Mohon tunggu...
Mamaya
Mamaya Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga -

Selalu memohon kebaikan dan yang terbaik, dunia dan akhirat,untuk semua ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergilah..

14 Juli 2017   11:38 Diperbarui: 14 Juli 2017   11:53 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Meskipun baru untuk mengenal tempatnya yang sudah lama kucari-cari di internet, tiba-tiba hatiku berkata "inilah tempat surga duniaku, inilah ladang ibadahku. Inilah petunjuk Allah tempat aku membaktikan sisa hidupku dengan mengurusi anak-anak malang yang tidak sempat merasakan kasih sayang ibu atau ayahnya, walaupun tanpa suami mendampingiku". Terima kasih Allahku. Engkau tidak pernah meninggalkanku. Segala puji untukMu.

Aku harus mengambil keputusan. Aku tahu Adi tak akan bisa memutuskan yang terbaik untukku ataupun untuk dia sendiri. Mudah-mudahan sifatnya yang tidak bisa ambil keputusan karena dipikirnya akan merugikan dirinya, akan bisa menerima cara yang kutempuh. Tanpa penawaran apapun dariku memang, karena Adi hanya akan menunggu, menanti nasib mujur seperti beberapa kali terjadi ketika akhirnya aku memaafkannya.

 Tapi kali ini tidak. Kubujuk dua bungsuku baik-baik sampai ia bisa mengerti dan menerima bahwa ini adalah jalan keluar terbaik untukku dan untuk kami bersama dari masalahku. Aku bersiap-siap seadanya akan barang-barang yang aku dan anakku perlukan.

Dengan tangan gemetar kutulis surat untuk Adi. Setelah juga kulayangkan surat gugat cerai ke Pengadilan Agama kotaku. "engkau orang yang hampir seluruh masa hidupku bersamamu. Inilah jalan terbaik untuk kamu bahagia, telah kupilihkan untukmu. Aku ambil keputusan ini karena aku yakin engkau tidak akan pernah berani untuk berubah. Jangan temui aku. Aku yakin engkau akan bahagia bahkan berterima kasih dengan keputusanku. Kau akan bahagia dan senang-senang saja. Aku yakin itu. Karena hanya aku yang tahu dan mengerti engkau sampai ke relung hati terdalammu. Kalau kau masih ingin harta bagianmu, sedekahkan dulu untuk anak-anakmu, kemudian sisanya tolong jual dan bagian hak aku tolong kirimkan ke rekening Panti Asuhan tempat aku menumpangkan hidup sampai ajal menjemputku. Salamku untuk pendamping cantik impian dambaan jiwamu".

Lamat-lamat kudengar suara azan subuh yang dilantunkan salah seorang santri Panti Asuhan. Segala puja dan puji hanya untuk Allah. Terima kasih Rabb, Sang Pemberi hidup. Aku masih diberi waktu menyusuri hidup dan mensyukuri nikmatMu sembari menunggu saat aku dipulangkan ke haribaan-Mu. Kurengkuh gadisku ke tempat wudhuk, mengajak untuk menyembah Sang empunya hidup... Dan semoga juga rumah Panti Asuhan yang kutumpangi dengan bungsuku menjadi tempat terakhirku untuk mencapai khusnul khotimah menemui Sang Khaliq.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun