Mohon tunggu...
Mutia Masugi
Mutia Masugi Mohon Tunggu... Administrasi - Story Teller Relief Candi Borobudur dan penulis buku dongeng anak Pangeran Sudhana dan 17 Kisah Lainnya berbasis seni membaca Relief Candi Borobudur

Mudahnya berbagi lewat apa saja, termasuk berbagi kisah-kisah sederhana yang mampu membangun karakter.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ribet Amat Bikin Gambar, Kenapa Tidak Animasi Saja?

27 Agustus 2022   13:13 Diperbarui: 27 Agustus 2022   14:22 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku dongeng Pangeran Sudhana dan 16 kisah lainnya lahir ketika hujan jatuh di musimnya.

Sempat terpikir untuk membuat ilustrasi dengan animasi, seperti buku dongeng pada umumnya. Tetapi saya berpikir, ada baiknya melibatkan anak-anak dalam proses pembuatan buku, dengan meminta mereka membuat ilustrasinya.

img-20220420-wa0008-6309c4a9c76ba0600e272e42.jpg
img-20220420-wa0008-6309c4a9c76ba0600e272e42.jpg
Lebih-lebih jika yang menggambar anak-anak dari belahan dunia lain. Mengapa begitu? Karena saya ingin menanamkan indahnya berbagi tanpa melihat suku bangsa dan bahasa.

img-20220422-wa0063-6309c489c76ba060143c81c2.jpg
img-20220422-wa0063-6309c489c76ba060143c81c2.jpg
Apakah itu sulit? Bukankah anak-anak berbeda bahasa itu harus mengerti bahasa Indonesia agar bisa menggambar sesuai imajinasi mereka?

Ya lumayan sulit, tetapi sangat menyenangkan.

img-20220429-wa0014-6309c5c0c76ba0045c577412.jpg
img-20220429-wa0014-6309c5c0c76ba0045c577412.jpg
Naning Scheid, seorang dosen sekaligus penerjemah karya sastra dari Belgia, contohnya. Novelis sekaligus pemuisi ini,  membaca terlebih dahulu semua naskah yang saya kirim, lalu membuat terjemahannya dalam bahasa Belgia, membacakan cerita itu pada anak-anak, barulah gambar ilustrasi dibuat.

Hal serupa juga dilakukan Mbak Lina, yang bermukim di Jerman dan seorang teman dari Australia.

Lantas, bagaimana dengan anak-anak Indonesia?
Mereka bertugas membuat ilustrasi gambar sampul dan gambar-gambar lainnya.

Buku dongeng pada akhirnya terbit dan dibagikan secara gratis kepada anak-anak (diutamakan) yang difabel dan yatim berkat donasi para sahabat.

So, segenap cintaku untuk Nita Arumastuti, Akbar, Shandyarta, Alvin

Juga Scheid Squads : Maximilien, Anastasia, dan Alyssia, kalian anak-anak hebat. Vous tes super les gars.

Kimberley (Kimbi) Dankeschn!

Karena Kasih Karunia Tuhan semata, saya menjadi manusia yang tidak hanya ada, tetapi juga hidup, memiliki jiwa dan dapat berkarya.

Mereka mengalirkan kekuatan yang sungguh tak pernah putus. Menjadi sayap-sayap kecil yang menjelma doa dan membawaku terbang mencapai sesuatu.

Biarlah cerita di dalamnya mengalir seperti air yang jernih ke dalam pikiran anak-anak dan menuntun mereka ke jalan kebaikan.

Semua Karena Kalian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun