapak berkecimpung di dunia Sekolah Luar Biasa. Sebagai pengampu putra putri bangsa dengan spesifikasi khusus ini sukaduka baik tantangan, perjuangan , pengharapan, semangat dan juga penghiburan sudah tak terhitung masanya. Kebetulan jiwa seni beliau kuat sehingga bisa digunakan juga ketika membimbing dan mengajar sehingga murid lebih tertarik dan terbangun suasana kedekatan agar potensi mereka tergali dan bisa fokus untuk ditelateni dan dikembangkan. Berkebun, terjun langsung ke area persawahan, keterampilan rumah tangga juga pengalaman belajar yang ditularkan kepada anak didiknya. Disela waktu kadang ada juga anjangsana murid binaan ke tempat guru pengampu. Selain silaturahmu ada tujuan tersirat juga yang memperkenalkan ilmu bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Diajari tata krama sederhana untuk melatih kemampuan berkomunikasi agar bisa menerapkan diri lebih fleksibel dengan lingkungan kehidupan bermasyarakat nantinya. Penting dan perlu disadari karena mereka adalah juga bagian dari kita semua.
   Kerabat kami kebetulan ada yang punya kekurangan pada kaki (folio sebelah). Beruntung orangtuanya sudah memahami kekurangan tersebut dari kecil sehingga mendidiknya dengan mencari bakat yang menjadi kesenangannya. Kebetulsn melukis adalah hal yang paling menonjol dan ketika beranjak dewasa lebih terarah lagi  yaitu melukis pada media kayu atau mengukir. Tak tanggung tanggung lagi akhirnya kerabat kami pernah mengenyam pendidikan khusus dalam mengukir dan pertukangan. Juga ketrampilan khusus untuk membuat semacam sovenir / handicraft dengan basic ukiran dan gambar. Dan itulah keahliannya sekarang yang sekaligus berguna untuk mencari penghasilan.
   Kerabat saya kadang juga mendampingi dan  menyambangi murid murid binaan diSekolah LuarBiasa. Memberikan teladan dan contoh nyata dari mereka yang bisa memahami perasaan kaum disabilitas tentu lebih mengena. Hal ini lebih efektif dalam rangka pembentukan kelompik agar lebih solid. Selain prestasi kemandirian dan syukur syukur terwujud dalam karya yang bisa dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat, prestasi yang diharapkan mereka lebih pada makin tumbuhnya rasa percaya diri  yang menempatkan mereka sebagai warga negara dengan kesempatan dan pelayanan yang makin berkualitas. Disabilitas hanyalah pembeda dari segi fisik. Manakala potensi diri digali dengan tepat dan terdidik dengan baik, minimal mereka bisa mengisi hari hari dengan lebih mandiri dan  berkreasi. Hari hari yang lebih berwarna dan bermartabat untuk mereka sebagai anak Bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H