Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Untuk Siapa Wajah Ini Menyapa? Komunikasi Politik dalam Baliho

23 September 2021   17:02 Diperbarui: 23 September 2021   17:08 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Komunikasi politik mempunyai berbagai macam tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut. Rating yang tinggi terhadap keberadaan partai politik tertentu , nilai plus agar kelebihan, keunggulan dan kinerja  dari seorang tokoh menurut visi misi partai tertentu , juga harus dikemas dalam plattform sedemikian rupa agar khalayak menjadi tahu atau lebih tahu . Dari sekian model kampanye komunikasi politik, penggunaan media baliho dianggap sebagai salah satu cara yang tepat sasaran.

     Dibutuhkan team internal yang lihai, kritis dan jeli agar visi misi partai melalui baliho tercapai.  Menampilkan baliho dengan gambar seseorang sudah pasti tujuannya adalah untuk menaikkan kredibilitas wajah yang terpampang di baliho karena ada cita-cita politik dari si empunya wajah. Politik larinya pasti ke muara kekuasaan pemerintahan. Dan sudah pasti, pemasang baliho harusnya telah membekali diri dengan komentar positif maupun negatif yang beradu imbang. 

Setelah memasang baliho, team dibelakang layar baliho harusnya juga lebih sigap lagi untuk melihat hasil dari kampanye baliho ini. Semacam index survey kepuasan, pemahaman dan lain sebagainya sesuai dengan standar indeks dari sebuah kegiatan komunikasi. Nah , sudah pasti biayanya mahal kan untuk mendanai kampanye komunikasi politik model ini apabila ingin tepat sasaran?

     Kelebihan dari baliho yang dipajang dan sering dilihat sepintas lalu oleh khalayak ini adalah wajah dan nama tokoh walaupun sejenak biasanya menjadi bahan perbincangan.Pun juga tulisan tulisan jargon besar besar yang ikut terpampang menyertainya. Reaksi masyarakat walaupun bertolak belakang yaitu memplesetkan jargon tertentu dari tokoh tertentu malahan dianggap berhasil menarik perhatian. Karena hal itu sebenarnya point yang dituju dari sebuah kampanye ; menarik perhatian khalayak.  

Tidak efektif tentu saja apabila ada tampilan tulisan lain yang  oleh khalayak penerima pesan  dianggap penuh janji janji dan bukti teoritis saja. Muatan tulisan ujungnya dianggap tidak "apa adanya". Alias ya itu tadi,  "ada apanya".  Ada maksud tertentunya. Tidak efektif menurut saya dilihat dari tujuan menaikkan citra positif. Ramai diperbincangkan menghasilkan dua sisi hasil yang berbeda. Positif atau negatif dari citra diri empunya. 

     Baliho adalah media terpantang yang dilihat sambil sepintas lalu. Boleh jadi khalayak masih mengingatnya sampai jangka waktu tertentu, bisa jadi juga benar benar sepintas lalu. Dilihat, dipandang dan diperbincangkan sebentar sambil lalu. Disinilah unik dan menariknya komunikasi politik. Berdana besar atau minim budget dana dengan hasil akhir dari cita cita politik yang hanya diketahui team belakang layar yang meng "create" perancang dan pelaksana. Dan juga sekaligus rumah partai dimana empunya wajah bernaung.  Baliho juga semoga bukan aji mumpung, karena baliho yang menyapa kita semua ini sebagai konsumen politik mengandung makna , siap turun panggung, siap bertarung. 

Hore-hore.  Kamu team hore hore?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun