Mohon tunggu...
Mutia Masugi
Mutia Masugi Mohon Tunggu... Administrasi - Story Teller Relief Candi Borobudur dan penulis buku dongeng anak Pangeran Sudhana dan 17 Kisah Lainnya berbasis seni membaca Relief Candi Borobudur

Mudahnya berbagi lewat apa saja, termasuk berbagi kisah-kisah sederhana yang mampu membangun karakter.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dia dan Matematika

29 Agustus 2022   10:13 Diperbarui: 29 Agustus 2022   12:05 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku lebih mudah menghitung berapa kali seseorang datang dan pergi dari hidupku ketimbang menghitung hasil : 145 x 105 -88 + 97 : 5. Lebih mudah pula menakar jumlah rinduku padanya ketimbang mumet memikirkan berapa jumlah akar kuadrat sekian dari bilangan. Aku juga akan bahagia saat mengetahui bahwa cintanya tak terbagi; utuh untukku daripada pusing memikirkan porogapit.

Dia dan Matematika sama rumitnya. Bedanya adalah, aku menyukai semua tentangnya, sedangkan bagiku Matematika adalah sesuatu yang menakutkan.

Tetapi rupanya anggapan bahwa seseorang yang lemah dalam Matematika adalah mutlak bodoh dan sebaliknya, mereka yang pintar Matematika mutlak pintar masih berlaku. Bagiku itu anggapan yang salah. Coba pikir, ada berapa banyak cabang ilmu dalam kehidupan? Matematika hanya salah satunya.

Memang benar, segala sesuatu perlu rumus dan hitungan, tapi tidak adil rasanya bila memandang sebelah mata pada yang lemah dalam hal berhitung.

Bagi yang pintar berhitung akan dengan mudah menghapal rumus perkalian di luar kepala. Tetapi mungkin tidak tahu kapan Raja Kertanegara lahir, atau siapa nama asli Mahapatih Gajah Mada.

Aku percaya, setiap orang dilahirkan dengan kelebihan masing-masing. Jika ada yang mahir pada hampir semua cabang ilmu, maka aku mencari tahu mengapa mereka bisa begitu. Bisa jadi itu sebuah karunia. Dan bukankah karunia lebih mudah diberikan kepada mereka yang tidak menyerah pada ketidakmampuannya?

Btw irungku sampe pesek mikir Matematika!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun