Beberapa minggu lalu seorang teman berkirim pesan, “Yuk kita kumpul Rabu nanti jam 12 bersama teman-teman lain, perpisahan dengan Doni, dia pindah tugas ke Jakarta. Kamu boleh usul tempatnya, bebas. Beritahu yang lain ya”.
Waini....pikir saya...sudah lama kami nggak pernah ngumpul dengan bekas teman sekolah. Ada rasa senang ada rasa sedih. Senang karena momen beginian akan selalu jadi kesempatan ngobrol asyik tanpa basa basi, tanpa melihat latar belakang kehidupan sekarang, berbaur layaknya dunia remaja kami dulu. Sedihnya adalah ini momen perpisahan. Hilang deh satu teman baik yang kebetulan senang mentraktir kami hahahaha. Dasar, maunya....
Maka saya sibuk menghubungi teman sambil berpikir kira-kira mana ya tempat yang asyik buat ngobrol. Karena sebagian besar teman-teman saya dalah penyuka kopi, maka pilihan haruslah tempat yang sekaligus menyediakan kopi enak. Menjelang hari H diputuskanlah kami ngumpul di Rise n Brew, sebuah coffee shop di Semarang Town Square ( Setos). Karena belum pernah ke sana sebelumnya, maka saya browsing dulu seperti apa. Ketemulah gambar-gambar ini. Wah keren juga tempatnya.
Rise n Brew di Internet
The Real Rise n Brew
Ketika saya sampai di sana, beberapa teman sudah datang. Pertama masuk, tempat ini begitu menggoda.... Tapi ketika kita sudah di dalamnya, ternyata tempatnya tidak seindah seperti gambar di internet...nggak jelek sih tapi nggak ada kesan "cling" seperti di internet. Mungkin karena fotografer dan editornya pinter sekali mengambil dan mengolah gambar ya. Begini yang asli.
Pemandangan indah yang diceritakan di beberapa website , pada kenyataannya tidak seperti yang saya bayangkan. Memang karena lokasinya di lantai 5, dan dinding luar full kaca, maka view Semarang dari atas nampak jelas. Tapi, di area kompleks Setos sendiri sebenarnya proses pembangunan belum selesai , sehingga dilihat dari atas area landscape masih terlihat acak-acakan. Lokasi yang berdampingan dengan sungai inspeksi Gajah Mada yang kotor serta pemukiman padat, jadi makin mengurangi indahnya pemandangan dilihat dari atas. Jadi sebaiknya memang berkunjung di malam hari kali ya...jadi yang bakal terlihat adalah kelap kelip lampu kota, pasti lebih indah.
Waktu kami ke sana, coffeeshop nampak sepi. Hanya ada rombongan kami saja di situ. Selebihnya kosong. Sebelum masuk tadi, saya juga sempat melihat-lihat outlet lain yang ada. Rata-rata memang sepi sekali. Keramaian hanya ada di area bermain. Area bermain di Setos ini mirip seperti yang ada di Studio Trans Bandung Super Mal tapi lebih kecil.
Setos , Semarang Town Square
Sedikit mengenai Setos. Dari website Skyscrapper, saya memang sempat baca bahwa Setos ini Konsepnya adalah superblok, dimana dalam satu kawasan dibuat Hotel, Apartemen, Amusement dan Mal. Tapi Bioskop yang semula direncanakan pun ada ternyata tidak ada. Supermarket atau Depstore yang biasanya diposisikan sebagai anchor tenant ( penyewa utama berfungsi sebagai point utama daya tarik) pun saya lihat tidak ada. Konsep tata ruangnya pun membingungkan. Jika disebut Mal maka seharusnya ada satu atrium utama yang akan membuat semua toko bisa terlewati oleh jalur pengunjung. Karena arti Mal itu sebenarnya jalan, street. Shopping Mal mengadopsi dari shopping street. Tapi rupanya konsep Setos bukan Mal melainkan square, di mana ruang-ruang diatur seperti blok-blok yang kurang menjamin setiap unit bisa terlewati pengunjung. Kecuali pengunjung yang bener-bener mau menjelajahi Setos hingga ke sudut -sudut. Seorang teman bercerita bahwa Setos ini hanya rame saat akhir pekan atau jika ada event seperti pameran.
Kopi Lokal Andalan Rise n Brew
Kembali ke Rise and Brew, mereka menyediakan berbagai jenis kopi produk sendiri, dari biji kopi jawa lokal ( Java Coffee). Dari cerita teman, pemilik Rise n Brew ini adalah PT Taman Delta Indah, sebuah perusahaan Semarang penghasil kopi bubuk yang lebih berorientasi ekspor. Meskipun mereka tidak punya perkebunan sendiri, melainkan membeli biji kopi lokal dari petani, tapi perusahaan ini tergolong besar. Selain membeli biji kopi petani, ada juga biji kopi impor dari berbagai negara yang mereka datangkan.
Omong-omong, prospek kopi Indonesia sangat bagus lho. Di negeri kita ini dihasilkan biji kopi terbaik di dunia. Saya pernah baca tulisan pak Hazpohan, mantan dubes RI entah dinegara mana saya lupa, beliau menulis kopi Brazil yang terkenal itupun biji kopinya buah keringat petani Indonesia. Hanya dibeli oleh pengusaha Brazil dan diberi merk Brazil.
Rise n Brew ,seperti coffee shop lainnya, menyediakan aneka minuman kopi . Bagi yang tidak ngopi disediakan juga menu minuman lain seperti greentea machalatte, juice aneka buah, dll. Untuk menu hidangan, mereka menyediakan berbagai menu makan besar mulai dari nasi goreng ala Rise n Brew, steak, rib , sup konro, nasi bakar dll. Ada juga snack, pasta dan aneka salad. Menu bisa dilihat di sini.
Pengalaman menyenangkan hari itu membuat saya mengulang lagi berkunjung ke situ sehari kemudian. Kali ini saya hanya berdua bersama anak saya. Saya ingin mencicip hidangan besarnya. Hari Jumat dan..... ternyata sedang ada festival kuliner dan batik. Setos jadi lumayan rame. Meskipun saat saya pantau, hanya sedikit saja orang belanja batik atau makanan. Kebanyakan orang hanya mondar mandir melihat. Di bazaar makanan juga orang cuma sibuk makan icip-icip gratis. Hadeeeh...
Karena tenggorokan mulai membaik, saya memesan iga panggang,tropical fruit salad, lasagna dan coffee caramel machiato dengan jenis kopi soft.
Nilai lebih Rise n Brew di mata saya selain kopinya, adalah pelayan yang ramah, penyajian cepat dan lokasi Setos yang lumayan strategis di kota, dekat dari mana-mana. Pada hari biasa karena sangat sepi, sebetulnya menguntungkan pengunjung yang ingin misalnya ngopi nyambi belajar, bertemu teman untuk diskusi pekerjaan /bisnis dll. Saat saya kesitu, saya melihat seorang anak muda sibuk mengerjakan tugas kuliahnya dengan membawa laptop, duduk di pojok. Yang beginian nggak akan bisa dilakukan di coffee shop mal rame seperti Paragon, misalnya. Hahaha tapi kasihan juga tenant di sini ya....dalam bahasa Jawa, nglangut.
Oh ya, hati-hati jika ingin menyeduh sendiri kopi gift dari mereka. Penyeduhan dengan air panas sebaiknya dilakukan tiga kali, seperti pernah saya tulis di Kedai Kopi Ninit agar maag anda tetap aman. Saya mencoba hanya melakukan satu kali proses seduh, dan maag saya langsung kambuh. Wuih....agak keras memang. Tapi Java Mochanya mantap. Nikmat sekaligus bikin anda betul-betul tahan melek hahaha.
Pada kunjungan kedua ini, saya sempat juga melihat demo pembuatan kopi oleh Strada Coffee Shop di Setos. Tidak ada yang terlalu istimewa di kopi mereka saat demo. Tapi baiklah, saya nggak boleh terlalu cepat menilai. Saya akan coba berkunjung ke sana lain waktu dan membuat reviewnya. Nantikan ya. Salam pecinta kopi Indonesia !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H