Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suka Duka Berbagi Filaria

28 September 2021   11:50 Diperbarui: 28 September 2021   12:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah telah mencanangkan pembagian pil untuk pencegahan cacing filaria selama lima tahun periode. Penyakit yang tidak terlalu populer dikalangan masyarakat tetapi akibatnya bagi kesehatan badan luar biasa ini, tentu saja tetap mendapat perhatian ekstra dari departemen kesehatan di Indonesia. Penyakit parasit trofis ini bisa mempengaruhi kelenjar limpa dan pembuluh limpa dan bersifat kronis karena lama sekali bertahan dalam tubuh. Bisa bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.  Berbahaya bukan?

Kader posyandu yang ikut membantu membagikan obat untuk pencegahan massal tentu saja harus dibekali pengetahuan yang singkat tapi efektif ketika hendak membagikan ke lingkungan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya. Saya sebagai bagian dari kader turut merasakan suka duka mensosialisasikan program pemerintah yang satu ini.

Sebelumnya, kader dikumpulkan dalam acara pembekalan singkat di balai desa oleh penanggung jawab dipuskesmas didampingi penanggung jawab posbindu. Berhubung kualitas sumber daya kader beragam karena latar belakang pendidikan dan perbedaan usia , kemampuan menyerap materi juga ada yang cepat tanggap ada pula yang pelan. Session tanya jawab khusus tentang beberapa hal yang mendasar diperlukan agar materi dasar benar benar dipahami.

Secara sederhana kami harus menjelaskan ke khalayak masyarakat bahwa filiaris atau kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat infeksi cacing jenis filaria. Cacing ini menular melalui gigitan nyamuk. Selain tungkai kaki, bagian tubuh lain seperti organ kelamin, dada dan lengan juga dapat mengalami pembengkakan. Memang kewaspadaan masyarakat terhadap gejala penyakit ini kurang karena sebelum timbul pembengkakan, tidak ada gejala spesifik yang timbul dan segera terdeteksi. Hal ini yang menyebabkan penanganan sering terlambat. 

Penyakit yang populer hanya dibeberapa daerah diIndonesia ini, mengakibatkan kami harus ekstra menjelaskan kepada khalayak masyarakat pentingnya pencegahan kaki gajah melalui 2 hal yakni ; menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian obat secara massal oleh pemerintah.

Kenangan sukanya sebagai bagian dari kegiatan program pemerintah ini adalah banyak pengetahuan baru yang kami peroleh. Kami juga sekaligus belajar mempraktekkan publik speaking, komunikasi sederhana baik searah maupun dua arah. Skill kami otomatis bertambah karena terjun ke lapangan langsung. 

Kami juga akhirnya lebih paham secara mendetail dan mengetahui kondisi warga di lingkungan RT dan RW  tempat kami berada karena hampir semua usia menjadi sasaran pembagian obat massal gratis ini. Usia sasaran dibedakan 2th -7th, 8th-15th, 16th-69th dan ini berpengaruh pada dosis / jumlah pil yang harus diminum. Pengetahuan yang bagus bukan bagi kader ketika mengetahui kondisi warga secara spesifik, katena ada tambahan pengetahuan tentang sensus kesehatan masyarakat.

Dukanya atau lebih tepatnya saya mengenang lucunya juga adalah karena sosialisasi diawal kegiatan kami mengisi acara diberbagai pertemuan rutin RT RW maupun acara jamaah, khalayak kadang tidak sepenuhnya konsentrasi dengan materi apalagi diselingi makan minum snack ringan diacara pertemuan tersebut.  Latar belakang yang beragam juga karakter yang pokoknya mengangguk mengerti saja juga harus dimaklumi. 

Pokoknya penyakit kaki gajah yang membuat kaki bengkak,  penyebabnya cacing lewat nyamuk. Obatnya sekali minum. Itu yang mereka lebih ingat. Masyarakat yang tidak mendapat jatah karena hamil, punya penyakit dalam dan masih rutin berobat dan usia lanjut kadang juga sering bertanya "terus kami ini dapatnya apa bu?". Ada ada saja pertanyaan mereka yang berkaitan dengan kondisi mereka yang tidak mendapat jatah. 

Tentu saja kami harus juga bercanda ringan menanggapinya. Tak lupa kami  juga menjelaskan  efek samping minum pil kaki gajah ini yang kadang ada merasa pusing dan mual. Ada juga yang mengantuk. Tentu saja kami harus mensugesti minum obat itu dimalam hari sebelum tidur dan badan benar benar dalam kondisi relax. 

Efek mual pusing sedikit , kami terangkan artinya obat sedang bekerja. Dan bisa menghubungi mantri, dokter puskesmas kalau merasa ada keluhan lebih lanjut. Walhasil ada yang takut minum obat karena takut mengganggu kegiatan dan aktifitas mereka. Apalagi yang bertani. Harus ekstra sabar memang, tapi kami tak lelah harus terus mensugesti kesadaran masyarakat bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

Dimasa pandemi, pembagian kami lakukan dalam session posyandu yang kami atur waktunya agar tidak bersamaan ketika ibu ibu menimbang. Sebagian juga  dengan door to door dan bekerja sama dengan bu RT RW yang rajin membagikan informasi dan pengumuman di grup WA warga lingkungan. Seperti pameo lama, semoga lelah jadi berkah. Masih diberi kesehatan dan panjang umur juga kami syukuri sebagai berkah. Bagaimana kabar kalian? Sudahkah minum obat pencegahan penyakit kaki gajah dari tahun ke tahun.  Filaria memang nama keren tetapi sungguh jangan sampai filaria mampir dibadan kita. Bye Filaria.... Kakiku bukan kaki Gajah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun