Sesi berikutnya diisi oleh Dr. drg. Dewi Priandini Sp.PM, ahli penyakit mulut dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti yang mengurai lebih dalam tentang sariawan (stomatitis aphtosa rekuren/ SAR). Menurutnya, sariawan tidak sesederhana kelihatannya. Â "Bahkan ada yang menderita sariawan rutin setiap bulan," ungkap Dr Dewi membuka materi.
Sariawan secara sederhana bisa berarti terjadinya luka atau radang  di rongga mulut. Penyebab sariawan hingga kini belum diketahui dengan pasti. Namun sariawan bisa ditelusuri faktor pencetusnya (predisposisi) yang terdiri dari dua jenis, yakni predisposisi lokal dan sistemik.
"Ada orang yang komplain saat sariawan karena dia merasa rajin gosok gigi. Padahal, bisa saja dia alergi dengan deterjen yang menjadi pencetusnya. Sebab pasta gigi mengandung deterjen," urai Dr Dewi tentang predisposisi lokal yang diantaranya termasuk alergi.
"Bahkan untuk orang tertentu makan cokelat saja bisa mencetus sariawan," tambahnya.
Selain alergi, pencetus lokal adalah trauma, seperti salah menyikat gigi, virus, dan keturunan (genetik). Menurut penelitian, jika kedua orangtuanya sering sariawan maka anaknya 90% akan mudah kena sariawan.
Untuk pencetus sistemik, Dr Dewi memberi contoh stres yang memicu penurunan hormon dan membuat berkurangnya aliran air liur. Â "Makanya orang sakit jiwa tidak pernah sariawan," lanjutya.
Juga beberapa penyakit seperti kencing manis dan HIV. "Kalo usus mengalami radang biasanya juga sariawan," imbuh Dr Dewi yang sesekali berkelakar saat memberi materi.
Info paling menarik dari sesi ini, ternyata wanita lebih rentan mengalami sariawan ketimbang pria. Mengapa? Hal ini disebabkan presdiposisi sistemik hormonal. Wanita pada pra menstruasi dan pra menopause terjadi perubahan level hormon estrogen. "Selain itu, berkaitan juga dengan penggunaan alat kontrasepsi yang tidak cocok," sambung Dr Dewi.
Memang biasanya, kata Dr Dewi, sariawan sembuh dalam waktu sekitar tujuh hari, karena termasuk kategori self limiting disease (sembuh dengan sendirinya) Tapi jika sariawannya mayor (besar) Â sebaiknya diobati. Untuk itu perlu dicari pencetusnya terlebih dulu.Untuk pengobatan simtomatik, biasanya hanya diberi obat mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.
Gorengan
Seperti kita ketahui, sariawan kerap dihubungkan dengan panas dalam. Menurut pembicara ketiga, Dr. Abrijanto SB selalu Bussiness Development Manager PT Deltomed Laboratories, panas dalam sendiri tidak ada dalam istilah kedokteran.